28. Sidang Penentuan
Sidang penentuan itu pun datang. Amru dan Magdi datang dengan
wajah
tenang. Syaikh Ahmad dan isterinya juga datang. Orang-orang
Indonesia di Mesir
banyak yang datang. Namun Maria, dan Aisha belum juga datang.
Sudah dua puluh
menit menunggu mereka belum juga kelihatan. Noura dan keluarganya
beberapa kali
memandangku dengan pandangan yang merendahkan. Apapun yang akan
terjadi
aku pasrah kepada Tuhan.
Akhirnya hakim memulai sidang. Sambil menunggu Maria datang, Amru
mengajukan Syaikh Ahmad dan isterinya sebagai saksi. Mereka berdua
tampil
bergantian memberikan kesaksian. Ummu Aiman, isteri Syaikh Ahmad
menangis saat
memberikan kesaksiannya. Ia merasa sangat sakit hatinya atas apa
yang dilakukan
Noura. Sambil terisak dan sesekali menyeka matanya Ummu Aiman
berkata, “Entah
dengan siapa Noura melakukan perzinahan. Tapi jelas bukan dengan
Fahri. Apa yang
dikatakan Noura bahwa Fahri memperkosanya adalah fitnah yang
sangat keji. Noura
sungguh gadis yang tidak tahu diri. Ia telah ditolong tapi
memfitnah orang yang
dengan tulus hati menolongnya. Aku hanya bisa bersaksi bahwa
selama Noura di
Tafahna ia menceritakan kejadian malam itu dan tidak pernah
menyebut bersama
Fahri dari jam tiga sampai azan pertama. Ia bercerita malam itu ia
bersama Maria
sampai pagi. Jika pengadilan ini akhirnya memenangkan seorang
pemfitnah maka
kelak di hari kemudian seorang pemfitnah akan dibinasakan oleh
keadilan Tuhan.”
Kulihat reaksi Noura. Dia hanya menundukkan kepala. Sementara ayah
dan
ibunya menatap Ummu Aiman tanpa kedip dengan tatapan garang dan
kebencian.
Jaksa penuntut mencerca Ummu Aiman dengan beberapa pertanyaan dan
Ummu
Aiman menjawabnya dengan tenang. Beberapa kali ia menjawab, ‘Tidak
tahu!’
Ketika Ummu Aiman turun dari memberikan kesaksian, Maria datang.
Ia duduk
di atas kursi roda didorong oleh adiknya Yousef. Di iringi Aisha,
Tuan Boutros,
Madame Nahed,
Paman Egbal, Bibi Sarah, dan seorang polisi berdasi yang gagah.
Melihat Maria datang serta merta Syaikh Ahmad bertakbir diikuti
oleh gemuruh takbir
orang-orang Indonesia. Polisi berdasi langsung mendekati Syaikh
Ahmad berbincang
sebentar lalu mendekati Amru. Dia tampak menyerahkan beberapa
berkas. Amru
melihat berkas itu sebentar lalu tersenyum padaku. Amru meminta
kepada hakim
untuk mendengarkan kesaksian Maria. Saksi kunci dalam kasus ini.
Sebab dialah
yang mengerti dengan pasti apa yang dilakukan Noura malam itu.
Benarkah Noura
276
berada di kamarku antara jam tiga sampai azan pertama ataukah
justru Noura
bersama Maria. Hakim mempersilakan Maria berbicara setelah
disumpah akan
memberikan kesaksian yang sejujurjujurnya. Maria pun berbicara
dengan suara agak
lemah. Wajahnya tampak memerah karena emosi. Ia berusaha menahan
emosinya.
Mikrofon yang dipegangnya cukup membantu memperjelas suaranya.
“Pak Hakim dan seluruh yang hadir dalam sidang ini, saya berani
bersaksi atas
nama Tuhan Yang Maha Mengetahui bahwa Noura malam itu, sejak pukul
dua malam
sampai pagi berada di kamarku. Ia sama sekali tidak keluar dari
kamarku. Ia selalu
bersamaku. Jika dia mengatakan pukul tiga aku mengantarnya turun
ke rumah Fahri
itu bohong belaka. Dalam rentang waktu itu dia sama sekali tidak
keluar dari rumahku.
Jika Noura mengatakan pemerkosaan atas dirinya terjadi dalam
rentang waktu itu
sungguh tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ada pemerkosaan waktu
itu padahal
dia berada di kamarku. Dan Fahri berada di kamarnya. Untuk
membuktikan omongan
saya ini, saya punya bukti nyata. Begini, kira-kira pukul tiga
lebih sepuluh menit Noura
menelpon ke salah satu temannya dengan telpon rumahku. Dia
menelpon teman satu
kelasnya bernama Khadija yang tinggal di Wadi Hof. Dia berbicara
kira-kira sepuluh
menit. Dan kami bawa bukti tercatat dari kantor telkom adanya
percakapan itu.
Bahkan rekaman pembicaraan Noura dengan Khadija juga ada.
Kebetulan Khadija
juga datang bersama kami. Dia bisa menjadi saksi. Dengan bukti
kuat ini, aku
berharap Bapak Hakim bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang
salah. Apa
yang dikatakan Noura adalah fitnah belaka. Dia harus mendapatkan
ganjaran atas
tuduhan kejinya. Entah setan apa yang membuat Noura yang dulu
jujur dan baik hati
kini berubah menjadi tukang fitnah yang tidak memiliki nurani. Dia
menyerahkan
kegadisannya pada orang lain lalu menuduh Fahri yang melakukannya.
Aku sangat
menyesal menolong perempuan berhati busuk seperti dia. Demi Allah
Yang Maha
Mengetahui, aku tidak rela atas tuduhan yang dilontarkan Noura
kepada Fahri. Aku
tidak rela. Jika sampai Fahri divonis salah maka Noura akan
menjadi musuhku di
hadapan Allah di akherat kelak..ugh..ugh..ugh..!” Maria batuk lalu
jatuh tak sadarkan
diri di kursi rodanya. Madame Nahed yang tahu akan hal itu
langsung mengambil
Maria dan menggeledeknya keluar ruangan bersama Yousef. Mungkin
langsung
membawanya kembali ke rumah sakit.
Setelah Maria, Khadija memberikan kesaksian memang benar pada
malam itu
sekitar jam tiga lebih Noura menelponnya dan menceritakan kisah
sedihnya. Namun
Noura minta agar tidak memberitahukan Bahadur bahwa dia
menelponnya. Amru lalu
277
memberikan selembar kertas dari kantor telkom Mesir berisi
perincian pemanggilan
dan penerimaan panggilan nomor telpon rumah Maria. Yang membuat
heran adalah
Amru membunyikan rekaman pembicaraan Noura-Khadija via telpon
malam itu.
Setelah itu Amru mengajukan kesaksian paling mengejutkan yaitu
kesaksian lelaki
ceking bernama Gamal yang pada saat pengadilan pertama menjadi
saksi pihak
Noura. Kini Gamal bersaksi kembali:
“Pak Hakim dan hadirin semuanya. Saya ingin memberikan kesaksian
yang
sejujurnya. Di tempat ini saya hendak berkata apa sebenarnya yang
saya alami.
Sebenarnya apa yang saya katakan pada pengadilan pertama tidak
benar. Saya
minta maaf atas kesaksian palsu saya. Saya khilaf. Dan pada
kesempatan kali ini
saya mengaku dengan sejujurnya saya tidak tahu menahu mengenai
masalah ini.
Saya tidak melihat nona Noura turun dan masuk rumah Fahri. Sebab
malam itu saya
tidur di rumah bersama isteri dan anak saya. Saya bukan seorang
pemburu burung
hantu. Itu semua rekayasa belaka. Terima kasih.”
Setelah mendengar semua kesaksian itu Amru berpidato dengan bahasa
yang
luar biasa kuatnya. Ia meyakinkan kepada siapa saja yang
mendengarnya bahwa
Noura seorang pemfitnah. Berkali-kali dengan bahasa yang kuat dan
tajam dia
menghabisi Noura. Kulihat Noura pucat dan meneteskan air mata.
Selesai Amru
bicara Noura angkat tangan dan minta kepada hakim untuk bicara.
Hakim
memberinya waktu lima menit. Noura berdiri dan menuju podium. Di
sana dia
berbicara dengan kepala menunduk sambil menangis terisak-isak:
“Pak Hakim dan hadirin sekalian. Selamanya kebenaran akan menang.
Jika
tidak di pengadilan dunia maka kelak di pengadilan akhirat.
Selamanya rekayasa
manusia tiada artinya apa-apa dibanding kekuasaan Tuhan. Hadirin,
jika ada gadis
malang di dunia ini yang semalang-malangnya adalah diriku. Sejak
kecil sampai
beberapa bulan yang lalu aku diasuh oleh orang yang bukan orang
tua kandungku.
Waktu bayi aku tertukar di rumah sakit dengan bayi lain. Aku hidup
dalam keluarga
bermoral setan. Namun aku selalu tabah dan terus bertahan. Sampai
akhirnya malam
itu. Aku ingin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Malam itu
sebelum aku diusir
dan diseret si jahat Bahadur ke jalan terlebih dahulu aku
diperkosanya…hiks..hiks..!”
Noura tersedu sesaat lamanya. Ruang pengadilan diselimuti
keheningan berbalut
kepiluan dan rasa kasihan.
“Aku merasa bisa menyembunyikan aib yang menimpaku. Aku kira tidak
akan
terjadi apa-apa denganku. Waktu terus berjalan sampai akhirnya
Allah
278
mempertemukan diriku dengan kedua orang tua kandungku lewat
bantuan banyak
orang termasuk, Fahri, Maria, Nurul, Syaikh Ahmad dan Ummu Aiman.
Kedua orang
tua kandungku adalah orang terpandang dan dari keluarga besar
terhormat. Mereka
menerima kedatanganku dengan penuh rasa bahagia luar biasa. Petaka
itu datang
kembali ketika perutku semakin membesar. Mereka menanyakan padaku
siapa yang
telah menghamiliku. Aku tak mau berterus terang bahwa Bahadur yang
menghamiliku
dengan memperkosa. Aku sudah sangat benci dengan dirinya. Akhirnya
aku
berbohong pada mereka yang menghamiliku adalah Fahri. Sebab aku
sangat
mencintai Fahri dengan harapan Fahri nanti mau menikahiku. Namun
yang kulakukan
ternyata tak lain adalah dosa besar yang sangat keji aku telah
menghancurkan
kehidupan orang yang kucintai dan di sisi lain aku telah
membiarkan penjahat yang
menghamiliku tertawa terbahak-bahak. Semua rekayasa yang telah diatur
rapi juga
diporak-porandakan oleh kekuasaan Allah Swt. Di sini, sebelum di
akhirat nanti, aku
akui dengan sejujurnya Fahri tidak bersalah. Dia bersih. Dan
kepadanya dan kepada
keluarganya serta siapa saja yang terzhalimi atas kebodohanku aku
mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Aku memang ditakdirkan untuk hidup malang
di dunia.
Namun aku bertekad memperbaiki diri agar tidak malang di akhirat
kelak.”
Atas dasar semua bukti yang ada dan pengakuan Noura akhirnya mau
tidak
mau Dewan Hakim memutuskan diriku tidak bersalah dan bebas dari
dakwaan apa
pun. Takbir dan hamdalah bergemuruh di ruang pengadilan itu
dilantunkan oleh
semua orang yang membela dan bersimpati padaku. Seketika aku sujud
syukur
kepada Allah Swt. Aisya memelukku dengan tangis bahagia tiada terkira.
Paman
Eqbal dan bibi Sarah tak mampu membendung air matanya. Syaikh
Ahmad dan
Ummu Aiman juga sama. Nurul dan suaminya yaitu Mas Khalid datang
memberi
selamat dengan mata berkaca. Satu persatu orang-orang Indonesia
yang di dalam
ruangan itu memberi selamat dengan wajah haru. Amru memberi tahu
bahwa Kolonel
Ridha Shahata, sepupu Syaikh Ahmad yang memiliki posisi cukup
penting di Badan
Kemanan Negara juga punya andil dalam membantu mendapatkan bukti
dari kantor
telkom dan memaksa Gamal berkata jujur. Suatu bukti bahwa dunia
belum kehilangan
orang-orang yang baik dan cinta keadilan.
Ayat - Ayat Cinta - Bab 27
No comments:
Post a Comment