Tuesday, September 1, 2015

Ayat - Ayat Cinta - Bab 28










28. Sidang Penentuan

Sidang penentuan itu pun datang. Amru dan Magdi datang dengan wajah
tenang. Syaikh Ahmad dan isterinya juga datang. Orang-orang Indonesia di Mesir
banyak yang datang. Namun Maria, dan Aisha belum juga datang. Sudah dua puluh
menit menunggu mereka belum juga kelihatan. Noura dan keluarganya beberapa kali
memandangku dengan pandangan yang merendahkan. Apapun yang akan terjadi
aku pasrah kepada Tuhan.
Akhirnya hakim memulai sidang. Sambil menunggu Maria datang, Amru
mengajukan Syaikh Ahmad dan isterinya sebagai saksi. Mereka berdua tampil
bergantian memberikan kesaksian. Ummu Aiman, isteri Syaikh Ahmad menangis saat
memberikan kesaksiannya. Ia merasa sangat sakit hatinya atas apa yang dilakukan
Noura. Sambil terisak dan sesekali menyeka matanya Ummu Aiman berkata, “Entah
dengan siapa Noura melakukan perzinahan. Tapi jelas bukan dengan Fahri. Apa yang
dikatakan Noura bahwa Fahri memperkosanya adalah fitnah yang sangat keji. Noura
sungguh gadis yang tidak tahu diri. Ia telah ditolong tapi memfitnah orang yang
dengan tulus hati menolongnya. Aku hanya bisa bersaksi bahwa selama Noura di
Tafahna ia menceritakan kejadian malam itu dan tidak pernah menyebut bersama
Fahri dari jam tiga sampai azan pertama. Ia bercerita malam itu ia bersama Maria
sampai pagi. Jika pengadilan ini akhirnya memenangkan seorang pemfitnah maka
kelak di hari kemudian seorang pemfitnah akan dibinasakan oleh keadilan Tuhan.”
Kulihat reaksi Noura. Dia hanya menundukkan kepala. Sementara ayah dan
ibunya menatap Ummu Aiman tanpa kedip dengan tatapan garang dan kebencian.
Jaksa penuntut mencerca Ummu Aiman dengan beberapa pertanyaan dan Ummu
Aiman menjawabnya dengan tenang. Beberapa kali ia menjawab, ‘Tidak tahu!’
Ketika Ummu Aiman turun dari memberikan kesaksian, Maria datang. Ia duduk
di atas kursi roda didorong oleh adiknya Yousef. Di iringi Aisha, Tuan Boutros,
Madame Nahed, Paman Egbal, Bibi Sarah, dan seorang polisi berdasi yang gagah.
Melihat Maria datang serta merta Syaikh Ahmad bertakbir diikuti oleh gemuruh takbir
orang-orang Indonesia. Polisi berdasi langsung mendekati Syaikh Ahmad berbincang
sebentar lalu mendekati Amru. Dia tampak menyerahkan beberapa berkas. Amru
melihat berkas itu sebentar lalu tersenyum padaku. Amru meminta kepada hakim
untuk mendengarkan kesaksian Maria. Saksi kunci dalam kasus ini. Sebab dialah
yang mengerti dengan pasti apa yang dilakukan Noura malam itu. Benarkah Noura
276
berada di kamarku antara jam tiga sampai azan pertama ataukah justru Noura
bersama Maria. Hakim mempersilakan Maria berbicara setelah disumpah akan
memberikan kesaksian yang sejujurjujurnya. Maria pun berbicara dengan suara agak
lemah. Wajahnya tampak memerah karena emosi. Ia berusaha menahan emosinya.
Mikrofon yang dipegangnya cukup membantu memperjelas suaranya.
“Pak Hakim dan seluruh yang hadir dalam sidang ini, saya berani bersaksi atas
nama Tuhan Yang Maha Mengetahui bahwa Noura malam itu, sejak pukul dua malam
sampai pagi berada di kamarku. Ia sama sekali tidak keluar dari kamarku. Ia selalu
bersamaku. Jika dia mengatakan pukul tiga aku mengantarnya turun ke rumah Fahri
itu bohong belaka. Dalam rentang waktu itu dia sama sekali tidak keluar dari rumahku.
Jika Noura mengatakan pemerkosaan atas dirinya terjadi dalam rentang waktu itu
sungguh tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ada pemerkosaan waktu itu padahal
dia berada di kamarku. Dan Fahri berada di kamarnya. Untuk membuktikan omongan
saya ini, saya punya bukti nyata. Begini, kira-kira pukul tiga lebih sepuluh menit Noura
menelpon ke salah satu temannya dengan telpon rumahku. Dia menelpon teman satu
kelasnya bernama Khadija yang tinggal di Wadi Hof. Dia berbicara kira-kira sepuluh
menit. Dan kami bawa bukti tercatat dari kantor telkom adanya percakapan itu.
Bahkan rekaman pembicaraan Noura dengan Khadija juga ada. Kebetulan Khadija
juga datang bersama kami. Dia bisa menjadi saksi. Dengan bukti kuat ini, aku
berharap Bapak Hakim bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Apa
yang dikatakan Noura adalah fitnah belaka. Dia harus mendapatkan ganjaran atas
tuduhan kejinya. Entah setan apa yang membuat Noura yang dulu jujur dan baik hati
kini berubah menjadi tukang fitnah yang tidak memiliki nurani. Dia menyerahkan
kegadisannya pada orang lain lalu menuduh Fahri yang melakukannya. Aku sangat
menyesal menolong perempuan berhati busuk seperti dia. Demi Allah Yang Maha
Mengetahui, aku tidak rela atas tuduhan yang dilontarkan Noura kepada Fahri. Aku
tidak rela. Jika sampai Fahri divonis salah maka Noura akan menjadi musuhku di
hadapan Allah di akherat kelak..ugh..ugh..ugh..!” Maria batuk lalu jatuh tak sadarkan
diri di kursi rodanya. Madame Nahed yang tahu akan hal itu langsung mengambil
Maria dan menggeledeknya keluar ruangan bersama Yousef. Mungkin langsung
membawanya kembali ke rumah sakit.
Setelah Maria, Khadija memberikan kesaksian memang benar pada malam itu
sekitar jam tiga lebih Noura menelponnya dan menceritakan kisah sedihnya. Namun
Noura minta agar tidak memberitahukan Bahadur bahwa dia menelponnya. Amru lalu
277
memberikan selembar kertas dari kantor telkom Mesir berisi perincian pemanggilan
dan penerimaan panggilan nomor telpon rumah Maria. Yang membuat heran adalah
Amru membunyikan rekaman pembicaraan Noura-Khadija via telpon malam itu.
Setelah itu Amru mengajukan kesaksian paling mengejutkan yaitu kesaksian lelaki
ceking bernama Gamal yang pada saat pengadilan pertama menjadi saksi pihak
Noura. Kini Gamal bersaksi kembali:
“Pak Hakim dan hadirin semuanya. Saya ingin memberikan kesaksian yang
sejujurnya. Di tempat ini saya hendak berkata apa sebenarnya yang saya alami.
Sebenarnya apa yang saya katakan pada pengadilan pertama tidak benar. Saya
minta maaf atas kesaksian palsu saya. Saya khilaf. Dan pada kesempatan kali ini
saya mengaku dengan sejujurnya saya tidak tahu menahu mengenai masalah ini.
Saya tidak melihat nona Noura turun dan masuk rumah Fahri. Sebab malam itu saya
tidur di rumah bersama isteri dan anak saya. Saya bukan seorang pemburu burung
hantu. Itu semua rekayasa belaka. Terima kasih.”
Setelah mendengar semua kesaksian itu Amru berpidato dengan bahasa yang
luar biasa kuatnya. Ia meyakinkan kepada siapa saja yang mendengarnya bahwa
Noura seorang pemfitnah. Berkali-kali dengan bahasa yang kuat dan tajam dia
menghabisi Noura. Kulihat Noura pucat dan meneteskan air mata. Selesai Amru
bicara Noura angkat tangan dan minta kepada hakim untuk bicara. Hakim
memberinya waktu lima menit. Noura berdiri dan menuju podium. Di sana dia
berbicara dengan kepala menunduk sambil menangis terisak-isak:
“Pak Hakim dan hadirin sekalian. Selamanya kebenaran akan menang. Jika
tidak di pengadilan dunia maka kelak di pengadilan akhirat. Selamanya rekayasa
manusia tiada artinya apa-apa dibanding kekuasaan Tuhan. Hadirin, jika ada gadis
malang di dunia ini yang semalang-malangnya adalah diriku. Sejak kecil sampai
beberapa bulan yang lalu aku diasuh oleh orang yang bukan orang tua kandungku.
Waktu bayi aku tertukar di rumah sakit dengan bayi lain. Aku hidup dalam keluarga
bermoral setan. Namun aku selalu tabah dan terus bertahan. Sampai akhirnya malam
itu. Aku ingin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Malam itu sebelum aku diusir
dan diseret si jahat Bahadur ke jalan terlebih dahulu aku diperkosanya…hiks..hiks..!”
Noura tersedu sesaat lamanya. Ruang pengadilan diselimuti keheningan berbalut
kepiluan dan rasa kasihan.
“Aku merasa bisa menyembunyikan aib yang menimpaku. Aku kira tidak akan
terjadi apa-apa denganku. Waktu terus berjalan sampai akhirnya Allah
278
mempertemukan diriku dengan kedua orang tua kandungku lewat bantuan banyak
orang termasuk, Fahri, Maria, Nurul, Syaikh Ahmad dan Ummu Aiman. Kedua orang
tua kandungku adalah orang terpandang dan dari keluarga besar terhormat. Mereka
menerima kedatanganku dengan penuh rasa bahagia luar biasa. Petaka itu datang
kembali ketika perutku semakin membesar. Mereka menanyakan padaku siapa yang
telah menghamiliku. Aku tak mau berterus terang bahwa Bahadur yang menghamiliku
dengan memperkosa. Aku sudah sangat benci dengan dirinya. Akhirnya aku
berbohong pada mereka yang menghamiliku adalah Fahri. Sebab aku sangat
mencintai Fahri dengan harapan Fahri nanti mau menikahiku. Namun yang kulakukan
ternyata tak lain adalah dosa besar yang sangat keji aku telah menghancurkan
kehidupan orang yang kucintai dan di sisi lain aku telah membiarkan penjahat yang
menghamiliku tertawa terbahak-bahak. Semua rekayasa yang telah diatur rapi juga
diporak-porandakan oleh kekuasaan Allah Swt. Di sini, sebelum di akhirat nanti, aku
akui dengan sejujurnya Fahri tidak bersalah. Dia bersih. Dan kepadanya dan kepada
keluarganya serta siapa saja yang terzhalimi atas kebodohanku aku mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Aku memang ditakdirkan untuk hidup malang di dunia.
Namun aku bertekad memperbaiki diri agar tidak malang di akhirat kelak.”
Atas dasar semua bukti yang ada dan pengakuan Noura akhirnya mau tidak
mau Dewan Hakim memutuskan diriku tidak bersalah dan bebas dari dakwaan apa
pun. Takbir dan hamdalah bergemuruh di ruang pengadilan itu dilantunkan oleh
semua orang yang membela dan bersimpati padaku. Seketika aku sujud syukur
kepada Allah Swt. Aisya memelukku dengan tangis bahagia tiada terkira. Paman
Eqbal dan bibi Sarah tak mampu membendung air matanya. Syaikh Ahmad dan
Ummu Aiman juga sama. Nurul dan suaminya yaitu Mas Khalid datang memberi
selamat dengan mata berkaca. Satu persatu orang-orang Indonesia yang di dalam
ruangan itu memberi selamat dengan wajah haru. Amru memberi tahu bahwa Kolonel
Ridha Shahata, sepupu Syaikh Ahmad yang memiliki posisi cukup penting di Badan
Kemanan Negara juga punya andil dalam membantu mendapatkan bukti dari kantor
telkom dan memaksa Gamal berkata jujur. Suatu bukti bahwa dunia belum kehilangan
orang-orang yang baik dan cinta keadilan.
 


Ayat - Ayat Cinta - Bab 27

No comments:

Post a Comment