Monday, September 7, 2015

Celebrity Wedding - Bab 7

The Evil Plan

Ketiba bulan Februari tiba, Ina memutuskan untuk melakukan kunjungan ke kantor Revel
untuk melakukan audit sbelum laporan pajak dilakukan, bersama Sandra dan Eli. Untung
saja musim pajak sudah tiba, sehingga Ina tdk memiliki banyak waktu untuk memikirkan
tentang Revel dan gosipnya. Dari kejauhan Ina bisa melihat bahwa ada sedikit keramaian di
depan gerbang rumah Revel.
"Memangnya pak Revel ada acara apa hari ini kok banyak benar orang di depan rumahnya?"
Tanya Ina kepada Sandra.
"Oh, mereka wartawan, Bu," jelas Sandra
"Tapi hari ini kayaknya ekstrabanyak dr biasanya," lanjut Eli yg duduk di bangku belakang.
"Apa nggak bisa dapat berita lain apa? Berita tentang Revel dan Luna kan sudah sebulan yg
lalu," omel Ina.
"Lho.... Ibu nggak lihat berita tentang pak Revel di infotaiment kemarin?" Mata Sandra
terbelalak.
"Hah?! Berita apa lagi?"
"Single barunya pak Revel yg harusnya launching bulan depan diundur launch-nya," jelas Eli.
"WHATTTT?! Kalian koq nggak bilang sama saya?"
"Kami pikir Ibu pasti sudah tahu lebih dulu dari kami," jelas Sandra sambil melirik Eli yg kini
mengenakan wajah takut kena omel lagi.
Ina tdk bisa memberikan balasan karena sedang berusaha menavigasi mobilnya sebaik
mungkin agar tidak menabrak pasukan wartawan saat memasuki pekarangan ruah Revel.
Ina menurunkan jendela untuk mengidentifikasikan dirinya kepada satpam, yg langsung
membuka gerbang. Ina buru2 menutup jendela itu lagi. Selama beberapa detik menunggu
sampai gerbang itu terbuka secara otomatis Ina bisa merasakan betapa terganggu dirinya
dgn segala perhatian yg dilimpahkan padanya dari para wartawan. Ina kini sedikit mengerti
bagaimana Revel bisa naik darah akibat kelakuan mereka.
Akhirnya pintu gerbang terbuka cukup lebar untuk mobilnya menerobos masuk dan Ina
langsung tancap gas. Kedatangan Ina dan tim disambut oleh Sita yg kelihatan sudah siap
menangis. Sita yg biasanya cukup chatty kali ini tdk mengeluarkan sepatah kata pun ketika
mempersilahkan mereka masuk. Meskipun Ina khawatir dgn kelakuan Sita, tetapi dia tdk
mengatakan apa2. Sita menggiring Ina dan tim ke ruang pertemuan dan samar2 Ina
mendengar suara dua orang yg sedang berargumentasi hebat.
"Kmu seharusnya mau dengar saran om Danung bulan lalu untuk menggelar konferensi pers
dan menyangkal tuduhan Luna ini , Rev. Sekarang semuanya sudah sperti ini dan kmu masih
nggak mau dengar saran om Danung juga. Kmu tahu kan klo gosip ini bisa menghancurkan
karier kmu?" Ina langsung mengenali suara itu sebagai suara Ibu Davina.
"Mama nggak usah dramatis kayak gitu deh. Karierku nggak akan hancur cuma gara2 ini,
percaya sama aku. Single-ku masih tetap bisa launch, cuma perlu tunggu sampai ingar
bingar ini reda." Dan itu adalah suara Revel yg terdengar tenang.
"Dan kira2 kapan itu bisa terjadi, hah? Setiap hari kmu ada di berita di hampir semua
channel TV dan semakin hari image kmu semakin buruk. Kmu lihat sendiri, pengunjung
website kmu semakin hari semakin berkurang."
"Wartawan kan juga perlu makan, Mam, biarin ajalah mereka mau ngomong apa juga
tentang aku. Yg jelas aku tahu klo aku nggak bikin Luna hamil. Aku bahkan nggak pernah
nyentuh dia, dan fans2 setiaku tahu itu. Klo soal website bukan indikasi apakah seorang artis
akan sukses atau nggak," lanjut Revel.
Ina, Sandra, Eli, dan Sita sudah semakin mendekati pintu ruang pertemuan yg terbuka. Ina
pun berhenti melangkah, tdk pasti apakah dia punya hak untuk mendengar pembicaraan
diantara Revel dan ibu Davina. Menyadari bahwa langkah Ina sudah berhenti, Sita menoleh.
"Apa nggak lebih baik meeting-nya ditunda saja sampai besok?" Bisik Ina, tp sebelum Sita
menjawab, mereja sudah mendengar suara ibu Davina lagi.
"Mama nggak ngerti sama kmu. Mama sudah bilang dari awal klo mama nggak suka sama
Luna. Dia terlalu muda untuk kmu dan emosinya masih nggak stabil, tp kmu nggak mau
dengar."
"Ini bukan spenuhnya salah Luna, Mam, tp salah aku juga. Klo saja aku lebih kasih perhatian
ke Luna, lebih sensitif dgn segala kebutuhannya, dia nggak akan balik lari ke Dhani."
Wait a minute. Dhani? As in Dhani vokalis band The Rocket, mantan pacar Luna sbelum dia
pacaran dgn Revel? No wayyyy... Ina menatap Sita yg sekarang kelihatan sangat stres.
Sandra dan Eli sedang bersusah payah mengontrol raut wajah mereka agar tdk terlihat
melongo.
"Aggghhh, kmu ini, sudah begini keadaannya masih juga mau belain mereka berdua," omel
ibu Davina.
"Mam, what do you want me to do? Bilang ke semua orang klo anak itu anaknya Dhani,
bukan anakknu? Dhani itu teman aku, Mam! Aku nggak bisa ngelakuin ini ke dia dan
ngancurin karier dia."
"Ka.... kariernya dia?" Ibu Davina terbata-bata. "Gimana dgn karier kmu?" Teriaknya.
"Mam, please understand, it's not my story to tell, okay."
"Klo saja papa kmu masih hidup, dia pasti..."
"Papa pasti akan mendukung keputusan aku," potong Revel.
Ina tersentak kaget ketika mendengar ini. Rupanya papa Revel sudah nggak ada.
"Aggghhhh.... Kmu ini memang keras kepala." Kemudian terdengar langkah kaki yg terburuburu.
"Mam," Revel mencoba membujuk mamanya.
Sebelum Ina mengerti apa yg sedang terjadi, wajah ibu Davina sudah muncul di depan pintu.
Beliau kelihatan terkejut melihatnya dan untuk seperempat detik terbesit rasa malu karena
telah tertangkap basah bertengkar dgn anaknya di depan orang lain, tp kemudian raut
wajah itu berubah.
"Kmu sudah berapa lama berdiri disini?" Tanyanya menuduh.
Sebelum Ina dapat berkata-kata, Revel sudah berdiri di samping mamanya. Dia pun
kelihatan terkejut ketika melihat Ina dan lebih terkejut lagi ketika menyadari bahwa ada dua
orang lain yg sedang berdiri di belakang Ina.
"Ibu Inara dan timnya kesini untuk melakukan audit," jelas Sita menyelamatkan Ina.
"Selamat siang, ibu Davina... Revel," ucap Ina sesopan mungkin sambil mengangguk kepada
keduanya. Revel menyipitkan matanya. Hari ini dia tdk mengenakan kacamata sehingga
gerakan matanya terlihat dgn jelas oleh Ina.
Revel agak terkejut ketika melihat Ina. Pertama-tama karena dia tdk tahu bahwa Ina akan
datang hari ini, kedua karena penampilan Ina yg meskipun masih rapi dan profesional sperti
biasa, tp wajahnya kelihatan lelah dgn bayang2 hitam dibawah matanya. Kulitnya juga
kelihatan lebih pucat daripada trakhir dia melihatnya. Tiba2 Revel merasa ingin menelepon
bos Ina saat itu juga, memintanya agar memberikan Ina cuti agar dia bisa istirahat. Revel
tahu bagaimana wajah seseorang klo sudah tdk tidur selama berhari2, they will look like
shit, dan wajah Ina looks like SHIT.
"Siang." Suara mamanya menarik perhatian Revel dari wajah Ina.
"Sita, tolong kmu urus semua ini, saya ada di... di..." Ibu Davina terbata2 mencoba mencari
kata2 yg tepat. Revel tahu bahwa mamanya sedang kesal dan agak sedikit malu karena itu
beliau tdk bisa berbicara dgn betul.
"Yah, pokoknya saa ada diataslah klo kmu perlu apa2," akhirnya ucap ibu Davina.
Dan sperti trakhir kali Ina bertemu dengannya, beliau sudah berlalu sbelum dia bisa berkata
apa2.
"Silakan, ibi Inara." Suara Sita yg mempersilakan Ina masuk ke ruang pertemuan
menyadarkannya.
Ina masuk ke dalam ruang pertemuan, melewati Revel dgn satu anggukan. "Apa saya perlu
ada disini selama proses audit?" Tanya Revel.
Ina menghentikan langkahnya dan menoleh. "Oh, nggak, nggak harus," jawab Ina pendek.
"Oh, oke klo gitu. Sita, gue ada diatas ya klo lo perlu apa2." Revel pun menghilang dari
peredaran meninggalkan Ina menatap punggungnya yg dilapisi kemeja putih dgn garis2
hitam tipis.
***
Revel melangkahkan kakinya secepat mungkin menuju lantai atas tanpa berlari. Dia harus
minta maaf kepada mama karena sudah membuatnya malu di depan orang lain, sesuatu yg
menurut beliau bisa dikategorikan sebagai 7dosa besar. Revel bukanlah tipe laki2 anak
mama yg takut dgn ibunya, tetapi dia sudah dibesarkan untuk menghormati orangtua. Dan
kecuali dia minta maaf, di mata mama dia tdk akan berbeda dgn si Malin Kundang.
Dia menemukan mama sedang berjalan mengelilingi kolam renang. Sesuatu yg slalu beliau
lakukan klo sedang berpikir.
"Mam," panggil Revel.
Ibu Davina menoleh mendengar suara anaknya, tetapi beliau tdk beranjak dan mendekat,
lebih memilih menunggu hingga Revel berjalan ke arahnya.
"Aku mau minta maaf karena sudah berdebat dan mama dibawah tadi," Revel memulai.
Ibu Davina mengangkat tangannya dan menepuk2 pipi anaknya. "Bukan salah kamu."
Kerutan di kening mama membuat revel khawatir. " Gula darah mama nggak lagi turun,
kan?"
Ibu Davina tersenyum dan menggeleng. "Mama lagi mikirin solusi masalah kmu dgn Luna."
"Mam, you know I love you, tp aku nggak akan menggelar konferensi pers. Titik." Revel
melepaskan diri dari belaian mamanya.
"Oke, mama hormati pendirian kmu, maka dari itu mama coba pikirkan jalan keluar lain."
"Jalan keluar sperti apa?" Tanya revel curiga.
"Kmu mesti nikah, secepatnya."
Revel mengedipkan matanya beberapa kali ketika mendengar kata2 itu sbelum kemudian
mulai tertawa terbahak2.
"Knapa kmu ketawa? Mama serius." Ibu Davina terdengar jengkel.
Revel mrncoba mengontrol tawanya dan menatap wajah serius mama dan meledak tertawa
lagi.
"Mama sadar kan aku sekarang lg nggak punya pacar?"
"Kmu ngga perlu punya pacar untuk cari istri. Banyak orang yg nikah tanpa pernah ketemu
dgn calon istrinya terlebih dahulu."
"Ya klo zaman Siti Nurbaya mungkin," bantah Revel. "Ini abad ke-21, Mam."
"Sama saja."
Hanya untuk menghibur mamanya, Revel mencoba mendengar sarannya. "Okay, fine. Klo
memang mama mau aku nikah scepatnya, itu brarti aku harus cari perempuan yg mau nikah
sama aku, secepatnya. Dimana kira2 mama pikir aku bisa cari perempuan ini?"
"Ada satu perempuan dibawah yg seumuran sama kmu dan mama rasa cocok untuk kmu,"
balas ibu Davina serius.
Revel mengerutkan dahinya dan berkata, "Just in case mama lpa, Sita sudah menikah dan
udah punya 2anak."
"Mama bukan ngomongin Sita, mama ngomongin Inara."
"HAH?!" Teriak Revel.
"Dia msih single, pintar, mandiri, dan bisa dipercaya."
"Mam, dia akuntan aku."
"Even better. Orang nggak akan ada yg curiga klo kmu tiba2 nikah sama dia karena kalian
memang sudah kenal satu sama lain."
Melihat keraguan pada mata anaknya, ibu Davina menambahkan, "Kalo kmu masih mau tur
18kota kmu dan launching single kmu bisa dilakukan tahun ini, mama rasa inilah satu2nya
solusi supaya kmu nggak kehilangan fans kmu."
"Apa mama sudah pertimbangkan bahwa aku akan sama2 kehilangan fans baik klo aku tetap
diam mengenai kehamilan Luna maupun klo aku menikah?"
"Percaya sama mama, kmu akan lebih bisa mempertahankan fans kmu klo kmu menikah."
"Ina nggak akan mau menikahi aku," ucap Revel tegas.
"Rev, mama nggak buta. Mama tahu reputasi kmu dgn para wanita. Klo kmu menggunakan
'keahlian' kmu ini, mama yakin Ina nggak akan bisa menolak."
Meskipun itu adalah fakta, tp asumsi mamanya ini membuatnya sedikit tersinggung.
"Om Danung nggak akan pernah setuju dgn rencana ini." Revel mencoba mengganti taktik.
"Coba kmu panggil om Danung kesini supaya kita bisa bicarakan hal ini sama-sama. Stelah
dia dengar penjelasannya, mama yakin dia akan setuju seratus persen."
Revel terdiam sejenak, rupanya mama benar2 serius. Dia tahu bahwa mama adalah seorang
business woman yg cermat,yg bisa melihat pro dan kontra dari satu penyelesaian dgn
seobjektif mungkin. Semua itu bisa dibuktikan dari betapa suksesnya perusahaan yg mereka
miliki bersama. Tetapi menikah? Dengan Ina? Itu ide paling edan yg pernah diutarakan oleh
mama. Or is it? Meskipun beberapa menit yg lalu dia mencoba meyakinkan mama bahwa
kariernya akan baik2 saja dgn gosip mengenai Luna, tp jauh di dalam lubuk hatinya, dia tahu
bahwa itu tdk benar. Mungkin inilah solusi yg paling baik untuk dirinya.
"Aku akan cari om Danung," ucap Revel.
***
Proses audit berjalan dgn cukup lancar. Sandra dan Eli sudah melakukan tugas mereka dgn
baik sehingga tdk ada satu pun masalah yg ditemukan Ina. Sita mampu menjawab semua
pertanyaan yg diajukannya dan menunjukkan dokumen yg ia perlukan sehingga mereka tdk
perlu memanggil Revel ataupun ibu Davina. Meskipun begitu, ada banyak dokumen yg harus
dilihat, account yg harus di double check, sehingga tanpa disadari Ina, sinar matahari yg
masuk melalui jendela sudah berganti warna dari putih-kuning menjadi jingga, yg brarti hari
sudah lebih sore daripada yg dia perkirakan. Matanya terasa agak sedikit pedas, dan Ina
permisi ke kamar keciluntuk membasuhnya dgn air dingin.
Untuk mencapai kamar kecil Ina harus melewati ruang tengah dimana para pegawai MRAM
bekerja. Jam kalung yg melingkari lehernya menunjukkan pukul 17.30. Dalam perjalanan
kembali ke ruang pertemuan Ina berpapasan dgn pak Danung yg tersenyum ketika
melihatnya.
"Ibu Ina masih disini? Tanyanya, yg meskipun terdengar lelah tetapi tetap ramah.
"Iya nih pak Danung. Tp sbentar lagi kami selesai kok," jawab Ina.
"Tadi waktu sampai di-harass sama wartawan diluar nggak?"
"Ohh... Nggak juga."
Dengan senyuman penuh pengertian, pak Danung berkata, "jangan kapok kesini ya, bu Ina."
"Sampai sekarang belum kapok. Mungkin nanti," canda Ina. Pak Danung tertawa terkekeh2.
"Saya sudah dengar tentang launching singlr Revel yg ditunda. Apa semuanya baik2 saja?"
Lanjut Ina.
"Nggak sebaik g saya mau," balas pak Danung.
"Ada yg bisa saya bantu?"
Pak Danung terkekeh lagi mendengar pertanyaan ini sbelum tanpa menjawab pertanyaan
itu. Ina mengerutkan keningnya. Apa ada yg lucu dgn pertanyaannya?
***
"Ibu Inara mau makan malam apa?" Tanya Sita ketika Ina kembali ke ruang pertemuan.
"Oh, nggak usah repot2 Sit, kami sudah hampir selesai kok," balas Ina dan kembali
mengambil posisinya di belakang meja. Sita kelihatan ragu sesaat, tp kemudian dia
mengangguk dan menghilang dari ruangan itu. Ina pun sibuk kembali pekerjaannya.
"Saya mau pesan Pizza Hut, kmu lebih suka Super Supreme, Meat Lovers, atau Hawaiian
Chicken?" Suara itu mengajutkan Ina stengah mati. Dia langsung berdiri dari kursinya ketika
melihat sumber suara itu.
Revel sudah menukar kemeja putih dan jinsnya dgn kaus dan celana kargo selutut warna
abu2. Melihat penampilannya yg fresh membuat Ina sadar akan penampilan dirinya yg
ketika di cek pada cermin di kamar mandi beberapa menit yg lalu kelihatan lelah, pucat, dan
kusut. Blus lengan panjangnya sudah dilipat hingga ke siku, dia sudah melepaskan sepatu
hak yg dikenakannya agar bisa bergerak lebih leluasa. Sementara itu parfum yg dia
semprotkan pada blusnya tadi pagi sudah hilang wanginya. Entah apa yg terpikir oleh revel
ketika melihatnya sperti ini.
"Kmu lebih suka pizza yg mana?" Tanya Revel lagi karena blm menerima jawaban darinya.
Sperti sbelumnya dgn Sita, Ina pun menolak penawaran Revel. Tapi pria itu bersikeras. "Toh
klo kmu pulang nanti mesti makan malam juga kan? Knapa nggak makan malam disini saja
sekalian?"
Ina sbetulnya masih ingin menolak, tp kemudian dia melihat bahwa Sandra dan Eli
menampangkan wajah penuh harap, akhirnya Ina mengembuskan napas penuh kekalahan
dan berkata, "Meat Lovers aja," yg disambut oleh anggukan terlalu bersemangat dari Eli dan
Sandra.
Revel mengangguk dan meminta Sita memesan makanan tersebut sbelum kemudian
melangkah masuk ke ruang pertemuan dgn kedua tangan dimasukkan ke kantong
celananya.
"Sita nggak manggil saya seharian, so I guess everything is fine?" Tanyanya.
"Yep, everything is fine," balas Ina.
Revel hanya manggut2 menanggapi balasan itu. Ina menunggu hingga Revel bicara lagi,
tetapi kesunyian menyambutnya. Ina berpikir Revel kemudian akan meninggalkan ruangan,
ketika dia mendengar cowok itu berkata, "Boleh saya bicara dgn kmu sendiri?"
"Sure," ucap Ina agak ragu.
Melihat anggukan darinya, Eli dan Sandra pun keluar dari ruangan. Ina jadi agak waswas
waktu Revel menutup pintu ruangan. Ketika menatap Ina kembali, wajah Revel kelihatan
sperti dia sudah menelan seekor kodok. Ina hanya menatapnya dgn kebingungan yg tdk bisa
disembunyikan. Selama beberapa menit mereka hanya menatap satu sama lain tanpa
mengatakan apa2. Sejujurnya Revel kelihatan agak nerveous, yg membuat Ina curiga akan
apa yg ingin dia katakan padanya.
"Kepala kmu sudah dicek ke dokter?" Tanya Revel.
Ina terdiam sesaat ketika mendengar pertanyaan ini, dia tdk tahu apa yg dia harapkan
keluar dari mulut Revel, tp yg jelas bukan ini.
"Sudah," ucap ina berbohong. Sejujunya dia hanya minum panadol ketika sampai di rumah
hari itu dan pergi tidur. Dan karena tdk mengalami sakit kepala lagi stelah itu, dia bahkan
sudah lupa dgn insiden itu.
Revel menganggukkan kepalanya berkali2 sperti boneka yg lehernya terbuat dari per.
Kemudian, "Ireally don't know how to say this, so I'm just gonna say it," ucapnya.
Ina hanya mengangguk, menunggu dgn kecurigaan yg semakin menjadi.
"Saya mau kmu menikahi saya," ucap Revel dgn cepat sehingga kata2nya sulit ditangkap.
Perlu beberapa detik bagi Ina untuk memahami pertanyaan itu, dan ketika sadar akan apa g
baru saja dikatakan revel padanya, mulutnya perlahan2 mulai melongo sbelum dia

berteriak, "WHAAATTTTT?"


Celebrity Wedding - Bab 8

No comments:

Post a Comment