LIMA
PULANG
dari palatiahan aku sempatkan untuk
mampir ketoko busana muslim. Aku membelikan beberapa stel busana muslimah untuk
Raihana. Juga daster. Serta pakaian bayi. Ketika malihat toko emas aku tertarik
membelikan gelang untuknya. Aku ingin membelikan hadiah kejutan untuknya. Aku
ingin dia tersenyum bahagia melihat kedatanganku.
Aku
tidak langsung kerumah ibu mertua, tempat dimana Raihana sekarang berada. Tapi
terlebiha dahulu ke rumah kontrakkan untuk memenuhi pesan Raihana, mencairkan
uang tabungannya. Sampai dirumah, aku langsung membuka kasur tempat dia tidur
selama ini. Aku tersentak kaget. Dibawah kasur itu, kutemukan puluhan kertas
merah jambu. Hatiku berdesir,darahku terkesiap. Surat cinta siapa itu ? rasanya
aku tidak pernah membuat surat cinta untuk isteriku. Gila! Jangan-jangan ini
surat cinta isteriku dengan lelaki lain. Jangan-jangan isteriku serong.awas
kau…!! Dengan diliputi rasa curiga dan penasaran. Aku takut ia berbuat yang
tidak aku inginkan. Segera kuambil tumpukan surat itu. kubaca dan kuamati
betul-betul. Aku terpana sesaat. “ benar, ini tulisan tangan Raihana sendiri.
Lolu untuk siapa Raihan menulis surat-surat cinta ini!! Gumamku dalam hati
dengan penuh keheranan. Kubaca satu persatu surat itu.
Dan……..
ya Rabbi….. ternyata surat-surat ini adalah ungkapan hati Raihana yang selama
ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, mati-matian
meredam rindu akan belainku. Ia menguatkan diri menaha nestapa dan derita
yangluar biasa karena atas sikapku. Hanya Allah-lah tempat ia meratap
melabuhkan dukanya, dan…….. ya Allah, ia setia memanjatkan doa rabithah, doa
ikatan cinta dengan tulus dan ikhlas untuk kebaikan suaminya. Dan betapa ia
mendambakan hadirnya cinta sejati yang murni suci dariku.
Ya
Rabbi. Tanpa sepengetahuanku, selama dua bulan sebelum aku mengantarnya kerumah
ibu mertua ia bahkan sering puasa sunnah demi meredam hasrat biologisnya yang
tak pernah kupahami. Ia kuatkan berpuasa demi mensucikan dirinya dari jerat
kehinaan. Nyaris ia putus asa menanti cairnya cintaku. Beruntung ia memiliki
cahaya Al quran didalam hatinya.
“Rabbi
dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpah di hadapan-Mu. Lakal Hamdu Ya Rabb.
Telah engkau mulia akan hamba dengan alquran. Kau kuatkan diri hamba dengan
cahaya alquran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba
sudah terperosok dalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curanhkan tambahan kesabaran
pada diri hamba…..” tulis Raihana. Ia lawan badai derita yang menerpannya
dengan doa dan lantunan ayat suci alquran. Sungguh perempuan yang mulia dia.
Hatinya begitu putih. Jiwanya bersih. Sedangkan aku? Oh, betapa zhalimnya, aku
selama ini. Ya Rabbi,ampunanilah hamba-Mu yang zhalimi ini. Ampunilah ya Rabb!.
Di
akhir lembaran suratnya Raihana berdoa,
“Ya
Allah inilan hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk
pintu-Mu. Melabuhkan derita jiwa ini kehadiran-Mu. Ya Allah tujuh bulan sudah
hamba-Mu yang lemah ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa tega
suami hamba, ia tak mempedulikan hamba dan menelantarkan hamba. Masih kurang
apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaan hamba padanya. Masih
kurang apa baktiku padanya? Ya allah, jika memang masih ada yang kurang
ilhamkanlah pada hamba-Mu yang dhaif ini cara berahklakyang lebih mulia lagi
pada suaminya.
Ya
allah, dengan rahmatMu hamba memohon jangan engkau murkai dia karena
kelalaiannya. Cukup hamba saja yang menderita. Biarlah hamba saja yang
menanggung nestapa. Jangan engkau murkai dia, dia adalah ayah dari janin yang
hamba kandung ini. Jangan engkau murkai dia, dengan cinta hamba telah memaafkan
segala khilafanya, hamba tetap menyayanginya, ya allah berilah hamba kekuatan untuk
setia berbakti dan memuliakanya. Ya allah,Engkau Maha tau bahwa hamba sangat
mencintainya karena-Mu. Ya sampaikanlah rasa cinta hamba ini kepadanya dengan
cara-Mu yang paling bijaksanna. Tegurlah dia dengan teguran rahmat-Mu. Ya
allah, dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali
Engkau. Mahasuci Engkau ya allah,sungguh hamba mengakui hamba termasuk golongan
orang-orang yang zhalim. Amin”
Tak
terasa air mataku mengalir,dadaku sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisanku
meledak. Dalam isak tangisku semua kuabaikan Raihan selama ini terbayang.
Wajahnya yang teduh dan baby face, pengorbanan dan pengabdianya yang tiada
putusnya, suaranya yang lembut. Tangisannya saat bersimpuh dan memeluk kedua
kakiku, semua terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Ya cinta itu
datang dalam keharuanku. Dalam kaharuanku terasa ada hawa sejuk turun dari
langit dan merasuk dalam jiwaku, seketika itu, pesona kecantikan Cleopatra
memudar; berganti cahaya cinta Raihana yang terbang di hati. Hatiku terasa
basah. Rasa sayang cintaku pada Raihana tiba-tiba terasa begitu kuat mengakar
di seluruh syaraf dan nadi. Dan sukmaku diliputi rasa rindu luar biasa. Cahaya
Raihana terus berkali-kali dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya untuk
segera menumpakan tangis cinta dipangkuannya. Ya allah sungguh bijaksana Engkau
mengatur kahidupan. Subhanaka ya rabbi !
Segera
kukejar waktu untuk membagi cintaku pada Raihana. Membagi rinduku yang
tiba-tiba memenuhi rongga dada. Air mataku berderai-derai. Kukebut kendaraan
ku. Kupacu kencang diiringi derai air mata yang tiada berhenti menetes di
jalanan. Aku tak peduli. Aku ingin segera sampai dan meluapkan cinta ini
padanya. Padanya yang berhati mulia. Bergitu sampai di halaman rumah mertua,
nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan mangambil nafas panjang dan mengusap
air mata. Melihat kedatanganku ibu mertua serta merta memelukku dan menangis
tersedu-sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis.
“Mana
Raihana Bu?”
Ibu
mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertannya apa sebenarnya yang
terjadi.
“Isterimu,
Raihana isterimu dan anakmu yang dikandungannya!”
“Ada
apa dengan dia?”
“Dia
telah tiada.”
“Ibu
berkata apa?”
“isterimu
telah meninggal dunia. Satu minggu yang lalu. Dia terjatuh dikamar mandi. Kami
membawanya kerumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal dia
berpesan untuk memintakan maaf kepadamu atas segala kekurangan dan khilafannya
selama menyertaimu. Dia minta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia
minta maaf telah tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhainya.”
Hatiku
bergetar hebat.
“Ke….kenapa
ibu tidak memberi kabar kepadaku?”
“ketika
Raihana di bawa ke rumah sakit, aku sudah mengutus seorang menjemputmu kerumah
kontrakkan tapi kau tiada ada. Dihubungi kekampus kau ternyata sedang pelatihan
di Jawa Barat. Kami tak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana juga berpesan agar
jangan sampai kami mengganggu ketenganmu salama pelatihan. Dan ketika Raihana
meninggal kami sangat sedih, kami camkan kesedihan tiada terkira. Jadi
maafkanlah kami.”
Aku
menangis tersedu-sedu. Hatiku sangat pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku sedang
merasakan cinta yang membara pada Raihana, ia telah tiada. Ketika aku ingin
menebus semua dosa yang keperbuat padanya, ia telah meninggalkan aku. Ketika
cintaku padanya sedang membuncah-buncah. Rinduku padanya menggelegak-gelegak.
Dan aku ingin memuliakannya sepanjang hayatku. Aku hanya terlambat. Dia telah
tiada. Dia telah meninggalkan aku untuk selamanya tanpa memberikan kesempatan
padaku untuk sekedar meminta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah
menghukumku dengan penyesalan dan rasa bersalah tiada terkira.
Ibu
mertua mengajakku kesebuah gundukan tanah masih baru di kuburkan yang letaknya
dipinggir desa. Diatas gundukkan itu ada dua batu nisan. Nama dan hari wafat
Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu, dan
penyesalan yang luar biasa. Aku menangis tersedu-sedu, ,memanggil-mangil nama
Raihana seperti orang gila. Sukmaku menjerit-jerit, mengiba-iba. Aku ingin
Raihana hidup kembali. Hatiku perih tiada terkira.
Dunia
tiba-tiba gelap semua…………… Telah selesai ditulis
Di Cairo, januari 2002.
Direvisi kembali
Di Semarang, oktober 2003.
Untuk mereka yang menganggap
Kecantikan adalah segalanya!
Novel karya Habiburrahman El Shirazy Lainnya ; Disini
No comments:
Post a Comment