ThePissed Husband
Revel
duduk di dalam kegelapan. Menunggu hingga istrinya yg tadi malam sudah
menciumnya
sampai dia sudah mau gila sbelum kemudian meninggalkannya sendiri di
dalam
studionya dgn semua bagian dirinya tegang. Dan dia bukan hanya membicarakan
tentang
otot bahunya. Istrinya yg pukul sebelas tadi pagi meninggalkan rumah dgn hanya
mengatakan
“hai” dan “bye” padanya tanpa kelihatan terpengaruh sama sekali dgn kejadian
semalam.
Istrinya yg kini masih juga belum kembali, padahal jam sudah menunjukkan pukul
tujuh
malam. Kemana dia pergi, Revel tdk tahu dan dia gengsi menelepon ke HP-nya
untuk
menanyakan
hal ini. Klo Ina lebih memilih menghabiskan seluruh hari Sabtu tanpanya, fine!
Dia
juga bisa menghabiskan seluruh hari Sabtu tanpa perempuan itu. Tapi kenyataannya
adalah...
dia tdk bisa menghabiskan satu hari penuh tanpa melihat wajah Ina dan itu
membuatnya
jengkel pada dirinya sendiri. Oleh karena itu kejengkelan ini, dia sekarang
duduk
di dalam kegelapan di dalam kamar tidur Ina, menunggu hingga dia pulang. Dia
menempati
sofa yg terletak di sudut kamar dan sedikit tersembunyi.
Sejam
yg lalu ketika dia keluar studio untuk mengistirahatkan kepalanya yg sudah mau
pecah
karena terlalu lama berkonsentrasi, dia menemukan rumahnya sepi. Tdk ada jejak
Ina
dimana2.
Dia kemudian mendapat informasi dari satpam bahwa Ina masih belum pulang
dan dia
tdk tahu knapa tp dia merasa bahwa dia perlu memastikan hal ini, jd dia pergi
mengetuk
pintu kamar Ina. Lima menit kemudian, pintu itu masih tertutup dan Revel
mencoba
membukanya, tp ternyata Ina menguncinya. Dengan hasrat keingintahuan
bercampur
dgn keisengan dan sedikit rasa jengkel, Revel mengambil kunci cadangan dari
kamarnya
dan membuka pintu kamar Ina, tanpa seizinnya. Revel tahu bahwa dia sudah
melanggar
privasi Ina, tp pada saat itu, dia tdk peduli.
Dia
memasuki kamar itu ketika cahaya matahari yg masuk melalui jendela masih cukup
terang.
Dia merasa sperti penyusup di rumahnya sendiri. Buru2 dia menutup pintu, klo
klo
mbok
Nami bertanya2 knapa pintu itu terbuka padahal Ina sedang tdk ada di rumah.
Smenjak
dia menikahi Ina, mbok Nami seakan2 mendapatkan satu orang lagi yg bisa dia
curahi
kasih sayangnya. Terkadang Revel berpikir bahwa akhir2 ini mbok Nami bahkan
lebih
menyayangi
Ina daripada dirinya. Jelas2 Revel tdk pernah melihat mbok Nami mengomeli
Ina
sperti dia mengomeli Revel klo dia menenggak susu segar yg disimpan di dalam
lemari es
langsung
dari kartonnya atau klo dia lupa menggantung handuknya pada rak handuk stelah
menggunakannya
dan meninggalkan handuk itu diatas kasur, menyebabkan seprai jd
lembab.
Oke, dia akui bahwa Ina slalu menuangkan susu ke dalam gelas sbelum
meminumnya
dan dia tdk pernah tahu kebiasaan mandinya Ina oleh karena itu dia tdk bisa
menuduh
mbok Nami seenak jidatnya, tp dia tetap sedikit jealous atas perlakuan ini.
Dia
melarikan matanya ke sekeliling kamar itu, yg cukup rapi dan teratur. Dia
mengambil
napas
dan aroma stoberi menyerang indra penciumannya.
“God,
that damn smell is everywhere,” gerutu Revel.
Perlahan2
dia mulai berjalan mengelilingi kamar itu, yg kelihatan sama sperti terakhir
kali
dia
memasukinya, tp dia merasakan sedikit perbedaan. Mungkin karena sentuhan2 Ina
pada
kamar
itu. Perhentian pertama adalah meja dandan. Bermacam2 botol produk wanita,
mulai
dari
pelembab, hingga parfum terdapat di permukaannya. Dia lalu menghampiri kursi
sofa
yg
menempal pada dinding, di sbelahnya ada sebuah meja meja kecil dgn lampu baca
diatasnya.
Diatas meja ada sebuah novel karangan Frank McCourt dgn bookmark diantara
halaman
200 dan 201. Dia meletakkan buku itu kembali pada tempatnya sbelum
mengalihkan
perhatiannyapada benda selanjutnya yg ada di kamar itu.
Lain
dgn kamar tidurnya, kamar Ina tdk memiliki TV. Dinding tempat dulu Revel
meletakkan
TV
plasmanya ditutupi oleh tiga rak tinggi yg penuh dgn buku. Revel memiringkan
kepalanya
dan
membaca judul buku2 itu. Dia baru menyadari bahwa buku2 itu diatur berdasarkan
ukuran
dan alphabet nama pengarang. Great! Dia sudah menikahi seorang neat freak yg
kemungkinan
besar juga seorang obsessivecompulsive yg harus memastikan bahwa
semuanya
teratur dgn rapi karena klo tdk, dia bisa stres. Perhatiannya kembali pada
deretan
buku
dan dia sadar bahwa genre buku2 itu cukup bervariasi, mulai dari romance hingga
biografi
semuanya ada pada rak itu. Man, this woman must be freakishly smart. Dia tdk
pernah
melihat buku sebanyak ini sebagai koleksi pribadi sepanjang hidupnya.
Stelah
puas dgn perpustakaan yg dimiliki oleh Ina, sasaran selanjutnya adalah sebuah
bureas
dimana
orang biasanya menyimpan pakaian dalam atau kaus. Lemari itu setinggi
pinggangnya
dan diatasnya dipenuhi oleh berbingkai2 foto. Lain dgn foto2 Revel yg
tergantung
di dinding, foto2 ini dicetak berwarna dan kelihatannya diambil belum lama ini.
Semuanya
mengikutsertakan anggota keluarga Ina hingga kerabat dekat. Dia bahkan
melihat
foto Ina dgn Marko yg spertinya diambil di sebuah restoran. Foto selanjutnya yg
dia
lihat
membuat matanya terbelalak. Dia mengangkat foto itu hanya untuk memastikan
bahwa
matanya tdk picek. Matanya tdk salah, itu memang foto yg diambil saat acara
ijab klo
dilihat
dari pakaian yg mereka kenakan. Dia sedang mencium kening Ina stelah mereka
resmi
disahkan sebagai suami istri oleh penghulu. Pertanyaan pertama adalah, darimana
Ina
mendapatkan
foto ini? Karena setahunya fotografer yg disewanya tdk mencetak foto
perkawinan
mereka dalam ukuran itu. Pertanyaan kedua adalah, knapa Ina menyimpan foto
ini?
Dia
akan menanyakan hal ini pada Ina. Pada saat itulah ide untuk menunggunya di
dalam
gelap
muncul. Tadinya dia mempertimbangkan untuk duduk diatas tempat tidur, tp dia
tahu
bahwa
tempat tidur adalah trempat pertama yg akan dilihat Ina begitu dia memasuki
kamarnya,
maka kurang memiliki efek mengagetkan. Akhirnya stelah beberapa menit
mempertimbangkan
lokasi yg tepat untuk mengagetkan Ina, dia memilih sofa yg kini
didudukinya
itu. Dia sedang membayangkan reaksi Ina saat melihatnyaa ketika dia
mendengar
gema langkah kaki pada lantai marmer. Langkah itu terdengar sangat buru2,
hampir
berlari. Kemudian terdengar bunyi kunci diputar dan pintu kamar terbuka dan
Revel
melihat
bayangan tubuh Ina memasuki kamar tidurnya. Dia tdk menyalakan lampu,
melainkan
mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu sambil berjalan menuju kamar
mandi.
Ina menyumpah ketika kakinya menabrak kaki temoat tidur. Revel menggigit bagian
dalam
mulutnya, menahan tawa.
Lampu
kamar mandi menyala dan Revel mendengar shower dinyalakan. Dia melihat Ina
lagi,
yg kini
hanya mengenakan celana dalam dan bra warna hitam renda2. Shit! Dia merasa
sperti
sedang berada di sebuah strip club di Las Vegasn, menunggu dgn antisipasi
hingga
dancer
yg ada dihadapannya akan menjatuhkan branya. Entah knapa, tp semua stripper
slalu
menanggalkan bra mereka lebih dahulu sebelum celana dalam. Mungkin itulah yg
diajarkan
pada SKS, alias Sekolah Khusus Stripper.
“Remember,
ladies, laki2 senang digoda. Jangan berikan mereka segalanya pertama kali
mereka
melihat kita, karena tipsnya akan berkurang klo kita melakukan itu. Paskitan
kita
menanggalkan
bra dulu karena dgn begitu mereka akan lebih tergoda untuk melihat hal
lainnya.”
Revel
hampir saja terkekeh dgn imajinasinya sendiri. Kapan trakhir dia ke Vegas?
5tahun yg
lalu.
Klo saja visa ke Amerika tdk terlalu susah didapatkan, dia mungkin sudah pergi
ke Vegas
lagi
smenjak itu. Sekarang, dia harus puas dgn stripper semiprofesional dgn badan
kurus,
pendek,
dan berdada rata dalam bentuk istrinya.
Revel
sedang memakukan tatapannya pada pakaian dalam Ina ketika tiba2 lampu terang
menyerang
matanya sbelum dia mendengar seseorang berteriak sekencang2nya.
“kmu ngapain
ada dalam kamar saya?” teriak Ina dgn nada menuduh sambil berusaha
menutupi
sebanyak2nya bagian tubuhnya dari Revel dgn kedua tangannya stelah dia
berhenti
berteriak.
Revel
hanya kelihatan terlibur melihat usahanya yg sia2 itu daripada menjawab
pertanyaannya.
Damn the man!!! Menyadari bahwa Revel tdk akan mengasihaninya, Ina
kemudian
berjalan secepat mungkin sambil membungkuk menuju tempat tidur dan menarik
bedcover
untuk menutupi dirinya.
“Apa
kmu akan menjawab pertanyaan saya?” Kini suara Ina sudah tdk melengking lagi,
karena
dia sudah tdk terlalu naked lagi.
“Kmu
kemana saja seharian?” tanya Revel.
Ina
berpikir sejenak apakah dia akan menjawab pertanyaan ini. Revel jelas2
menghindar dari
menjawab
pertanyaan yg sudag dia ajukan terlebih dahulu, jd knapa dia harus menjawab
pertanyaannya?
Tapi akhirnya dia berpikir bahwa mungkin klo Revel mendapatkan
jawabannya,
dia akan segera meninggalkan kamarnya.
“Main
ke rumah Tita,” ucap Ina akhirnya.
Bukannya
pergi, Revel justru memgatur posisi tubuhnya agar lebih nyaman dan berkata,
“Gimana
kabarnya?”
“baik-baik
saja.” Tangan Ina mulai pegal karena mencoba manahan bedcover yg berat itu
agar
tdk merosot.
“Apa
dia masih nggak suka sama saya?” Pertanyaan Revel ini disambut tatapan bingung
dari
Ina dan
Revel menambahkan, “Kmu nggak usah kelihatan bingung. Orang buta juga bisa
lihat
klo dia nggak terlalu suka sama sya dari cara dia memandang saya. Dia mungkin
berpikir
klo saya sudah take advantage dari kmu,” sbelum kemudian tertawa terkekeh2.
“Tita
dalah teman baik saya, dan dia hanya mau yg terbaik untuk saya.”
Revel
menarik tubuhnya dari sofa dan berdiri. “Oh, saya tahu itu. Saya nggak
menyalahkan
dia,
karena klo saya jadi dia, saya mungkin akan melakukan hal yg sama. Orang gila
mana yg
mau
teman baiknya menikahi laki2 sperti saya? Sudah kerjanya nggak teratur dan
sering
digosipin
yg tidak2 oleh media,” ucapnya sambil mengambil beberapa langkah mendekati
Ina yg
berada di seberang ruangan darinya.
“Sekarang
mereka bisa menambahkan bahwa kmu suka masuk ke kamar orang tanpa
diundang,”
tandas Ina.
Dan
komentar ini justru membuat Revel tertawa terkekeh2.
“Kmu
juga pernah masuk ke kamar saya tanpa diundang,” lanjutnya santai.
Ina
mengerutkan keningnya mendengar komentar itu. “ Jadi kmu kesini Cuma untuk
balas
dendam,
oke saya terima itu. Sekarang kita impas,” ucapnya.
Klo
saja dia tdk sedang berusaha menutupi tubuhnya yg hanya mengenakan pakaian
dalam,Ina
mungkin sudah melemparkan lampu meja kepada Revel. Akhirnya dia harus puas
dgn
hanya memberikan tatapan yg bisa membolongi kepala Revel.
Revel
tersenyum melihat reaksi Ina dan berkata, “ Kmu bururan mandi, makan malam jam
delapan.
Saya tunggu kmu di Bawah.”
“Kmu
makan saja sendiri. Saya bisa urus makan malam saya sendiri.” Ina tahu bahwa
dia
kedengaran
ngambek, tp dia terlalu jengkel untuk peduli.
Revel
kelihatan tersinggung karena permintaannya tdk dituruti. “Saya tunggu kmu
sampai
jam
delapan lewat lima belas menit. Klo kmu belum turun juga, saya akan naik kesini
dan
narik
kmu turun. Nggak peduli kmu sudah pakai pakaian tau belum,” ancamnya.
Kata2
yg penuh dgn perintah itu membuat bulu di tengkuk Ina berdiri, yg brarti bahwa
dia
mencoba
sebisa mungkin menahan kemarahannya. Bila itu terjadi, dia hanya perlu
mengambil
beberapa tarikan napas dalam2 dan dalam beberapa menit dia sudah bisa
mengontrol
kemarahannya, tp tdk malam ini. Dia bergegas menuju Revel . ketika sadar
bahwa
langkahnya terganggu oleh bedcover yg mengelilingi tubuhnya, dia menyibakkan
bedcover
itu dan melupakan sejenak rasa malunya karena hanya mengenakan pakaian
dalam
di depan orang tdk dikenal, dan bergerak ke arah suaminya. “Kmu nggak ada hak
mengatur
saya. Apa dan kapan saya akan makan itu bukan urusan kmu. Ngerti?” Ina bahkan
menekankan
jari telunjuknya pada dada Revel untuk menunjukkan bahwa dia tdk main2.
Revel
menatap Ina selama beberapa detik tanpa mengedipkan matanya, dia kelihatan
terkejut
oleh reaksi Ina terhadap kata2nya. Kemudian, “Why are you so mad at me?”
tanyanya
pelan.
“Karena..
karena..” Terlalu banyak kata2 yg ingin diucapkan Ina sehingga otaknya
mengalami
korsleting.
Revel
menggenggam lengan Ina bagian atas dan berkata, “Sebelum kmu mulai marah2 lagi,
sebaiknya
kmu mandi dulu dgn air hangat supaya emosi kmu bisa lebih tenang. Klo nanti
kmu
masih marah sama saya stelah habis mandi, saya ada di ruang makan dan siap
menerima
omelan kmu,’ sbelum kemudian melepaskan Ina dgn tiba2 dan keluar dari kamar
itu.
Ina
segera berlari menuju pintu dan menguncinya. Ohhh! Aku akan membunuh laki2 satu
itu
suatu
hari nanti, teriak Ina dlam hati dan bergegas masuk ke dalam shower untuk
menenangkan
pikirannya. Dia tdk percaya bahwa dia sudah menghabiskan waktu 20menit
dalam
perjalanan pulang dari rumah Tita dan memikirkan cara terbaik untuk memperbaiki
hubungan
Revel dgn mamanya. Dan apa yg dia temui? Revel sudah menunggunya di dalam
kegelapan
kamarnya, ruangan pribadinya, sperti seorang predator yg siap menerkam
mangsanya.
Dia bahkan tdk kelihatan menyesal karena sudah mengejutkannya samapai
jantungnya
seolah meloncat keluar. Sialan! Berani2nya dia masuk kamarnya tanpa izin dan
memberikan
perintah padanya seakan2 dia dalah tuan tanah dan Ina adalah budak yg
dimilikinya.
Dia tdk menikah untuk menghindari rongrongan keluarganya yg slalu mau
mengatur
hidupnya agar bisa diatur oleh orang lain yg bahkan tdk ada hubungan darah
dengannya
sama sekali.sial, SIAL, SIAAALLL!
***
Ternyata
Revel benar, karena stelah mandi, Ina merasa lebih segar dan pikirannya memang
lebih
jernih, dgn begitu dia yg tadinya bertekad mengunci dirinya di dalam kamar dan
tdk
turun
makan malam hanya untuk menunjukkan kepada Revel bahwa dia tdk akan tunduk di
bawah
tekanannya, luntur. Dia merasa silly karena sudah bertengkar dgn Revel untuk
hal
remeh
sperti ini. Mereka baru resmi menikah selama 6hari, jd pada dasarnya dia masih
harus
hidup dgn Revel selama 8bulan lagi sesuai persyaratan kontrak dan berstatus
sebagai
pasangan
resmi Revel selama setahun. Dengan begitu, dia harus belajar menoleransi Revel
klo mau
pernikahan ini tahan hingga waktu yg ditetapkan.
***
Revel
tdk menyangka bahwa Ina akan muncul stelah argumentasi mereka tadi, maka dari
itu
dia
agak terkejut ketika dia melihat Ina turun ke ruang makan pada pukul delapan
lewat
empat
belas menit. Stelah ada waktu untuk duduk sendiri dan memikirkan tentang
pertengkaran
mereka, Revel tahu alasan knapa Ina marah besar padanya. Dia beruntung
bahwa
Ina tdk menyinggung2 soal klausa pada kontrak mereka yg jelas2 menyatakan bahwa
dia
memang tdk ada hak untuk mengatur kehidupannya. Dia memang suami Ina, tp hanya
diatas
kertas, tdk lebih dari itu, maka dia harus belajar berhenti berkelakuan sperti
seorang
suami
betulan. Selama ini Revel yakin bahwa dia bukanlah tipe laki2 yg bisa jadi
seorang
suami,
tp lihatlah dia sekarang. Dia khawatir bahwa dia sudah menyakiti perasaan Ina,
dia
mau
minta maaf, tetapi tdk tahu bagaimana melakukannya. Dia takut Ina akan
memberikannya
the silent treatment dan melarangnya masuk ke kamar tidur mereka. Hah!
Mereka
bahkan tdk tidur di kamar tidur yg sama, jd knapa dia harus khawatir tentang
itu?
Tanpa
mengatakan apa2 Ina berjalan menuju meja makan dan mengambil posisi di tempat
yg sama
yg dia duduki kemarin malam. Revel mengikuti petunjuknya dan dan melakukan hal
yg
sama. Mereka makan di dalam diam. Masing2 memiliki banyak hal yg ingin mereka
kemukakan,
tp tdk ada yg berani memulainya.
“Saya
minta maaf karena sudah..” ucap Revel, pada saat yg bersamaan Ina berkata,
“Sori,
karena
sudah marah marah...”
Mereka
kemudian saling tatap selama beberapa detik, sebelum tertawa terkekeh2.
“Kmu
duluan,” ucap Revel sambil tersenyum.
Ina
mengangguk sambil membalas senyuman itu. “Saya minta maaf karena sudah marah2
soal
makan malam dgn kmu.”
“Kmu
pantas marah2 pada saya, sebab saya sudah masuk ke kamar tidur kmu tanpa izin.
By
the
way, saya minta maaf soal itu,” balas Revel.
Ina
mengangguk, menerima bendera putih yg diajukan oleh Revel. “Gimana kmu bisa
masuk
ke
kamar saya sih? Kan pintu saya kunci,” lanjutnya.
“Saya
punya kunci cadangan.” Melihat mata Ina yg terbelalak, Revel buru2 menambahkan,
“
Saya
akan kasih kunci ituke kmu klo kmu takut saya akan mengganggu privasi kmu
lagi.”
Ina
kelihatan berpikir sejenak sebelum menggeleng. “Saya nggak keberatan kmu punya
kunci
cadangan asal kmu janji nggak masuk kamar saya lagi tanpa izin.”
Revel
mengangguk mengerti. “Lagian juga, mungkin punya kunci cadangan adalah ide yg
baik,
just in case saya kehilangan kunci saya atau klo ada emergency lainnya dimana
kmu
harus
membuka pintun kamar saya. Buka pintu pakai pintu tetunya lebih gampang
daripada
harus
mendobrak pintu dari kayu jati.”
Revel
terkekeh menyadari betapa penuh logikanya pikiran Ina, sesuatu yg bisa
diharapkan
dari
seorang perempuan sepintardia tentunya.
“Yg
saya nggak ngerti adalah knapa kmu harus nunggu saya di dalam kamar tidur saya
dalam
kegelapan.
Knapa nggak nyalain lampu, atau bahkan lebih baik lagi, nunggu saya di ruang
tamu
mungkin,” ucap Ina dgn sedikit bingung.
“Saya
bossan dan perlu hiburan. Saya nggak tahu klo kmu bakalan pergi sampai
seharian.
Saya
nggak ada teman ngobrol,” balas Revel cuek.
Sendok
yg sudah stengah jalan menuju mulut Ina terhenti, dia kemudian meletakkan
sendok
itu
diatas [piring. “oke, sekarang saya ada disini, kmu mau membicarakan tentang
apa?”
“Hah?”
tanya Revel bingung.
“Apa
kmu mau membicarakan kejadian tadi malam dgn saya?”
Revel
terdiam. Apa dia mau membicarakannya? Apa mereka harus membicarakannya? Tdk
bisakah
mereka melupakan saja ciuman itu dan berkelakuan sperti tdk pernah terjadi?
“Saya
minta maaf karena sudah melakukan itu. Saya nggak sengaja,” ucap Ina.
“Nggak
sengaja?” Revel menatap Ina tdk percaya. Orang mungkin tdk sengaja menyenggol
gelas
dan menumpahkan semua isinya keatas taplak meja, atau mungkin klo mereka secara
tdk
sengaja menuangkan sabun cair ke tangan bukannya sampo ketika mandi. Bagaimana
bisa
seseorang memasukkan lidah mereka ke mulut orang laindan membiarkan orang lain
itu
melakukan hal yg sama, karena dia tdk sengaja?
This is
bullshit, omel Revel dalam hati. Dia betul2 tdk bisa menerima alasan Ina. Dia
baru
saja
akan mengatakan hal ini ketika dia mendengar suara Ina lagi.
“Iya,
saya nggak tahu dimana pikiran saya waktu saya melakukan itu. Saya bahkan nggak
tahu
knapa sya melakukan itu.”
Suatu
rasa yg mendekati kejengkelan muncul di dalam hati Revel. Dia betul2 tdk
menyukai
apa yg
dikatakan Ina. Perlahan-lahan dia meletakkan sendok dan garpu yg ada di dalam
genggamannya
dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Matanya tdk
meninggalkan
Ina.
“Saya
nggak bisa tidur semalaman karena mikirin soal itu. Saya tahu kmu laki2 dewasa
yg
tahu
apa yg harus kmu lakukan. Kmu nggak perlu dibilangin sama orang lain.
Terutamanya
sama
saya.”
Revel
mencoba mengingat2 kejadian tadi malam dan dari memorinya dia tdk ingat Ina
mengatakan
apa2 ketika dia menciumnya. Then again, perhatiannya terfokus pada bagian
tubuh
Ina yg lain pada saat tiu.
“Saya
minta maaf klo saya sudah kelewatan,” Ina menutup penjelasannyadgn nada penuh
penyesalan.
Ina
memang sudah kelewatan, alright. Kelewatan sampai2 dia tdk bisa berkonsentrasi
saat
rekaman
tadi malam. Tidak bisa memikirkan hal lain selain bahwa dia ingin memerintahkan
kru band-nya
supaya cepat pulang, agar dia bisa menggedor pintu kamar Ina dan memaksa
Ina
menyelesaikan apa yg dia sudah mulai. Dan kini, Ina sudah kelewatan karena
membuatnya
marah dgn stiap kalimat yg diucapkannya.
“Saya
janji nggak akan melakukannya lagi,” lanjut Ina dan melemparkan senyumannya
kepada
Revel.
Like
hell she won’t. She will do it again and soon. Karena kalo tdk, aku bisa gila,
geram Revel
dalam
hati. Ina adalah wanita pertama yg dia cium semenjak bulan Desember. Yg brarti
bahwa
dia sudah bertingkahlaku sperti seorang pastor Katolik selama 6bulan. Dia tdk
pernah
puasa
“tdk menyentuh perempuan” sebegini lama smenjak dia berumur 18tahun dan ini
betul2
mengancam kesehatan fisik dan juga mentalnya.
“Kmu
seharusnya memikirkan ini semua sebelum kmu menyerang sayasperti saya adalah
hot
fudge brwnie,” ucap Revel sinis. Dia betul2 tdk bisa mengontrol kemarahannya. ThePissed Husband
Revel
duduk di dalam kegelapan. Menunggu hingga istrinya yg tadi malam sudah
menciumnya
sampai dia sudah mau gila sbelum kemudian meninggalkannya sendiri di
dalam
studionya dgn semua bagian dirinya tegang. Dan dia bukan hanya membicarakan
tentang
otot bahunya. Istrinya yg pukul sebelas tadi pagi meninggalkan rumah dgn hanya
mengatakan
“hai” dan “bye” padanya tanpa kelihatan terpengaruh sama sekali dgn kejadian
semalam.
Istrinya yg kini masih juga belum kembali, padahal jam sudah menunjukkan pukul
tujuh
malam. Kemana dia pergi, Revel tdk tahu dan dia gengsi menelepon ke HP-nya
untuk
menanyakan
hal ini. Klo Ina lebih memilih menghabiskan seluruh hari Sabtu tanpanya, fine!
Dia
juga bisa menghabiskan seluruh hari Sabtu tanpa perempuan itu. Tapi kenyataannya
adalah...
dia tdk bisa menghabiskan satu hari penuh tanpa melihat wajah Ina dan itu
membuatnya
jengkel pada dirinya sendiri. Oleh karena itu kejengkelan ini, dia sekarang
duduk
di dalam kegelapan di dalam kamar tidur Ina, menunggu hingga dia pulang. Dia
menempati
sofa yg terletak di sudut kamar dan sedikit tersembunyi.
Sejam
yg lalu ketika dia keluar studio untuk mengistirahatkan kepalanya yg sudah mau
pecah
karena terlalu lama berkonsentrasi, dia menemukan rumahnya sepi. Tdk ada jejak
Ina
dimana2.
Dia kemudian mendapat informasi dari satpam bahwa Ina masih belum pulang
dan dia
tdk tahu knapa tp dia merasa bahwa dia perlu memastikan hal ini, jd dia pergi
mengetuk
pintu kamar Ina. Lima menit kemudian, pintu itu masih tertutup dan Revel
mencoba
membukanya, tp ternyata Ina menguncinya. Dengan hasrat keingintahuan
bercampur
dgn keisengan dan sedikit rasa jengkel, Revel mengambil kunci cadangan dari
kamarnya
dan membuka pintu kamar Ina, tanpa seizinnya. Revel tahu bahwa dia sudah
melanggar
privasi Ina, tp pada saat itu, dia tdk peduli.
Dia
memasuki kamar itu ketika cahaya matahari yg masuk melalui jendela masih cukup
terang.
Dia merasa sperti penyusup di rumahnya sendiri. Buru2 dia menutup pintu, klo
klo
mbok
Nami bertanya2 knapa pintu itu terbuka padahal Ina sedang tdk ada di rumah.
Smenjak
dia menikahi Ina, mbok Nami seakan2 mendapatkan satu orang lagi yg bisa dia
curahi
kasih sayangnya. Terkadang Revel berpikir bahwa akhir2 ini mbok Nami bahkan
lebih
menyayangi
Ina daripada dirinya. Jelas2 Revel tdk pernah melihat mbok Nami mengomeli
Ina
sperti dia mengomeli Revel klo dia menenggak susu segar yg disimpan di dalam
lemari es
langsung
dari kartonnya atau klo dia lupa menggantung handuknya pada rak handuk stelah
menggunakannya
dan meninggalkan handuk itu diatas kasur, menyebabkan seprai jd
lembab.
Oke, dia akui bahwa Ina slalu menuangkan susu ke dalam gelas sbelum
meminumnya
dan dia tdk pernah tahu kebiasaan mandinya Ina oleh karena itu dia tdk bisa
menuduh
mbok Nami seenak jidatnya, tp dia tetap sedikit jealous atas perlakuan ini.
Dia
melarikan matanya ke sekeliling kamar itu, yg cukup rapi dan teratur. Dia
mengambil
napas
dan aroma stoberi menyerang indra penciumannya.
“God,
that damn smell is everywhere,” gerutu Revel.
Perlahan2
dia mulai berjalan mengelilingi kamar itu, yg kelihatan sama sperti terakhir
kali
dia
memasukinya, tp dia merasakan sedikit perbedaan. Mungkin karena sentuhan2 Ina
pada
kamar
itu. Perhentian pertama adalah meja dandan. Bermacam2 botol produk wanita,
mulai
dari
pelembab, hingga parfum terdapat di permukaannya. Dia lalu menghampiri kursi
sofa
yg
menempal pada dinding, di sbelahnya ada sebuah meja meja kecil dgn lampu baca
diatasnya.
Diatas meja ada sebuah novel karangan Frank McCourt dgn bookmark diantara
halaman
200 dan 201. Dia meletakkan buku itu kembali pada tempatnya sbelum
mengalihkan
perhatiannyapada benda selanjutnya yg ada di kamar itu.
Lain
dgn kamar tidurnya, kamar Ina tdk memiliki TV. Dinding tempat dulu Revel
meletakkan
TV
plasmanya ditutupi oleh tiga rak tinggi yg penuh dgn buku. Revel memiringkan
kepalanya
dan
membaca judul buku2 itu. Dia baru menyadari bahwa buku2 itu diatur berdasarkan
ukuran
dan alphabet nama pengarang. Great! Dia sudah menikahi seorang neat freak yg
kemungkinan
besar juga seorang obsessivecompulsive yg harus memastikan bahwa
semuanya
teratur dgn rapi karena klo tdk, dia bisa stres. Perhatiannya kembali pada
deretan
buku
dan dia sadar bahwa genre buku2 itu cukup bervariasi, mulai dari romance hingga
biografi
semuanya ada pada rak itu. Man, this woman must be freakishly smart. Dia tdk
pernah
melihat buku sebanyak ini sebagai koleksi pribadi sepanjang hidupnya.
Stelah
puas dgn perpustakaan yg dimiliki oleh Ina, sasaran selanjutnya adalah sebuah
bureas
dimana
orang biasanya menyimpan pakaian dalam atau kaus. Lemari itu setinggi
pinggangnya
dan diatasnya dipenuhi oleh berbingkai2 foto. Lain dgn foto2 Revel yg
tergantung
di dinding, foto2 ini dicetak berwarna dan kelihatannya diambil belum lama ini.
Semuanya
mengikutsertakan anggota keluarga Ina hingga kerabat dekat. Dia bahkan
melihat
foto Ina dgn Marko yg spertinya diambil di sebuah restoran. Foto selanjutnya yg
dia
lihat
membuat matanya terbelalak. Dia mengangkat foto itu hanya untuk memastikan
bahwa
matanya tdk picek. Matanya tdk salah, itu memang foto yg diambil saat acara
ijab klo
dilihat
dari pakaian yg mereka kenakan. Dia sedang mencium kening Ina stelah mereka
resmi
disahkan sebagai suami istri oleh penghulu. Pertanyaan pertama adalah, darimana
Ina
mendapatkan
foto ini? Karena setahunya fotografer yg disewanya tdk mencetak foto
perkawinan
mereka dalam ukuran itu. Pertanyaan kedua adalah, knapa Ina menyimpan foto
ini?
Dia
akan menanyakan hal ini pada Ina. Pada saat itulah ide untuk menunggunya di
dalam
gelap
muncul. Tadinya dia mempertimbangkan untuk duduk diatas tempat tidur, tp dia
tahu
bahwa
tempat tidur adalah trempat pertama yg akan dilihat Ina begitu dia memasuki
kamarnya,
maka kurang memiliki efek mengagetkan. Akhirnya stelah beberapa menit
mempertimbangkan
lokasi yg tepat untuk mengagetkan Ina, dia memilih sofa yg kini
didudukinya
itu. Dia sedang membayangkan reaksi Ina saat melihatnyaa ketika dia
mendengar
gema langkah kaki pada lantai marmer. Langkah itu terdengar sangat buru2,
hampir
berlari. Kemudian terdengar bunyi kunci diputar dan pintu kamar terbuka dan
Revel
melihat
bayangan tubuh Ina memasuki kamar tidurnya. Dia tdk menyalakan lampu,
melainkan
mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu sambil berjalan menuju kamar
mandi.
Ina menyumpah ketika kakinya menabrak kaki temoat tidur. Revel menggigit bagian
dalam
mulutnya, menahan tawa.
Lampu
kamar mandi menyala dan Revel mendengar shower dinyalakan. Dia melihat Ina
lagi,
yg kini
hanya mengenakan celana dalam dan bra warna hitam renda2. Shit! Dia merasa
sperti
sedang berada di sebuah strip club di Las Vegasn, menunggu dgn antisipasi
hingga
dancer
yg ada dihadapannya akan menjatuhkan branya. Entah knapa, tp semua stripper
slalu
menanggalkan bra mereka lebih dahulu sebelum celana dalam. Mungkin itulah yg
diajarkan
pada SKS, alias Sekolah Khusus Stripper.
“Remember,
ladies, laki2 senang digoda. Jangan berikan mereka segalanya pertama kali
mereka
melihat kita, karena tipsnya akan berkurang klo kita melakukan itu. Paskitan
kita
menanggalkan
bra dulu karena dgn begitu mereka akan lebih tergoda untuk melihat hal
lainnya.”
Revel
hampir saja terkekeh dgn imajinasinya sendiri. Kapan trakhir dia ke Vegas?
5tahun yg
lalu.
Klo saja visa ke Amerika tdk terlalu susah didapatkan, dia mungkin sudah pergi
ke Vegas
lagi
smenjak itu. Sekarang, dia harus puas dgn stripper semiprofesional dgn badan
kurus,
pendek,
dan berdada rata dalam bentuk istrinya.
Revel
sedang memakukan tatapannya pada pakaian dalam Ina ketika tiba2 lampu terang
menyerang
matanya sbelum dia mendengar seseorang berteriak sekencang2nya.
“kmu ngapain
ada dalam kamar saya?” teriak Ina dgn nada menuduh sambil berusaha
menutupi
sebanyak2nya bagian tubuhnya dari Revel dgn kedua tangannya stelah dia
berhenti
berteriak.
Revel
hanya kelihatan terlibur melihat usahanya yg sia2 itu daripada menjawab
pertanyaannya.
Damn the man!!! Menyadari bahwa Revel tdk akan mengasihaninya, Ina
kemudian
berjalan secepat mungkin sambil membungkuk menuju tempat tidur dan menarik
bedcover
untuk menutupi dirinya.
“Apa
kmu akan menjawab pertanyaan saya?” Kini suara Ina sudah tdk melengking lagi,
karena
dia sudah tdk terlalu naked lagi.
“Kmu
kemana saja seharian?” tanya Revel.
Ina
berpikir sejenak apakah dia akan menjawab pertanyaan ini. Revel jelas2
menghindar dari
menjawab
pertanyaan yg sudag dia ajukan terlebih dahulu, jd knapa dia harus menjawab
pertanyaannya?
Tapi akhirnya dia berpikir bahwa mungkin klo Revel mendapatkan
jawabannya,
dia akan segera meninggalkan kamarnya.
“Main
ke rumah Tita,” ucap Ina akhirnya.
Bukannya
pergi, Revel justru memgatur posisi tubuhnya agar lebih nyaman dan berkata,
“Gimana
kabarnya?”
“baik-baik
saja.” Tangan Ina mulai pegal karena mencoba manahan bedcover yg berat itu
agar
tdk merosot.
“Apa
dia masih nggak suka sama saya?” Pertanyaan Revel ini disambut tatapan bingung
dari
Ina dan
Revel menambahkan, “Kmu nggak usah kelihatan bingung. Orang buta juga bisa
lihat
klo dia nggak terlalu suka sama sya dari cara dia memandang saya. Dia mungkin
berpikir
klo saya sudah take advantage dari kmu,” sbelum kemudian tertawa terkekeh2.
“Tita
dalah teman baik saya, dan dia hanya mau yg terbaik untuk saya.”
Revel
menarik tubuhnya dari sofa dan berdiri. “Oh, saya tahu itu. Saya nggak
menyalahkan
dia,
karena klo saya jadi dia, saya mungkin akan melakukan hal yg sama. Orang gila
mana yg
mau
teman baiknya menikahi laki2 sperti saya? Sudah kerjanya nggak teratur dan
sering
digosipin
yg tidak2 oleh media,” ucapnya sambil mengambil beberapa langkah mendekati
Ina yg
berada di seberang ruangan darinya.
“Sekarang
mereka bisa menambahkan bahwa kmu suka masuk ke kamar orang tanpa
diundang,”
tandas Ina.
Dan
komentar ini justru membuat Revel tertawa terkekeh2.
“Kmu
juga pernah masuk ke kamar saya tanpa diundang,” lanjutnya santai.
Ina
mengerutkan keningnya mendengar komentar itu. “ Jadi kmu kesini Cuma untuk
balas
dendam,
oke saya terima itu. Sekarang kita impas,” ucapnya.
Klo
saja dia tdk sedang berusaha menutupi tubuhnya yg hanya mengenakan pakaian
dalam,Ina
mungkin sudah melemparkan lampu meja kepada Revel. Akhirnya dia harus puas
dgn
hanya memberikan tatapan yg bisa membolongi kepala Revel.
Revel
tersenyum melihat reaksi Ina dan berkata, “ Kmu bururan mandi, makan malam jam
delapan.
Saya tunggu kmu di Bawah.”
“Kmu
makan saja sendiri. Saya bisa urus makan malam saya sendiri.” Ina tahu bahwa
dia
kedengaran
ngambek, tp dia terlalu jengkel untuk peduli.
Revel
kelihatan tersinggung karena permintaannya tdk dituruti. “Saya tunggu kmu
sampai
jam
delapan lewat lima belas menit. Klo kmu belum turun juga, saya akan naik kesini
dan
narik
kmu turun. Nggak peduli kmu sudah pakai pakaian tau belum,” ancamnya.
Kata2
yg penuh dgn perintah itu membuat bulu di tengkuk Ina berdiri, yg brarti bahwa
dia
mencoba
sebisa mungkin menahan kemarahannya. Bila itu terjadi, dia hanya perlu
mengambil
beberapa tarikan napas dalam2 dan dalam beberapa menit dia sudah bisa
mengontrol
kemarahannya, tp tdk malam ini. Dia bergegas menuju Revel . ketika sadar
bahwa
langkahnya terganggu oleh bedcover yg mengelilingi tubuhnya, dia menyibakkan
bedcover
itu dan melupakan sejenak rasa malunya karena hanya mengenakan pakaian
dalam
di depan orang tdk dikenal, dan bergerak ke arah suaminya. “Kmu nggak ada hak
mengatur
saya. Apa dan kapan saya akan makan itu bukan urusan kmu. Ngerti?” Ina bahkan
menekankan
jari telunjuknya pada dada Revel untuk menunjukkan bahwa dia tdk main2.
Revel
menatap Ina selama beberapa detik tanpa mengedipkan matanya, dia kelihatan
terkejut
oleh reaksi Ina terhadap kata2nya. Kemudian, “Why are you so mad at me?”
tanyanya
pelan.
“Karena..
karena..” Terlalu banyak kata2 yg ingin diucapkan Ina sehingga otaknya
mengalami
korsleting.
Revel
menggenggam lengan Ina bagian atas dan berkata, “Sebelum kmu mulai marah2 lagi,
sebaiknya
kmu mandi dulu dgn air hangat supaya emosi kmu bisa lebih tenang. Klo nanti
kmu
masih marah sama saya stelah habis mandi, saya ada di ruang makan dan siap
menerima
omelan kmu,’ sbelum kemudian melepaskan Ina dgn tiba2 dan keluar dari kamar
itu.
Ina
segera berlari menuju pintu dan menguncinya. Ohhh! Aku akan membunuh laki2 satu
itu
suatu
hari nanti, teriak Ina dlam hati dan bergegas masuk ke dalam shower untuk
menenangkan
pikirannya. Dia tdk percaya bahwa dia sudah menghabiskan waktu 20menit
dalam
perjalanan pulang dari rumah Tita dan memikirkan cara terbaik untuk memperbaiki
hubungan
Revel dgn mamanya. Dan apa yg dia temui? Revel sudah menunggunya di dalam
kegelapan
kamarnya, ruangan pribadinya, sperti seorang predator yg siap menerkam
mangsanya.
Dia bahkan tdk kelihatan menyesal karena sudah mengejutkannya samapai
jantungnya
seolah meloncat keluar. Sialan! Berani2nya dia masuk kamarnya tanpa izin dan
memberikan
perintah padanya seakan2 dia dalah tuan tanah dan Ina adalah budak yg
dimilikinya.
Dia tdk menikah untuk menghindari rongrongan keluarganya yg slalu mau
mengatur
hidupnya agar bisa diatur oleh orang lain yg bahkan tdk ada hubungan darah
dengannya
sama sekali.sial, SIAL, SIAAALLL!
***
Ternyata
Revel benar, karena stelah mandi, Ina merasa lebih segar dan pikirannya memang
lebih
jernih, dgn begitu dia yg tadinya bertekad mengunci dirinya di dalam kamar dan
tdk
turun
makan malam hanya untuk menunjukkan kepada Revel bahwa dia tdk akan tunduk di
bawah
tekanannya, luntur. Dia merasa silly karena sudah bertengkar dgn Revel untuk
hal
remeh
sperti ini. Mereka baru resmi menikah selama 6hari, jd pada dasarnya dia masih
harus
hidup dgn Revel selama 8bulan lagi sesuai persyaratan kontrak dan berstatus
sebagai
pasangan
resmi Revel selama setahun. Dengan begitu, dia harus belajar menoleransi Revel
klo mau
pernikahan ini tahan hingga waktu yg ditetapkan.
***
Revel
tdk menyangka bahwa Ina akan muncul stelah argumentasi mereka tadi, maka dari
itu
dia
agak terkejut ketika dia melihat Ina turun ke ruang makan pada pukul delapan
lewat
empat
belas menit. Stelah ada waktu untuk duduk sendiri dan memikirkan tentang
pertengkaran
mereka, Revel tahu alasan knapa Ina marah besar padanya. Dia beruntung
bahwa
Ina tdk menyinggung2 soal klausa pada kontrak mereka yg jelas2 menyatakan bahwa
dia
memang tdk ada hak untuk mengatur kehidupannya. Dia memang suami Ina, tp hanya
diatas
kertas, tdk lebih dari itu, maka dia harus belajar berhenti berkelakuan sperti
seorang
suami
betulan. Selama ini Revel yakin bahwa dia bukanlah tipe laki2 yg bisa jadi
seorang
suami,
tp lihatlah dia sekarang. Dia khawatir bahwa dia sudah menyakiti perasaan Ina,
dia
mau
minta maaf, tetapi tdk tahu bagaimana melakukannya. Dia takut Ina akan
memberikannya
the silent treatment dan melarangnya masuk ke kamar tidur mereka. Hah!
Mereka
bahkan tdk tidur di kamar tidur yg sama, jd knapa dia harus khawatir tentang
itu?
Tanpa
mengatakan apa2 Ina berjalan menuju meja makan dan mengambil posisi di tempat
yg sama
yg dia duduki kemarin malam. Revel mengikuti petunjuknya dan dan melakukan hal
yg
sama. Mereka makan di dalam diam. Masing2 memiliki banyak hal yg ingin mereka
kemukakan,
tp tdk ada yg berani memulainya.
“Saya
minta maaf karena sudah..” ucap Revel, pada saat yg bersamaan Ina berkata,
“Sori,
karena
sudah marah marah...”
Mereka
kemudian saling tatap selama beberapa detik, sebelum tertawa terkekeh2.
“Kmu
duluan,” ucap Revel sambil tersenyum.
Ina
mengangguk sambil membalas senyuman itu. “Saya minta maaf karena sudah marah2
soal
makan malam dgn kmu.”
“Kmu
pantas marah2 pada saya, sebab saya sudah masuk ke kamar tidur kmu tanpa izin.
By
the
way, saya minta maaf soal itu,” balas Revel.
Ina
mengangguk, menerima bendera putih yg diajukan oleh Revel. “Gimana kmu bisa
masuk
ke
kamar saya sih? Kan pintu saya kunci,” lanjutnya.
“Saya
punya kunci cadangan.” Melihat mata Ina yg terbelalak, Revel buru2 menambahkan,
“
Saya
akan kasih kunci ituke kmu klo kmu takut saya akan mengganggu privasi kmu
lagi.”
Ina
kelihatan berpikir sejenak sebelum menggeleng. “Saya nggak keberatan kmu punya
kunci
cadangan asal kmu janji nggak masuk kamar saya lagi tanpa izin.”
Revel
mengangguk mengerti. “Lagian juga, mungkin punya kunci cadangan adalah ide yg
baik,
just in case saya kehilangan kunci saya atau klo ada emergency lainnya dimana
kmu
harus
membuka pintun kamar saya. Buka pintu pakai pintu tetunya lebih gampang
daripada
harus
mendobrak pintu dari kayu jati.”
Revel
terkekeh menyadari betapa penuh logikanya pikiran Ina, sesuatu yg bisa
diharapkan
dari
seorang perempuan sepintardia tentunya.
“Yg
saya nggak ngerti adalah knapa kmu harus nunggu saya di dalam kamar tidur saya
dalam
kegelapan.
Knapa nggak nyalain lampu, atau bahkan lebih baik lagi, nunggu saya di ruang
tamu
mungkin,” ucap Ina dgn sedikit bingung.
“Saya
bossan dan perlu hiburan. Saya nggak tahu klo kmu bakalan pergi sampai
seharian.
Saya
nggak ada teman ngobrol,” balas Revel cuek.
Sendok
yg sudah stengah jalan menuju mulut Ina terhenti, dia kemudian meletakkan
sendok
itu
diatas [piring. “oke, sekarang saya ada disini, kmu mau membicarakan tentang
apa?”
“Hah?”
tanya Revel bingung.
“Apa
kmu mau membicarakan kejadian tadi malam dgn saya?”
Revel
terdiam. Apa dia mau membicarakannya? Apa mereka harus membicarakannya? Tdk
bisakah
mereka melupakan saja ciuman itu dan berkelakuan sperti tdk pernah terjadi?
“Saya
minta maaf karena sudah melakukan itu. Saya nggak sengaja,” ucap Ina.
“Nggak
sengaja?” Revel menatap Ina tdk percaya. Orang mungkin tdk sengaja menyenggol
gelas
dan menumpahkan semua isinya keatas taplak meja, atau mungkin klo mereka secara
tdk
sengaja menuangkan sabun cair ke tangan bukannya sampo ketika mandi. Bagaimana
bisa
seseorang memasukkan lidah mereka ke mulut orang laindan membiarkan orang lain
itu
melakukan hal yg sama, karena dia tdk sengaja?
This is
bullshit, omel Revel dalam hati. Dia betul2 tdk bisa menerima alasan Ina. Dia
baru
saja
akan mengatakan hal ini ketika dia mendengar suara Ina lagi.
“Iya,
saya nggak tahu dimana pikiran saya waktu saya melakukan itu. Saya bahkan nggak
tahu
knapa sya melakukan itu.”
Suatu
rasa yg mendekati kejengkelan muncul di dalam hati Revel. Dia betul2 tdk
menyukai
apa yg
dikatakan Ina. Perlahan-lahan dia meletakkan sendok dan garpu yg ada di dalam
genggamannya
dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Matanya tdk
meninggalkan
Ina.
“Saya
nggak bisa tidur semalaman karena mikirin soal itu. Saya tahu kmu laki2 dewasa
yg
tahu
apa yg harus kmu lakukan. Kmu nggak perlu dibilangin sama orang lain.
Terutamanya
sama
saya.”
Revel
mencoba mengingat2 kejadian tadi malam dan dari memorinya dia tdk ingat Ina
mengatakan
apa2 ketika dia menciumnya. Then again, perhatiannya terfokus pada bagian
tubuh
Ina yg lain pada saat tiu.
“Saya
minta maaf klo saya sudah kelewatan,” Ina menutup penjelasannyadgn nada penuh
penyesalan.
Ina
memang sudah kelewatan, alright. Kelewatan sampai2 dia tdk bisa berkonsentrasi
saat
rekaman
tadi malam. Tidak bisa memikirkan hal lain selain bahwa dia ingin memerintahkan
kru band-nya
supaya cepat pulang, agar dia bisa menggedor pintu kamar Ina dan memaksa
Ina
menyelesaikan apa yg dia sudah mulai. Dan kini, Ina sudah kelewatan karena
membuatnya
marah dgn stiap kalimat yg diucapkannya.
“Saya
janji nggak akan melakukannya lagi,” lanjut Ina dan melemparkan senyumannya
kepada
Revel.
Like
hell she won’t. She will do it again and soon. Karena kalo tdk, aku bisa gila,
geram Revel
dalam
hati. Ina adalah wanita pertama yg dia cium semenjak bulan Desember. Yg brarti
bahwa
dia sudah bertingkahlaku sperti seorang pastor Katolik selama 6bulan. Dia tdk
pernah
puasa
“tdk menyentuh perempuan” sebegini lama smenjak dia berumur 18tahun dan ini
betul2
mengancam kesehatan fisik dan juga mentalnya.
“Kmu
seharusnya memikirkan ini semua sebelum kmu menyerang sayasperti saya adalah
hot
fudge brwnie,” ucap Revel sinis. Dia betul2 tdk bisa mengontrol kemarahannya.
Celebrity Wedding - Bab 17
Hiiii.... lucu... ngaku aja sama2 suka
ReplyDelete