“Tidak ada yang lebih berbahaya daripada
seorang musuh yang berpura-pura manis di depanmu”
4
“Pulang
sendirian lagi?”
Keyna menoleh mendengar sapaan
yang akrab itu. Dia mendapati Jason sedang bersandar pada mobil hitam legamnya,
tersenyum menatapnya. Senyumnya lebar dan ramah, sama sekali tidak tampak kalau
dia adalah penghancur wanita seperti yang dikatakan oleh Davin.
Kalaupun dia memang seorang
penghancur wanita, sepertinya sah-sah saja, Keyna membatin, mengamati
ketampanan Jason yang halus. Lelaki itu bisa dibilang sangat tampan sampai
mendekati cantik. Matanya sendu tapi bening, seolah menarik siapapun yang
tergoda untuk tenggelam bersamanya.
“Iya.” Keyna menjawab dan
mengerutkan keningnya, apa yang dilakukan Jason sore-sore begini di depan
kampusnya?
“Kau harus membiarkan supir
pribadimu menjemput, sudah kubilang, berbahaya kalau seorang perempuan
berjalan-jalan sendirian malam-malam, apalagi kampusmu terkenal sebagai kampus
anak-anak kaya. Siapa tahu ada yang mengawasi dan mencari kesempatan, lalu
melihatmu sedang jalan sendirian? Kau akan diculik.”
Jason mengulangi lagi
peringatannya, sama seperti kemarin ketika berpapasan dengan Keyna di jalan.
Lelaki itu begitu serius dengan kata-katanya sehingga Keyna merasa takut.
Tetapi perkataan lelaki itu memang ada benarnya.
“Kau sendiri
apa yang kau lakukan di sini?”
Jason mengangkat bahu dan
tertawa, “Mungkin aku sedang mengawasi kampus ini, mencari kesempatan
kalau-kalau ada
anak orang kaya berjalan sendirian yang bisa kuculik.” lelaki itu membuka pintu
mobilnya, “Mau masuk?”
Sejenak Keyna ragu. Tetapi
Jason tampak begitu tulus. Dan dia kan sahabat Davin, meskipun Davin sudah
memperingatkannya tentang kebencian Jason kepada perempuan. Keyna yakin dia
bukan termasuk salah satu tipe yang Jason incar untuk dibuat patah hati.
♠♠♠
“Davin bercerita kalau kau
selalu mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolah, begitulah cara Mama Davin
menemukanmu, dengan penyaringan anak-anak cemerlang untuk mendapatkan
beasiswa.” Jason memulai percakapan, sambil menyetir mobilnya dengan tenang.
Keyna menganggukkan kepalanya,
“Ya, waktu itu perwakilan yayasan Nyonya Jonathan menemuiku dan menawarkan
beasiswa, waktunya tepat sekali karena kondisi keuangan kami sedang sulit.”
Keyna menatap Jason sambil tersenyum, “Ayahku seorang tukang bangunan, dan meskipun
dia mengupayakan segala cara untuk menyekolahkanku, membiayai kuliahku akan
terlalu berat untuknya.”
Jason menoleh sebentar dan
menatap Keyna dengan tatapannya yang bening.
“Lalu
ayahmu meninggal ya? Aku turut berduka Keyna.”
Suara itu benar-benar tulus
sehingga Keyna melemparkan senyum lembut kepada Jason.
“Ya, ayah mengalami kecelakaan
di tempatnya bekerja. Setelah ayah meninggal, Nyonya Jonathan menawariku
beasiswa sepenuhnya dan aku boleh tinggal di rumahnya, jadi di sinilah aku
sekarang.”
“Kau tidak pernah curiga kenapa
Nyonya Jonathan begitu baik kepadamu? Banyak anak lain yang juga cemerlang dan
hidup dalam kemiskinan. Tetapi kenapa kau? Kenapa kau yang dipilih?” tatapan
Jason yang memandang jauh ke depan terlihat kelam dan misterius.
Keyna mengangkat bahunya, “Yah…
Mungkin karena aku ada di saat yang tepat dan tempat yang tepat. Kebetulan
seperti itu akan selalu ada kan?”
Jason
tersenyum muram, “Tidak ada yang namanya kebetulan, Keyna. Semua hal terjadi
pasti ada alasannya.” Dia lalu menghentikan mobilnya. Mereka ternyata sudah
sampai di ujung jalan dekat mansion keluarga Jonathan.
“Maaf. Aku menurunkanmu di
sini.” Jason tersenyum meminta maaf, “Davin melarangku mendekatimu. Yah. Kau
pasti sudah diperingatkan tentang reputasiku.” senyumnya berubah serius,
“Tetapi selama kau masih tidak mau menggunakan supir pribadimu itu, aku akan
menjemputmu setiap hari sepulang kuliah.”
“Aku tidak perlu dijemput
setiap hari.” Keyna menoleh kaget mendengar kata-kata Jason, “Aku baik-baik
saja.”
“Tidak. Aku sudah memutuskan.
Kau terlalu polos dan menganggap semua orang di dunia ini baik hati. Kau akan
mudah ditipu dan dimanfaatkan orang. Harus ada seseorang yang menjagamu.”
“Aku bisa menjaga diriku
sendiri.” sela Keyna keras kepala, “Terima kasih sudah mengantarku,” dengan
sopan Keyna melangkah pergi dan berjalan menuju mansion.
Setelah beberapa langkah, dia
merasa ingin tahu. Dengan sembunyi-sembuyi dia menoleh dan mendapati mobil
Jason masih terparkir di sana, mengawasinya. Dan mobil itu baru pergi setelah
Keyna memasuki gerbang rumah dengan aman.
♠♠♠
“Dia bilang dia akan
menjemputku setiap hari.” Keyna setengah berbisik saat berbicara di ponselnya,
Sefrina tadi meneleponnya dan mengatakan bahwa besok pagi dia belum bisa masuk
karena sakit. Mereka bercerita-cerita tentang hari itu, dan Keyna pun teringat
akan Jason.
“Aneh…” Sefrina tampak
tercenung di seberang sana, “Kenapa dia repot-repot melakukan itu? Kau harus
hati-hati Keyna, jangan-jangan dia mengincarmu sebagai korban berikutnya.”
“Perempuan - perempuan yang
menjadi korban Jason adalah perempuan kaya dan semuanya cantik. Aku sama sekali
bukan tipenya.” Keyna membantah, “Lagipula aku merasa aneh, dia berkali-kali
mengingatkanku tentang bahayanya berjalan
sendirian karena aku bisa diculik, dia tampak
serius dengan perkataannya.”
“Tapi dia ada benarnya juga
Keyna. Bahaya kalau kau selalu pulang sendirian. Kita tidak tahu siapa orang
jahat yang mengincar di luar sana. Kami anak-anak orang kaya selalu diawasi
setiap saat dengan ketat oleh kedua orangtua kami, supir pribadi kami dibekali
kemampuan bela diri juga, untuk menghindari insiden itu, karena dari
pengalaman, banyak sekali kejadian penculikan itu.” Sefrina tampak berpikir di
seberang sana. “Demi keselamatanmu juga Keyna… Kalau kau mau aman dan terhindar
dari penculikan, sekaligus mengindari Jason, gunakan fasilitas supir pribadi
yang diberikan oleh keluarga
Jonathan.”
Keyna termenung mendengar
nasehat Sefrina. Mungkin memang ada benarnya juga…
♠♠♠
Dia tadi mengawasi dengan kesal
ketika lelaki itu ternyata menunggui Keyna pulang. Dia sudah menyiapkan pisau
di tangannya, dengan beberapa pegawainya yang kekar dan ahli. Rencananya untuk
menculik Keyna sudah hampir berhasil. Karena dari pengamatannya, Keyna selalu
pulang dari kampus sendirian, tanpa ada supir pribadi yang menjemputnya.
Perempuan bodoh! Dia seperti mengumpankan dirinya kepada para penjahat. Lalu
lelaki pengganggu itu muncul dan menjemput Keyna. Dan rencana penculikannya
hancur berantakan. Lelaki itu sepertinya akan terus mengganggu. Dia harus
mencari cara lain…
♠♠♠
Pagi itu Keyna mampir di Garden
Cafe seperti biasa dengan segelas besar oreo milkshake di tangannya, ketika dia
menghirupnya, Albert sudah ada di depan counter bar itu dan menyapanya.
“Sepertinya suasana makin membaik
ya.” gumamnya dalam senyum, “Kulihat kau sudah memiliki seorang teman.”
Pasti Sefrina yang dimaksud oleh Albert. “Namanya
Sefrina, dan dia anak orang kaya, tetapi dia baik kepadaku berbeda dengan yang
lainnya.”
“Jadi
tidak semua orang kaya berpikiran sempit bukan?” Albert tertawa, “Setidaknya
sekarang hari-harimu menyenangkan.”
“Iya… Sangat menyenangkan
memiliki teman di kampus, selama ini aku selalu sendirian sehingga setiap
detiknya terasa lama, tetapi aku tetap harus berjuang menyelesaikannya dengan
nilai yang baik supaya bisa membalas budi kepada keluarga
Jonathan.”
“Ternyata menjadi anak angkat
keluarga kaya cukup berat ya?” gumam Albert dengan ironis.
Keyna tersenyum menyetujui,
“Sangat berat. Dulu aku hidup dengan sederhana, tidak memikirkan apakah kita
akan punya musuh atau tidak, kami tidak sempat memikirkan hal semacam itu
karena pikiran kami sudah tersita tentang kecemasan memikirkan apa yang akan kami
makan esok hari.” Keyna mengangkat bahu, “Sedangkan orang kaya, mereka semua
sibuk memikirkan cara melindungi diri dari musuh-musuhnya, kemudian saling
mencurigai dan berpikir siapa yang menjadi musuh terselubung.”
Albert tertawa. “Seperti halnya
sahabat, musuh itu ada di mana-mana Keyna, tidak peduli kita orang kaya ataupun
orang miskin. Seperti minumanmu. Lihat, dia berwarna putih bersih, bayangkan
itu adalah dirimu dan sahabat-sahabatmu, satu pikiran, sama-sama berwarna
putih. Tetapi lalu ada butiran-butiran remah oreo itu, berwarna hitam dan
banyak, menodai warna putihnya hingga menjadi abu-abu, bayangkan itu adalah
musuh-musuhmu, selalu ada di sekitarmu, mengincarmu, tidak menyukaimu,
mempunyai rencana terselubung.” Albert mengedipkan sebelah matanya, “Yang perlu
kau lakukan adalah melalui mereka semua, kau tidak akan bisa mengalahkannya
karena mereka terlalu banyak, kau hanya bisa melaluinya, selaras bersamanya,
dan kemudian kau bisa membuat musuh-musuhmu itu menghilang dengan sendirinya,
kalah oleh dominasi rasa susu yang manis dan segar, sehingga kemudian hanya
menjadi pelengkap yang manis.”
Keyna tertawa mendengar
filosofi Albert, “Jadi pada intinya aku harus bisa membuat musuh-musuhku
menjadi manis?”
Albert tergelak, “Ya. Tetapi
sebelumnya kau harus bisa menemukan mana yang bisa diubah menjadi manis, mana
yang memang pahit dan tak bisa diperbaiki, dan mana yang berpura-pura menjadi
manis, yang terakhir itulah yang paling berbahaya.”
“Berbahaya?”
“Ya. Tidak ada yang lebih
berbahaya selain seorang musuh yang berpura-pura manis di depanmu.”
♠♠♠
“Bagaimana harimu?” Davin
mengetuk pintu kamar Keyna dan mendapati Keyna sedang belajar di mejanya.
Dengan langkah elegan, lelaki itu duduk di pinggir ranjang Keyna. Davin masih
memakai jas dan dasinya sudah dilonggarkan. Lelaki itu tampak lelah.
“Baru pulang kerja?” Keyna
meletakkan buku pelajarannya dan mengernyit, Davin tampak pucat. “Kau tidak
apa-apa Davin?”
“Sepertinya aku sedikit flu.
Aku batuk-batuk dari tadi dan tenggorokanku sakit.” lelaki itu berdeham, “Tapi
aku sudah minum obat flu, sebentar lagi juga sembuh.”
“Oh.” Keyna melirik Davin
dengan cemas, “Sepertinya kau harus ke dokter.”
“Tidak, aku tidak apa-apa.” t
iba-tiba lelaki itu membaringkan tubuhnya di ranjang Keyna.
Keyna menoleh kaget, hampir berdiri dari
duduknya. “Davin???”
“Please. Jangan berteriak.”
lelaki itu mengernyit, membuat Keyna tertegun, padahal dia sama sekali tidak
berteriak, Davin berbaring dan menutup matanya dengan sebelah lengannya,
“Kepalaku pusing seperti berdentam-dentam, biarkan aku berbaring sebentar di
sini.”
Keyna terdiam, merasa kasihan
kepada Davin, sepertinya lelaki itu benar-benar sakit. Ya sudah, biarlah.
Lagipula Keyna masih belum ingin tidur, dia harus belajar sampai larut malam
untuk persiapan ujian minggu depan.
Waktu berlalu, dan Keyna larut
dalam kegiatan belajarnya. Diiringi suara dengkuran halus Davin yang sepertinya
jatuh lelap ke dalam tidurnya, mungkin karena pengaruh obat flunya.
Keyna menguap dan melirik jam
di dinding, sudah jam dua pagi, dan dia mengantuk. Dengan bingung diliriknya
Davin yang masih pulas di atas ranjangnya.
Lalu
dia harus bagaimana?
Dengan bingung Keyna memutar
kursinya dan menghadap ke arah ranjang. Davin sedang tidur pulas. Dan ketika
tidur lelaki itu tampak sangat tampan. Gurat-gurat sinis di wajahnya tidak
tampak dan lelaki itu kelihatan begitu polos seperti bayi, bibirnya sedikit
terbuka dan napasnya teratur.
Keyna larut dalam kenikmatan
memandangi maha karya Tuhan di depannya. Tuhan pasti sedang tersenyum ketika
menciptakan sosok ini.
Mata itu terbuka. Seketika itu
juga langsung menatap tajam ke arah Keyna. Membuat Keyna berjingkat dari
duduknya karena kaget.
Lelaki itu tampaknya tipikal
orang yang langsung sadar ketika bangun, dia mengerutkan keningnya menatap
Keyna.
“Kenapa
kau menatapku?”
Keyna merasa pipinya memerah,
“Aku tidak menatapmu.” dipalingkannya wajahnya, tidak mampu menahankan tatapan
tajam Davin kepadanya.
Lelaki itu beranjak duduk di
ranjang, memandangi sekeliling dan menatap Keyna lagi.
“Kenapa
aku tidur di kamarmu?” gumamnya menuduh.
Keyna menaikkan alisnya
jengkel. “Kau yang datang kesini ketika aku sedang belajar lalu tiba-tiba tidur
di ranjangku.
Coba tanya dirimu sendiri.”
“Oh.” Davin
tampak mencoba mengingat-ingat, “Maaf.”
Lelaki itu
tanpak sakit, Keyna menatapnya dengan cemas,
“Kau tidak apa-apa Davin? Bagaimana pusing dan flumu?”
“Aku masih pusing.” lelaki itu
tampak terhuyung, “Aku akan kembali ke kamarku.”
♠♠♠
Davin terserang flu keesokan
harinya. Suara batuknya terdengar ke seluruh penjuru rumah saking kerasnya.
Batuknya terdengar kering dan itu pasti menyakitkan. Keyna memutuskan untuk
tidak masuk kuliah untuk menunggui Davin, Nyonya Jonathan sedang ada di luar
negeri.
“Pergilah.” Davin
terbatuk-batuk dan mengusirnya, dokter sudah memeriksanya dan memberikan obat.
Dan sekarang Keyna sedang mencoba membantu Davin meminum obatnya. Tetapi lelaki
itu dengan kasar menolak bantuannya.
“Pergilah,
kenapa kau tidak masuk kuliah?”
“Aku harus menungguimu, aku
tidak mungkin meninggalkanmu sendirian dengan kondisi seperti ini.”
“Aku sudah biasa seperti ini.”
tatapan Davin tampak sedih, “Sakit sendirian dan hanya ditemani pelayan
sementara kedua orang tuaku pergi entah kemana.”
Keyna menatap Davin dan
menyadari kepedihan di mata lelaki itu. Kasihan lelaki ini, dia hidup
bergelimang harta, tetapi kehilangan kasih sayang orangtuanya. Kini Keyna
mengerti apa yang menyebabkan Davin selalu bersikap sinis dan penuh kebencian.
“Sekarang berbeda, kau
mempunyai seorang adik, dan adikmu akan merawatmu.” Keyna menyerahkan pil-pil
obat dari dokter ke arah Davin bersama dengan segelas air putih, “Ini minumlah
obatmu.”
Davin menatap Keyna, tampak
tertegun dengan perkataan Keyna tadi, sejenak dia ingin membantah, lalu dia
menghela napas dan menerima obat itu dan meminumnya, ditatapnya Keyna dengan
kesal setelahnya.
“Sudah kuminum. Puas?”
“Puas. Sekarang tidur.”
Lelaki
itu menggerutu, tetapi tidak membantah. Mungkin tubuhnya sudah terlalu sakit.
Dia masuk ke dalam selimutnya, terbatuk-batuk sebentar, dan tak lama kemudian,
mungkin karena pengaruh obat langsung tertidur pulas.
Keyna menghela napas panjang.
Semoga obat itu bisa meredakan sakit Davin. Lelaki itu tampak begitu tersiksa
ketika batuk, meskipun demikian tatapan sinis dan kejamnya tidak hilang, Keyna
tersenyum, dasar Davin…
Suara bel dipintu mengalihkan
perhatian Keyna, tampak pelayan membuka pintu dan terdengar
percakapan-percakapan di sana.
Keyna beranjak dengan
hati-hati, merapikan selimut Davin lalu melangkah keluar ruangan. Dia menengok
ke lobby mansion di lantai bawah.
Jason ada di sana. Lelaki itu
mendongak dan menatapnya dengan tatapan mata yang bening,
“Aku dengar kau tidak masuk
kuliah. Tadi aku menjemputmu di kampus.” Jason bergumam pelan sambil menaiki
tangga, “Maaf aku cemas, jadi aku datang kemari.”
Keyna menganggukkan kepalanya,
“Untunglah kau datang Jason. Aku tidak bisa masuk karena aku merawat Davin.”
Jason
mengerutkan keningnya, “Davin sakit? Sakit apa?”
“Sepertinya
dia sedang flu dan batuk… Dia sedang tidur di
atas.”
“Dokter
sudah memeriksanya?”
“Sudah,
dan aku juga sudah memberinya obat.”
Lelaki itu menganggukkan
kepalanya, “Jangan cemas Keyna, aku akan menginap di sini, untuk menemani
kalian.”
Keyna menghembuskan nafasnya
lega. Setidaknya kalau ada lelaki dewasa lain di rumah ini, dia bisa tenang
kalau nanti Davin kenapa-napa. Jason adalah sahabat Davin dia pasti akan
menjaganya.
SWEET ENEMY - SANTHY AGATHA - BAB 4
Karna Di ERTIGAPOKER Sedang ada HOT PROMO loh!
ReplyDeleteBonus Deposit Member Baru 100.000
Bonus Deposit 5% (klaim 1 kali / hari)
Bonus Referral 15% (berlaku untuk selamanya
Bonus Deposit Go-Pay 10% tanpa batas
Bonus Deposit Pulsa 10.000 minimal deposit 200.000
Rollingan Mingguan 0.5% (setiap hari Kamis
ERTIGA POKER
ERTIGA
POKER ONLINE INDONESIA
POKER ONLINE TERPERCAYA
BANDAR POKER
BANDAR POKER ONLINE
BANDAR POKER TERBESAR
SITUS POKER ONLINE
POKER ONLINE
ceritahiburandewasa
MULUSNYA BODY ATASANKU TANTE SISKA
KENIKMATAN BERCINTA DENGAN ISTRI TETANGGA
CERITA SEX TERBARU JANDA MASIH HOT