Monday, September 28, 2015

SWEET ENEMY - SANTHY AGATHA - BAB 1


Cinta adalah ketika kau ingin memberi sebanyak mungkin bahkan ketika kau tidak diminta
1

 Pagi itu, sebelum berangkat ke kampus, Keyna mampir ke Garden Cafe, cafe dengan nuansa hijau dan taman dengan dinding-dinding kaca yang berkilauan. Memantulkan nuansa taman di sekelilingnya. Cafe itu terletak di pinggir jalan yang sering dilalui Keyna ketika berjalan kaki menuju kampusnya… Dulu pada awalnya Keyna ragu memasuki cafe itu karena sepertinya harganya mahal, dia hanya berdiri di depan cafe itu, merasa tertarik tetapi ragu. Tetapi seorang pelayan, yang kebetulan sedang berada di depan cafe itu menyapanya dengan ramah, mempersilahkannya masuk sehingga akhirnya Keyna memberanikan diri untuk masuk. Pelayan yang ramah itu bernama Albert dan mereka akhirnya berteman. Sekarang setiap pagi sebelum berangkat ke kampus, Keyna pasti akan mampir ke cafe ini untuk membeli minuman kesukaannya : Oreo Milkshake. Keyna sangat menyukai susu, dan ketika pertama kali memilih menu di cafe itu, matanya langsung mengarah ke bagian milkshake. Dia mencoba oreo milkshake, dari susu yang nikmat, dengan whipped cream yang lembut di atasnya, tentu saja dipadukan dengan remahan oreo yang bercampur putihnya susu menjadikan warnanya abu-abu yang menggugah selera.

“Milkshake lagi, Keyna?” Albert langsung menyapanya dan menyebutkan pesanannya, bahkan sebelum Keyna sempat memesan.

Keyna tertawa, “Ya. Yang biasanya.”

Albert menatap Keyna dengan pandangan mencela, “Dan aku heran kau tidak bertambah gemuk padahal kau mengkonsumsi minuman itu setiap hari, kau terlalu kurus, mungkin kau harus menambah porsi makanmu.”
“Aku sedang dalam program penggemukan, karena itulah aku memesan milkshake setiap hari.” jawab Keyna dengan senyum geli. Dia duduk di kursi tinggi di depan counter bar yang menyediakan sarapan dan kopi hangat tiap pagi, dan berubah menjadi bar minuman kalau menjelang malam. Beberapa saat kemudian Albert datang membawakan pesanannya. Keyna menerimanya dengan senang, lalu menyedot Milkshake itu dari sedotan besar di gelas tingginya, rasa manis, gurih, dan nikmatnya susu bercampur oreo dan whipped cream langsung berpadu di mulutnya, membuatnya senang. Dan yang pasti memberinya kekuatan untuk menghadapi suasana kampus yang tidak menyenangkan setiap hari. Keyna langsung mengerutkan keningnya, dan Albert yang masih berdiri di situ beserta beberapa pelayan lain yang menyiapkan pesanan sarapan di meja counter rupanya memperhatikannya.

“Suasana kampus masih tidak menyenangkan, Keyna?” tanya Albert penuh pengertian.

Keyna mendongak dan menatap Albert, lalu tersenyum sedih. Albert benar-benar sudah menjadi teman bicaranya yang baik. Lelaki itu ternyata bukan hanya sekedar pelayan. Dari cerita pelayan lain, Albert ternyata adalah orang kepercayaan dari pemilik cafe ini dan diberikan kendali penuh untuk mengelola cafe, tetapi dia menyerahkan tugas itu kepada orang yang lebih muda, kemudian memilih menjadi pelayan dan menikmati hidup dengan bercakap-cakap dan berbagi cerita bersama para pelanggannya. Dia lelaki setengah baya yang hidup sendirian. Berdasar gosip juga, lelaki ini kehilangan keluarganya di masa lalu dan kemudian memilih untuk hidup sendiri selamanya. “Mereka semua masih bersikap sama.

Menjauh dan memusuhiku.” Keyna mengangkat bahu. Dia memang sering bercerita tentang suasana kampusnya kepada Albert, karena lelaki itu sangat baik dan bersedia mendengarkan, Albert membuat Keyna teringat kepada ayahnya. “Yah mau bagaimana lagi, aku memang bukan bagian dari mereka.”

“Kau harus tetap semangat dan melupakan mereka.” Albert tersenyum bijaksana seperti biasanya, “Sebenci-bencinya orang kepadamu, hidupmu adalah hidupmu, jadi teruslah melangkah maju.”

Keyna menatap Albert dengan senyum tulus, ‘Terima kasih, Albert... Aku senang berbagi cerita kepadamu, kau benar-benar mirip ayahku,” gumamnya malu-malu.

Albert tertawa mendengar perkataannya, “Apakah kau memujiku karena ingin mendapatkan milkshake gratis?” godanya sambil tergelak, “Bersemangatlah! Oke. Aku harus kesana dan melanjutkan pekerjaanku.” setelah melempar senyuman untuk terakhir kalinya, Albert membalikkan badan dan meninggalkan Keyna sendiri, menikmati oreo milkshakenya.

♠♠♠

“Mereka menghebohkannya di kampusnya.” Erland melirik ke arah Davin, “Adikku yang cerita. Banyak yang memusuhi dan merendahkannya karena menganggapnya tak sederajat.”

Davin mengalihkan pandangannnya dari buku yang dibacanya, “Siapa yang berani memusuhi Keyna di kampus?”

“Hampir semuanya,” gumam Erland, “Yah sudah biasa terjadi kalau anak -anak keluarga kaya, di kampus khusus keluarga kaya akan merasa terganggu kalau tiba-tiba ada anak miskin yang naik status menjadi bagian dari keluarga yang paling berpengaruh di antara mereka. Dulu Keyna hanyalah anak biasa yang mendapat beasiswa di sana, sekarang posisinya tentu berbeda, dia menjadi bagian dari keluarga Jonathan, tinggal di mansion ini. Tentu saja permusuhan ini tidak terang-terangan, tetapi ada. Anak itu tidak punya teman sama sekali.”

“Dan bagaimana Keyna? Apakah adikmu bisa mengawasinya?”

“Pamela tidak tahu,” gumam Erland, menyebut nama adiknya, “Dia satu tingkat di atas Keyna jadi tidak bisa mengawasinya terus menerus, menurutnya, Keyna biasa saja menghadapi semuanya, tampaknya dia sudah terbiasa menghadapi perlakukan macam itu.”

Davin tercenung, “Apakah menurutmu dia butuh bantuanku?”

“Menurutku dia tidak butuh bantuan siapa-siapa.” Erland tersenyum kagum, “Dia bisa menghadapimu dan

mengalahkanmu, dan menurutku teman-teman di kampusnya tidak ada apa-apanya dibandingkan denganmu.”

♠♠♠

Keyna duduk sendirian di kantin itu, di bagian paling ujung, tempatnya biasa duduk. Tidak ada yang menemaninya, tidak ada yang menyapanya. Begitulah kesehariannya di kampus paling terkenal milik keluarga Jonathan ini. Tetapi tidak apa, dia sudah terbiasa. Dulu ketika masuk pertama kali ke sini dengan beasiswa dari mama Jonathan, dia sudah dimusuhi, tidak ada yang mau berteman dengan manusia yang mereka pandang dari kelas rendahan. Bahkan banyak yang tampak merasa jijik hanya dengan tersentuh olehnya. Tetapi sekarang, ketika kabar bahwa dia tinggal dan diangkat anak oleh Nyonya Jonathan di mansionnya sudah menyebar. Aura permusuhan itu terasa lebih kental dan menguar di udara meskipun makin tertahankan.

"Bolehkah aku duduk di sini?"

Sapaan manis itu membuat Keyna mendongakkan kepalanya dengan kaget. Seorang perempuan. Perempuan yang sangat cantik dengan baju dan penampilan mahalnya.

"Silahkan." Keyna mempersilahkan meskipun masih merasa bingung, siapa perempuan ini? Kenapa dia tidak pernah mengenalnya selama berada di kampus ini? Seharusnya perempuan secantik ini sangat terkenal di sini, apalagi dari penampilannya yang jelas-jelas berasal dari keluarga kaya.

"Namaku Sefrina." perempuan cantik itu meletakkan piring makanannya di meja lalu duduk di depan Keyna dan tersenyum manis kepadanya, “Aku baru pindah kesini, sebelumnya aku kuliah di London, tetapi mama sakit sehingga aku memutuskan tinggal dekat dengannya.” dia tersenyum manis, “Aku sudah mendengar tentangmu, Keyna dan tahu mereka memusuhimu karena alasan yang cukup konyol, jangan pedulikan mereka ya.”

Keyna menatap Sefrina yang tampak begitu tulus di depannya, dan kemudian tersenyum. “Aku tidak apa-apa, aku sudah terbiasa,” gumamnya lembut.

Sefrina menatap menantang kepada beberapa orang di kantin yang menatap mereka dengan sembunyi-sembunyi, “Aku

akan menjadi temanmu di sini, supaya mereka menyadari betapa konyolnya memusuhi seseorang hanya berdasarkan kekayaan dan kemiskinan.”

Keyna tersenyum tertahan melihat kekeraskepalaan Sefrina, “Terima kasih Sefrina, aku senang kau mau menjadi temanku.”

♠♠♠

“Bagaimana keadaan di sekolah?” Davin menyambut Keyna di ballroom mansion mereka, dengan gayanya yang elegan dan tetap tampan. Lelaki itu sekarang memegang beberapa cabang perusahaan Jonathan dan menjalankannya dengan baik. Karena kesibukannya, sangat jarang Davin berada di rumah sore-sore begini. Keyna menatap Davin dan mencoba tersenyum. Hubungan mereka bisa dibilang baik. Davin benar-benar melaksanakan janjinya untuk bersikap baik kepada Keyna di rumah ini, meskipun kadang lelaki itu masih menyimpan arogansi dan sikap kasarnya.

“Baik-baik saja.” jawab Keyna pelan.

“Aku dengar mereka memusuhimu.”

“Mereka memusuhiku sejak awal, tidak apa-apa, aku sudah terbiasa Davin.”

“Kau adikku.” suara Davin terdengar keras, “Mereka tidak boleh memusuhimu, itu penghinaan terhadap keluarga

Jonathan.”

Keyna meringis mendengar suara mengancam Davin, dia takut lelaki itu akan melakukan sesuatu yang mengerikan. Seperti memaksa semua orang berteman dengannya misalnya. Keyna berpikir itu bukan ide baik. Teman-temannya tidak bisa dipaksa menerimanya, ketika mereka dipaksa, yang timbul nanti malahan permusuhan yang lebih mendalam.

“Jangan lakukan apapun atas nama keluarga Jonathan.” Keyna menyela dengan waspada, “Berjanjilah.”

Davin mengerutkan keningnya marah, “Kenapa aku harus berjanji kepadamu? Aku bisa melakukan apapun yang aku suka, tidak perlu diatur-atur olehmu.”

“Kau berhak melakukan apapun yang kau mau, selama itu tidak berpengaruh kepadaku.” Keyna mengeluarkan senjatanya,

menatap Davin dalam-dalam, “Kau sudah berjanji kepadaku Davin, tidak akan berbuat jahat kepadaku.”

Davin mengerutkan keningnya. Dia memang pernah mengucapkan janji itu, di malam yang berhujan, tetapi apa hubungannya dengan semua ini.

“Aku toh tidak akan berbuat jahat kepadamu, malahan aku membantumu supaya tidak dimusuhi di kampus. Aku akan memperingatkan dewan sekolah supaya memperingatkan teman-temanmu atas perlakukan mereka kepadamu, mereka harus bersikap baik kepada adikku.”

“Kau hanya akan menghina mereka dan memaksa mereka melakukan sesuatu yang tidak mereka suka. Oh ya, mereka mungkin akan bersikap baik kepadaku, tetapi mereka akan semakin membenciku.”

Davin mengernyit, “Kau harusnya tahu Keyna, kami para orang kaya tidak peduli apa yang ada di hati semua orang. Yang penting mereka bersikap baik dan menghormati kami.”

Keyna menghela nafas, “Tetapi aku bukan orang kaya Davin, aku tidak mau orang berbuat baik kepadaku dengan menjilat atau kebaikan palsu, tetapi di belakangnya menanam kebencian.” lalu Keyna teringat kepada Sefrina, “Lagipula akhirnya aku punya seorang teman.”

“Siapa?”

“Namanya Sefrina, dari keluarga Nathaniel, dulu dia sekolah di London, dan baru pindah kemari di awal bulan, dia berkata bahwa sikap semua orang yang memusuhiku hanya karena harta adalah konyol dan dia bersedia berteman denganku.” Keyna terkekeh kembali mengingat kata-kata Sefrina dan kedekatan mereka setelahnya, mereka cocok mengobrol bersama dan sepertinya benar-benar bisa bersahabat, “Aku senang menemukan orang kaya yang tidak berpikiran sempit seperti Sefrina.”

“Aku juga orang kaya yang tidak berpikiran sempit,” sela Davin sambil melipat tangannya di dada dengan santai

“Oh ya?” Keyna menatap Davin menantang, “Kau adalah orang kaya yang berpikiran paling sempit yang pernah kukenal

Davin Jonathan!”

Davin terkekeh, mencoba kelihatan tersinggung, “Aku hanya berpikiran sempit kepada orang-orang tertentu saja.”

Keyna mendengus, “Oh ya, tentu saja.”

“Aku hanya ingin kau berhati-hati Keyna. Tentang Sefrina itu, kau harus memahami motif dibalik keputusannya menjadi temanmu.”

“Tidak, tidak perlu, aku tahu Sefrina orang yang tulus.” jawab Keyna yakin.

Davin mengernyit menatap Keyna. Sefrina, kenapa nama itu terdengar tidak asing?

♠♠♠

“Namanya Sefrina, dari keluarga Nathaniel yang terkenal itu. Pantas aku merasa dia tidak asing,” Davin duduk di depan meja kantor mamanya yang besar. Sang mama yang dari tadi tampak menelusuri pekerjaannya terpaksa mengalihkan perhatiannya kepada anak laki-laki satu-satunya.

“Dan kalau mama boleh tahu, kenapa kau tiba-tiba jadi tertarik kepadanya?”

Davin mengerutkan alis, “Karena dia satu-satunya orang yang mau berteman dengan Keyna di kampusnya.”

Sang mama menumpukan jemarinya di dagunya, “Dan menurutmu itu aneh? Apakah kau tidak bisa berpandangan bahwa ada beberapa orang yang memang benar-benar tulus?”

“Itu aneh karena dia tiba-tiba mucul setelah sekian

lama.”

Nyonya Jonathan tersenyum, “Mungkin memang kebetulan yang aneh...” sang mama melepas kacamatanya di meja dan menatap Davin, “Sefrina Nathaniel adalah perempuan yang pernah ditunangkan kepadamu sejak kau dilahirkan. Itu adalah salah satu janji antara kakekmu dengan kakek Sefrina.”

“Apa?”

“Ya. Kau punya tunangan sejak kecil. Tetapi karena Sefrina tubuhnya lemah, dia dirawat di London dan bersekolah di sana sejak kecil. Dia seumuran denganmu, tetapi karena sakitnya dia terlambat bersekolah, mungkin karena itulah dia bisa setingkat dengan Keyna. Dan karena dia sejak kecil di London-lah, kau tidak pernah bertemu dengannya sebelum ini.”

“Kenapa mama tidak pernah bercerita kepadaku tentang pertunangan ini?”

“Karena hal itu sudah tidak penting lagi, sebab ketika usiamu lima tahun setelah kejadian percobaan penculikan itu, papamu membatalkan kesepakatan itu. Seperti mama bilang tadi, itu adalah janji yang dibuat oleh kakekmu dengan kakek Sefrina, mama tidak tahu alasan papamu membatalkannya, mungkin dia berpikiran kalau kesepakatan itu tidak relevan lagi di jalan sekarang, papamu adalah orang yang berpandangan modern… Kau bisa menanyakan alasan pastinya nanti kalau beliau sudah pulang dari Eropa.”

Davin mengernyitkan keningnya makin dalam. Entah kenapa dia merasa bukanlah suatu kebetulan Sefrina muncul di kehidupan mereka dan menjadi sahabat Keyna.

♠♠♠

Keyna melangkah di balkon sambil menghirup udara segar yang berhembus dari luar, rasanya dingin, menyejukkan dan menyenangkan. Rasanya begitu damai berdiri di sini. Dipegangnya kalung pemberian dari almarhum papanya dan tersenyum. Sang papa pasti senang melihatnya diurus di sini. Keyna tidak pernah menyalahkan papanya karena hidup miskin. Keyna tidak menyalahkan papanya karena kehilangan bakat di jemarinya yang membuatnya terpuruk menjadi seorang buruh bangunan. Mereka memang miskin, tetapi mereka bahagia, hidup dengan penuh cinta di rumah mereka yang kecil tetapi hangat. Tidak perlu takut akan niat lain di balik kebaikan orang-orang, karena mereka tidak punya apapun untuk diincar. Kehidupan di masa itu biarpun sulit dan berkekurangan, tetapi terasa menyenangkan karena kehangatan yang mereka miliki.

Suara alunan biola membuat Keyna teralih dari lamunannya, suara itu terdengar dekat dari sini, dari ruang keluarga. Alunannnya begitu indah, memainkan musik yang menyayat hati, terbawa oleh hembusan angin merasuk hingga ke jiwa. Keyna berdiri dengan ragu di ruang keluarga, lalu melangkah masuk. Ada seorang lelaki sedang memainkan biola di tengah ruangan, lelaki yang tampan dan sepertinya seumuran dengan Davin. Siapa lelaki ini? Lelaki itu menyelesaikan alunan lagunya dengan nada pedih yang semakin pelan, menyisakan kesesakan bagi yang mendengarkan, karena terbawa oleh kesedihan nadanya. Lalu berhenti, menghela napas, dan menatap Keyna, seolah baru menyadari kehadiran Keyna di sana.

“Hai.” lelaki itu meletakkan biolanya dengan anggun di meja, lalu tersenyum lembut, “Kau pasti Keyna, kenalkan aku Jason,” dia mengulurkan tangannya.

Dengan gugup Keyna membalas uluran tangan itu.

“Aku sudah lama melihatmu, bahkan sejak kau datang pertama kali ke mansion ini, aku salah satu sahabat Davin,” senyum lembutnya tidak pernah hilang dari wajahnya, “Tetapi baru sekarang aku berkesempatan berbicara langsung denganmu.”

“Di sini kau rupanya. Aku sudah curiga kau tak tahan untuk memainkan biola dari koleksi papa,” suara Davin menyela di pintu, lelaki itu melangkah masuk, dan kemudian berdiri tertegun, mengernyit kepada Keyna dan Jason yang berdiri berhadap-hadapan.

“Kenapa kau ada di sini Keyna?”

Jason tersenyum kepada Davin, “Dia mengikuti alunan permainan biolaku dan masuk ke sini, ah, aku harus pergi.” Jason melirik ke arah jam tangannya, “Terima kasih sudah meminjamiku biola itu Davin,” sebelum keluar, Jason mengedipkan matanya kepada Keyna.

Setelah pintu itu tertutup Davin menatap Keyna dengan tajam, “Jangan berhubungan dengan Jason, jangan melakukan kontak dengannya, pokoknya jangan sampai kau berinteraksi dengannya.”

Keyna menatap Davin dengan bingung, “Kenapa?”

“Karena dia benci perempuan.” Davin menatap Keyna dengan serius, “Dia dipanggil sebagai penghancur hati perempuan, semuanya. Tidak peduli tua atau muda, bersuami atau lajang, semua akan dihanyutkan dalam pesonanya untuk kemudian dihancurkan. Dia menyimpan kebencian yang mendalam kepada ibu kandungnya yang meninggalkannya, lalu melampiaskannya kepada semua perempuan. Jangan pernah dekati dia atau kau akan menjadi korbannya.”

Keyna menghela napas, sedikit merinding mendengar penjelasan Davin. Kalau memang benar deskripsi Davin tentang Jason, dia pasti akan menghindarinya. Tetapi entah kenapa ada perasaan aneh ketika dia melihat Jason tadi, perasaan aneh yang akrab, seolah-olah dia telah mengenal Jason sebelumnya.

♠♠♠

“Keadaan makin buruk ya.” Sefrina duduk di sebelah Keyna di kelas sambil menatap ke sekeliling, beberapa orang tampak langsung berbisik-bisik melihat Sefrina mendekati Keyna. Keyna menoleh ke arah Sefrina dan tersenyum sedih,

“Maafkan aku.”

“Tidak perlu minta maaf.” Sefrina terkekeh, “Pendapat orang-orang yang picik dan dangkal sama sekali tidak mempengaruhiku. Aku senang dengan yang kulakukan, lagipula aku dulu sama sepertimu, tidak punya teman.”

Keyna menoleh ke arah Sefrina dan menatap dengan tertarik, “Benarkah?” Mana mungkin orang secantik Sefrina dan tampak jelas dari keluarga berkelas pula bisa merasakan tidak punya teman?

“Aku dulu sering sakit-sakitan dan tinggal kelas. Pada akhirnya aku harus diam di dalam rumah dan menjalani perawatan.” Mata Sefrian menerawang jauh, “Dan kemudian teman-temanku hanyalah para dokter dan perawat dan hilir mudik.”

“Kau sakit apa?”

“Bukan sakit yang penting.” Sefrina memalingkan muka dan menatap buku di tangannya, “Sekarang aku sudah sembuh, dan aku masih tidak suka membicarakannya.” lalu perempuan itu menatap Keyna dengan mata bulatnya yang begitu bening,

“Maafkan ya.”

Keyna langsung luluh dan tersenyum pengertian pada Sefrina, “Tidak apa-apa. Yang penting sekarang kau sudah sembuh.”


“Ya. Aku senang bisa berteman denganmu Keyna.” jawab Sefrina, setengah berbisik.




SWEET ENEMY - SANTHY AGATHA - BAB 2

1 comment:

  1. Karna Di ERTIGAPOKER Sedang ada HOT PROMO loh!
    Bonus Deposit Member Baru 100.000
    Bonus Deposit 5% (klaim 1 kali / hari)
    Bonus Referral 15% (berlaku untuk selamanya
    Bonus Deposit Go-Pay 10% tanpa batas
    Bonus Deposit Pulsa 10.000 minimal deposit 200.000
    Rollingan Mingguan 0.5% (setiap hari Kamis

    ERTIGA POKER
    ERTIGA
    POKER ONLINE INDONESIA
    POKER ONLINE TERPERCAYA
    BANDAR POKER
    BANDAR POKER ONLINE
    BANDAR POKER TERBESAR
    SITUS POKER ONLINE
    POKER ONLINE


    ceritahiburandewasa

    MULUSNYA BODY ATASANKU TANTE SISKA
    KENIKMATAN BERCINTA DENGAN ISTRI TETANGGA
    CERITA SEX TERBARU JANDA MASIH HOT

    ReplyDelete