The Goodbye
Revel
terbangun dan menemukan dirinya sendirian diatas tempat tidurnya yg besar. Dia
melirik
beker yg ada disamping tempat tidur dan melihat bahwa hari masih cukup pagi.
Dia
bertanya2
kemanakah Ina pergi pagi2 begini pada hari Sabtu? Perlahan2 dia memaksa
tubuhnya
untuk bangun dan harus menggeram karena otot2 tubuhnya yg protes stelah
dipelakukan
dgn semena2 tadi malam. Mau tdk mau dia tersenyum mengingat hal2 yg dia
lakukan
dgn.. koreksi kepada Ina tadi malam, reaksi Ina dibawah sentuhannya dan segala
permintaan,
permohonan, dan pujian yg diucapkannya. Dia duduk diatas tempat tidur
selama
beberapa menit untuk melemaskan otot2nya sbelum kemudian berjalan menuju
kamar
mandi. Hubungan mereka tadi malam telah mencapai level yg berbeda. Itu mungkin
disebabkan
karena dia sudah tdk menyentuh Ina selama lebih dari sebulan, tp dia tdk yakin
bahwa
itulah alasan knapa Ina menatapnya seakan2 dia sedang mencoba mengingat stiap
garis
yg ada pada wajah Revel, sementara Revel mendominasinya. Revel menggeleng,
berusaha
mengosongkan kepalanya sejenak dari bayangan Ina sementara tubuhnya disiram
air
hangat.
Stelah
keluar dari shower dan baru saja akan mengoleskan pasta gigi pada sikat
giginya,
Revel
menyadari bahwa ada yg aneh pada meja wastafelnya yg untuk pertama kalinya
kelihatan
lebih rapi daripada biasanya. Perlahan2 dia mulai menyikat giginya. Dia baru
saja
selesai
berkumur ketika dia menyadari bahwa sikat gigi Ina tdk ada pada tempatnya,
lotion
dan
segala pernak pernik kewanitaannya juga sudah hilang dari dalam kamar mandi.
Masih
belum
sadar penuh akan keanehan ini, dia berjalan ke dalam kamar tidur dan mulai
mengenakan
pakaiannya. Dia sedang berjalan kearah tempat tidur untuk mengambil jam
tangan
yg ditinggalkannya diatas night stand tadi malam ketika mendapati bahwa kamar
tidurnyapun
kelihatan lebih rapi dari biasanya. Tdk ada satu bukupun yg berserakan diatas
meja
maupun sofa. Mulai merasa waswas, dia kemudian berjalan kembali ke lemari
pakaiannya
dan menggeser pintu lemari pakaian sebelah kiri yg penuh dgn pakaian...
pakaiannya,
bukan pakaian Ina sperti seharusnya. Tdk ada sehelai pakaian Ina yg tersisa.
Jantung
Revel langsung menabrak tulang rusuknya.
Tanpa
sadar dia sudah berlari keluar dari kamar tidurnya dan tanpa memedulikan
penglihatannya
yg agak sedikit kabur tanpa lensa kontak atau kacamata, dia menuruni anak
tangga
sekali tiga, menuju lantai bawah. Area kolam renang kosong melompong. Revel
berlari
ke lantai dasar. Diruang makan Revel menemukan mbok Nami yg sedang menyiapkan
sarapan,
dia kelihatan terkejut ketika melihat Revel berlari melewatinya menuju ruang TV
dan
ruang tamu sperti orang kesetanan. Revel tdk menemukan Ina dimana2.
Memperkirakan
bahwa Ina mungkin pergi kestudio, dia langsung berlari ke taman belakang,
tp
sekali lagi dia kecewa karena Ina tdk ada disana. Dia berlari kembali masuk kedalam
rumah
dan langsung mengangkat interkom untuk bertanya kepada satpam klo saja Ina
sudah
keluar pagi itu, tp satpam mengatakan bahwa tdk ada orang yg keluar dari tadi
malam.
Revel sudah kehabisan ide dan napas ketika menyadari satu tempat lagi dimana Ina
akan
berada dan dia segera berlari menaiki tangga lagi.
***
Sekali
lagi Ina memutar tubuhnya, mencoba memastikan bahwa dia tdk meninggalkan apa2
di
rumah Revel. Semua barangnya sudah tersimpan rapi di dalam beberapa boks besar
dgn
label
masing2. Dia hanya menunggu kedatangan truk MyRelo yg akan mengangkat semua
barangnya
kembali ke apartemennya yg sudah kembali kosong stelah kontrak Ellis brakhir
beberapa
hari yg lalu. Dia juga sedang menunggu hingga Revel bangun dari tidurnya agar
dia
bisa
pamit kepada calon mantan suaminya itu. Tugasnya sudah selesai dan dia
seharusnya
lega
bahwa sandiwara ini sudah berakhir dan bahwa dia akan kembali lagi ke
apartemennya,
rumahnya,
dan kehidupannya yg tenang sbelum dia bertemu dgn Revel, tp yg dia rasakan
jauh
dari kata lega.
Dia
sudah merasakan bagaimana hidup dgn Revel dan dia tdk yakin dia bisa hidup
tanpanya
lagi,
tp kemudian dia mengingat apa yg Revel telah lakukan padanya dan hal itu
membuatnya
yakin bahwa dia telah membuat keputusan yg benar. Revel sudah membuat
perasaannya
jungkir balik selama setahun belakangan ini. Dia sudah berusaha memahami
Revel,
dan untuk beberapa saat, dia pikir dia sudah bisa mengerti laki2 ini luar
dalam, tp
kemudian
Revel melakukan hal2lain diluar skema yg dia pahami, yg membuatnya bertanya2
apakah
dia pernah atau akan betul2 mengerti Revel. Dia sudah capek hidup tanpa
kepastian
sperti
ini, sperti perahu rusak yg terombang ambing ditengah lautan, hanya mengikuti
gelombang
dan tdk tahu dimana ia akan terdampar. Oh, sakit rasanya mencintai seseorang
yg kita
tahu tdk akan pernah bisa membalas rasa itu. Kini dia tahu bahwa Revel tdk akan
pernah
mampu mencintai orang lain karena dia tdk memiliki kepercayaan terhadap orang
lain
untuk melepaskanhatinya begitu saja.
Braaaaaakkkkk!!!
Ina
berteriak terkejut mendengar bantingan pintu itu. Wajah Revel sperti orang yg
sudah
kehilangan
akal sehatnya dan dia menatap Ina seakan2 dia akan mencekiknya. Itu sebelum
dia
melarikan matanya pada sekeliling kamar yg penuh dgn boks dan dari matanya, Ina
yakin
bahwa
Revel akan membunuhnya saat itu juga.
“What
are these?” tanyanya, memasuki kamar sambil menunjuk kepada boks2 yg
bertebaran.
“Ini
barang2 saya Rev,” jawab Ina setenang mungkin.
“Knapa
ada di boks?”
“Karena
sudah siap untuk diangkat kembali ke apartemen saya pagi ini.”
“WHAAATTT?!”
teriak Revel.
Dan Ina
bersumpah bahwa teriakan itu sudah membuat seluruh rumah bergetar saking
kerasnya,
dia harus menelan ludah sbelum berkata, “Saya sedang menunggu truk datang
dan
mengambil semua ini. Dan bagusnya kmu sudah bangun, jd saya bisa pamit.”
“Is
this a joke?”
“No
Rev, it’s not a joke. Saya serius.”
Salah
satu pembantu Revel melongokkan kepalanya dan berkata, “Ibu Ina, ada truk di
gerbang,
mereka bilang ibu yg pesan truk itu.”
“Oh Ya,
tolong bilang ke satpam supaya dikasih masuk. Dan tolong tunjukkin mereka
kesini,
supaya
mereka bisa mulai ngangkat boks2 ini.”
“Like
hell!” bentak Revel. “Bilang ke satpam jgn kasih truk itu masuk,” perintahnya
kepada
pembantunya.
“Bisa
nggak sih kmu nggak teriak2 begitu pagi2 begini?” desis Ina dan tanpa
menghiraukan
tatapan
tajam Revel, dia menatap pembantu itu dan berkata, “Kasih mereka masuk dan
bawa
mereka kesini secepatnya.”
Pembantu
itu kelihatan ketakutan dibawah pelototan Revel, tp dgn satu anggukan dan
senyuman
yg meyakinkan, Ina mengirim pembantu itu berlari secepat kilat untuk
melaksanakan
tugasnya. Ina mengembuskan napas sebelum menghadap Revel dan berkata,
“Sesuai
perjanjian, saya akan mengajukan gugatan cerai saya ke pengadilan agama besok.
Pengadilan
tentunya akan minta kita melalui proses konseling selama beberapa bulan, tp
kita
berdua akan tetap teguh pada pendirian untuk bercerai. Klo semuanya berjalan
lancar,
kita
sudah akan resmi cerai tahun depan.”
Revel
sedang bertolak pinggang sambil menyipitkan matanya. Stelah beberapa saat dia
berkata,
“Oke, saya akan berpura2 bahw apercakapan ini tdk pernah terjadi. Sekarang saya
mau kmu
keluarkan semua barang kmu dari boks dan kembalikan semuanya pada
tempatnya
di rumah ini.”
Ina
mengangkat tasnya yg tergeletak diatas salah satu boks sbelum menatap Revel.
“Rev,
kontrak
kita resmi habis tepat hari ini. Dan mengikuti kontrak itu kita harus cerai
begitu
kontrak
habis. Now.. kasih saya waktu 2jam untuk pindah, dan stelah itu saya akan
keluar
dari
rumah ini dan kehidupan kmu.”
Ina baru
akan melangkah menuju pintu ketika lengannya ditarik Revel, “Why are you doing
this to
me?”
“Doing
what to you?”
“Kmu
akan meninggalkan saya begitu saja stelah apa yg kita lalui bersama2? Stelah
tadi
malam?”
Pupil
mata Ina sedikit melebar mendengar Revel menyebuy2 tadi malam. Sejujurnya, pagi
ini,
dgn pikiran yg lebih jernih, dia merasa sedikit malu dgn semua hal yg dia
lakukan kepada
Revel
dan apa yg dia bolehkan Revel lakukan padanya. Tp dia tdk bisa mengatakan bahwa
dia
menyesalinya. Dia memerlukan dosis terakhir intimasi dgn Revel. Dia hanya ingin
mengenang
saat2 terakhir itu sebelum menguncinya dgn rapat dibagian otaknya yg bertugas
untuk
menyimpan memori yg sepatutnya dilupakan saja.
“Saya
yakin kmu akan baik2 saja,” balas Ina datar.
“No I
won’t. Goddamn it!”
“Saya
hargai klo kmu berhenti menyumpah di depan saya. Bisa tolong lepaskan lengan
saya?”
pinta Ina dan dia mendengar Revel menyumpah lagi, tp dgn lebih pelan sbelum
melepaskan
lengannya.
“Kmu
melakukan ini karena kmu masih marah pada saya soal Luna. Saya sudah jelaskan
ke
kmu
semuanya. Apalagi yg kmu mau dari saya?”
“Nothing.
Saya nggak mau apa2 dari kmu,” balas Ina.
“Jangan
bohong. Semua orang slalu mau sesuatu dari saya. Bilang ke saya kmu maunya
apa?”
“Kepercayaan
penuh dari kmu. Satu hal yg kmu nggak akan pernah bisa kasih ke saya atau
siapapun,”
teriak Ina.
“What
are you talking about? Tentu saja saya bisa memberikan kepercayaan saya kepada
kmu...”
Ina
mendengus sinis memotong kata2 Revel. “No, you can’t, karena kmu bahkan nggak
tahu
arti kata
itu. Bagaimana kmu bisa memeberikan sesuatu yg kmu bahkan tdk mengerti
artinya
atau mampu menghargainya.”
Dan
Revel merasa seakan2 Ina baru saja menamparnya. Apa maksudnya dgn mengatakan
bahwa
dia tdk mengerti arti kata “kepercayaan”? Tentu saja dia mengerti.
Tanpa
disangka2 Revel, Ina mengulurkan tangannya dan menyalaminya dan Revel merasa
ingin
membunuh perempuan satu ini. Sbelum Ina sadar apa yg sedang terjadi, dia sudah
diselubungi
oleh tubuh Revel didalam pelukan yg sangat erat sehingga menyumbat
pernapasannya,
tp Ina tdk keberatan dgn pelukan itu, yg membuatnya merasa menyatu dgn
Revel.
Ya Tuhan, knapa dia masih tetap mencitai laki2 yg sudah menyakitinya sedalam
ini?
Dia tdk
bisa menolaknya semalam dan dia tdk yakin dia mampu melepaskannya sekarang.
“Don’t
do this. Please... I beg you. Please stay with me. I’ll do anything,” bisik
Revel dgn
suara
serak.
Andai
saja suatu pernikahan bisa sukses tanpa cinta dan kepercayaan, tp Ina tahu
bahwa itu
bukanlah
definisi perkawinan yg sebenarnya. Akhirnya Ina hanya menggelengkan kepalanya.
“Ina,
please...” pinta Revel.
Pada
detik itu kru MyRelo muncul sehingga Revel harus melepaskan pelukannya pada
Ina,
yg
langsung mengambil beberapa langkah menjauhinya. Revel ingin menarik Ina keluar
dari
kamar
itu agar dia bisa berbicara dengannya, tp Ina sengaja tdk menghiraukannya dan
mulai
memerintahkan
kru MyRelo untuk mengangkat barang2nya. Akhirnya Revel tdk punya
pilihan
selain melangkah keluar dari kamar itu.
Ina
sadar ketika Revel meninggalkan kamarnya, dan dalam hati dia mengucapkan
selamat
tinggal
kepada satu2nya laki2 yg bisa membuatnya bahagia dan meremukkan hatinya pada
saat yg
bersamaan.
Celebrity Wedding - Bab 27
No comments:
Post a Comment