Saturday, September 5, 2015

Crash Into You - AliaZalea - Epilog

EPILOG


 “Angkat tangan kanan, sekarang tangan kiri. Good job,” samar-samar kudengar suara Kafka. 
Aku sedang duduk di depan laptop-ku di ruang makan sementara kafka sibuk memandikan Adam, anakku yang kemarin baru merayakan ulang tahunnya yang pertama. 
Aku tidak tahu kenapa tapi Kafka suka sekali berbicara dengan Adam sambil memandikannya, seakan-akan anakku itu bisa mengerti apa yang ayahnya katakana. Ini adalah rutinitas weekend kami saat kafka mengambil alih semua kewajiban sebagai orangtua dan meringankan bebanku selama dua hari agar aku bisa menyelesaikan hal-hal yang sempat terbengkalai karena harus mendahulukan tugasku sebagai seorang ibu. Beberapa bulan sebelum Adam lahir, aku mendapatkan kenaikan jabatan, tetapi aku belum bisa betul-betul menikmati ruangan pribadiku karena sudah harus mengambil cuti hamil. Awalnya aku sebetulnya berencana untuk kembali bekerja secepatnya, tetapi kemudian aku menyadari bahwa aku tidak akan bisa bekerja sebagai senior web designer full-time dengan jamnya yang tidak menentu sambil mengurus bayi. 

Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti bekerja dari perusahaan itu dan kini aku dengan beberapa teman senior web designer lainnya sedang berencana untuk membuka agensi baru yang meskipun kecil tetapi jam dan beban kerjanya bisa dinegoisasikan. Kafka memberiku dukungan penuh atas rencanaku ini dengan menjadikan Empire dan beberapa perusahaan milik teman-temannya dan teman-teman Karin sebagai klien pertamaku. 
Awalnya aku merasa ragu atas keputusan Kafka ini karena aku merasa seperti sudah mencuri klien dari perusahaan lamaku, tetapi menurut Kafka ini legal-legal saja. 
Selama masa kehamilanku aku sebetulnya agak khawatir bahwa aku dan kafka tidak ajan bisa menjadi sepasang orangtua yang baik, bukan saja karena gaya hidup kami yang terlalu sibuk, tapi juga kurangnya pengalaman kami bergaul dengan balita, sehingga kami sama sekali tidak tahu apa yang harus diperbuat jika mendengar anak kecil menangis. Mamaku menjelaskan bahwa insting sebagai orangtua akan datang dengan sendirinya, dan sepertinya hal itu terbukti pada Kafka yang langsung menerjuni perannya sebagai seorang ayah tanpa ragu-ragu. Tapi aku? Sampai sekarang saja aku masih agak takut untuk memandikan Adam, sehingga tugas tersebut biasanya jatuh ke tangan baby-sitter atau Kafka kalau suamiku itu memang sedang ada dirumah, contohnya seperti hari ini. 
“Nad, sudah nih. Mau kamu yang pakaiin baju apa aku?” teriak Kafka dari dalam kamar mandi. 
Dan aku pun beranjak dari kursiku menuju kamar mandi. Kugendong Adam masuk ke kamar tidurnya untuk dibedaki dan dipakaikan baju. Aku selalu suka aroma kamar ini yang merupakan campuran antara bedak bayi dan minyak telon. Kafka hanya berdiri di depan pintu dan memperhatikan kami sambil tersenyum. Tubuhnya yang besar itu kelihatan aneh berada di dalam kamar bayi, belum lagi karena handuk kecil dengan gambar Winnie the Pooh milik Adam yang tersampir di bahu kanannya. Tapi dia tidak kelihatan risi sama sekali dengan penampilannya yang kelihatan lebih feminism dan kebapakan. Dia bahkan kelihatan bahagia dan puas. 


Baca Online Koleksi Novel AliaZalea Lainnya Disini

No comments:

Post a Comment