The Gossip
Beberapa
bulan berlalu dgn cepat dan aman untuk keadaan keuangan Revel, Ibu Davina,
juga
MRAM, tetapi tdk untuk kehidupan pribadi Revel. Semuanya bermula dgn putusnya
hubungan
Revel dgn Luna pada bulan Desember, dua bulan stelah Ina bertemu dgn ibu
Davina.
Pada bulan Januari, tersebar gosip bahwa Luna hamil stelah media mendapat
bocoran
bahwa eksnya Revel ini pergi menemui dokter kandungan. Gosip ini mungkin akan
berlalu
klo saja ini semua memang hanya itu... sebuah gosip, tp kenyataannya adalah
bahwa
Luna
sendiri kemudian mengakui bahwa dia sudah hamil empat bulan. Dan gegerlah satu
Indonesia.
Lumrah
bagi semua orang untuk menuding Revel sebagai bapak si bayi tersebut karena
empat
bulan yg lalu Luna mash berstatus sebagai pacar Revel, tp sewaktu ditemui oleh
wartawan
ketika dia sedang shopping di salah satu mal di Jakarta, dgn tenang Revel hanya
berlalu
tanpa menanggapi pertanyaan itu. Karena sikapnya itu Revel yg slalu diikuti
oleh
wartawan,
kini diburu siang malam oleh mereka yg ingin meminta kepastian. Tentunya
semua
kekacauan ini akan berakhir tanpa ada "pertumpahan darah" klo saja
Luna membuat
pernyataan
bahwa Revel bukanlah ayah dr bayi yg sedang dikandungnya. Tapi luna tdk bisa
atau
tdk mau mengakui itu karena dgn pengakuan ini maka secara tdk langsung dia,
Indonesia's
sweetheart yg tdk pernah membuat satu pun kesalahan di mata publik, akan
membuka
aibnya bahwa dia sudah selingkuh.... tidak, klo selingkuh mungkin masih tdk
apa2,
tp
ini... dia sudah tidur dgn laki2 lain selama dia menjalin hubungan dgn Revel.
Jelas2 image
good
girl-nya akan musnah dalam sekejap mata klo publik sampai tahu kebenaran dr
cerita
ini.
Alhasil,
tercetuslah dua kubu di Indonesia yg dikompori oleh media. Banyak orang g tetap
mendukung
Revel dgn mengatakan bahwa Revel adalah laki2 sejati dgn tdk mengiyakan
atau
menyangkal tuduhan ini. Para pro-Revel menjelaskan bahwa Revel pada dasarnya
sedang
mencoba melindungi martabat Luna sebagai seorang perempuan. Tapi, mereka yg
tdk
memihak kepada Revel melihat skandal ini sebagai kesempatan untuk betul2
menjatuhkan
Revel.
Bagi
Ina, dr awal semenjak berita ini keluar, dia yakin bahwa Revel tdk bersalah.
Dia tdk tahu
bagaimana
dia bisa menjelaskan feeling-nya ini, tetapi dia yakin seratus persen. Meskipun
begitu,
dia tetap khawatir akan image kliennya. Seakan-akan berita ini belum cukup
menghancurkan
karier Revel, beberapa hari stelah itu Ina mendengar berita bahwa jadwal
tur
Revel yg akan meliputi 18kota di Indonesia pada bulan mei terancam batal karena
kantor
walikota
beberapa kota dimana Revel akan menggelar turnya menerima beberapa surat
ancaman
yg intinya sama, yaitu bahwa mereka akan memblokir lapangan udara dan jalan
raya
dgn aksi demonstrasi agar Revel tdk bisa masuk ke kota mereka. Para walikota
merasa
khawatir
atas ancaman ini dan tdk mau mengambil resiko. Mereka meminta Revel
membatalkan
turnya.
Dari
awal berita ini meledak, Ina sama sekali tdk berkesempatan bertatap muka atau
berbicara
dgn Revel, tp begitu mendengar berita yg satu ini Ina langsung meminta Helen
untuk
menghubungkannya dgn Revel. Perlu waktu stengah jam bagi Helen sebelum
memberitahunya
bahwa Revel tdk mengangkat HPnya. Akhirnya Ina meminta Helen untuk
menyambungkannya
dgn HP pak Danung.
"Selamat
siang, pak Danung. Saya baru dengar kabar tentang tur Revel g dibatalkan. Apa
benar?"
Tanya Ina penuh simpati.
"Nggak
batal koq, cuma mungkin mesti diundur," jelas pak Danung dgn suara tenang.
"Bagaimana
Revel mengatasi semua ini? Apa dia baik2 saja? Saya minta maaf karena nggak
menanyakan
hal ini sebelumnya." Ketika mengatakan ini Ina langsung merasa bersalah.
Dia
merasa
lalai dalam mengerjakan tugasnya. Dia seharusnya bisa lebih peka dgn keperluan
klien2nya,
pribadi ataupun perusahaan. Lalu dia sadar bahwa memang bukan tugasnya
untuk
peduli dgn kehidupan pribadi klien.
"Oh....
dia baik-baik, ibu Inara nggak usah khawatir. Kita cuma perlu sabar menunggu
sampai
semua
orang bosan dgn berita ini dan semuanya akan kembali normal." Kata-kata
pak
Danung
menyadarkan Ina kembali.
Ina
masih agak ragu dgn reaksi pak Danung ini, tetapi akhirnya dia memutuskan bahwa
mungkin
dia sudah terlalu mengkhawatirkan sesuatu yg sebetulnya tdk perlu
dikhawatirkan.
"Baguslah
klo semua baik2 saja. Bisa tolong sampaikan simpati dr kami untuk Revel."
"Ibu
Inara knapa nggak kontak Revel langsung saja?"
"Saya
sudah coba, tp HPnya nggak diangkat."
Mendengar
jawaban itu pak Danung hanya terkekeh. "Dia mungkin lagi di studio."
"I
see."
"Nggak
apa-apa, ibu Inara, nanti pesan ibu saya akan sampaikan ke Revel." Dan dgn
begitu
pembicaraan
mereka pun berakhir
Setelah
mengakhiri pembicaraannya dgn Ina, pak Danung melangkah masuk ke studio dan
menemukan
Revel sedang terlibat percakapan seru dgn Jo tentang aransemen lagu. Pak
Danung
bersyukur bahwa Revel menemukan seorang sahabat dalam diri Jo, yg karena
umurnya
beberapa tahun lebih muda daripada Revel, membuat Revel harus berkelakuan
lebih
dewasa di sekelilingnya. Tiga tahun yg lalu sewaktu Revel sedang mencari
drummer
pengganti
karena drummer band-nya memutuskan untuk berhenti total dr belantikan musik
Indonesia,
ada beberapa kandidat yg dipertimbangkan. Kebanyakan dari mereka mau
bekerja
dgn Revel, tetapi segan karena Revel dikenal cukup "keras" pada
anggota bandnya.
Kemudian
Jo muncul dan cara main drumnya sama gantengnya dgn orangnya dan Revel
langsung
mengiyakan tanpa pikir panjang lagi.
"Rev,
ibu Ina tadi telpon menanyakan kabar kmu," ucap pak Danung.
Revel
langsung menghentikan pembicaraannya dgn Jo. "Dia tanya kabar aku?"
Tanya Revel
dgn
agak sedikit terlalu bersemangat, yg membuat Jo terkikik dan menerima tatapan
sangar
dr
Revel.
Pak
Danung berpura2 tdk melihat. Ini semua dan melanjutkan, "Dia khawatir
tentang tur
delapan
belas kota kamu."
Mendengar
kata2 ini membuat Revel sedikit kesal. Ketika pak Danung mengatakan bahwa
Ina
menanyakan kabarnya, dia pikir Ina peduli bahwa dia sedang tertimpa gosip, tp
ternyata
wanita
satu itu cuma peduli soal turnya. Sesuatu yg berhubungan dgn pekerjaannya,
uangnya,
bukan dirinya sendiri. Ugghhh, he should have known, wanita sperti Ina akan
lebih
peduli
apakah seorang laki2 punya uang dan kehidupan yg mapan daripada bahwa laki2 itu
adalah
laki2 baik2 yg punya hati dan perasaan. WHAT THE HELL?! Sejak kapan dia jd
sensitif
sperti
ini?
Ini
semua gara2 blus warna hijau yg dikenakannya, aroma stroberinya, tangannya yg
kecil,
kulitnya
yg sehalus bayi, dan ukuran tubuhnya yg kelihatan sperti anak SMP tetapi terasa
sperti
tubuh wanita sejati ketika dia menindihnya beberapa waktu yg lalu. Revel
bersusah
payah
mengontrol dirinya agar tdk mengingat kejadian hari itu dan berkata,
"Bilang sama
dia,
nggak usah khawatir tentang tur itu, aku masih tetap bisa bayar dia meskipun
tur itu
batal."
Sambil
berkata begitu Revel keluar dari studio, dan klo saja pintu studio tdk ada
pernya,
Revel
pasti sudah membantingnya.
Pak
Danung beradu tatap dgn Jo. "Dia knapa sih? I didn't even mention
Luna," ucap pak
Danung
bingung.
Jo
hanya nyengir dan memfokuskan perhatiannya kembali pada selembar kertas penuh
coretan
yg ada di hadapannya.
Stelah
percakapannya dgn pak Danung, ina pikir semuanya baik2 saja sampai suatu sore,
seminggu
kemudian. Dia baru saja kembali dr bertemu dgn kliennya di luar kantor ketika
dihadang
oleh Marko di pintu masuk begitu dia tiba.
"Lo
harus lihat ini," ucapnya pendek.
"Lihat
apaan?" Tanya Ina bingung sambil stengah berlari mencoba menyamai langkah
Marko
yg
terburu-buru.
Marko
tdk menghiraukan pertanyaan Ina, dia hanya menggiringnya ke ruang rekreasi
kantor.
Samar2 Ina bisa mendengar suara TV dgn volume yg cukup keras dan banyak
koleganya
sedang berdiri di depan TV plasma, menonton suatu laporan berita. Ketika sudah
cukup
dekat, Ina menyadari bahwa mereka sedang menonton suatu konfrensi pers, Ina
melihat
wajah Luna yg tersembunyi di belakang kacamata hitam berukuran besar. Dia duduk
tegak
di depan mic dan mengatakan, "Saya mengharapkan agar ayah bayi saya ini
berhenti
menjadi
pengecut dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Saya nggak mengharapkan
apa2
dari dia, saya hanya minta pengakuan supaya anak saya tdk lahir tanpa
bapak."
Dan dgn
pernyataan ini Luna langsung dihujani pertanyaan oleh para wartawan.
"Mbak
Luna, siapa ayah bayinya?"
"Apa
Revel ayah bayi ini?"
"Mbak...
Mbak Luna, apa mbak ada affair sama orang lain selama berhubungan dgn
Revel?"
Tapi
Luana dengan lihainya langsung digiring oleh managernya turun dari panggung,
dan
meninggalkan
orang lain menjawab pertanyaan para wartawan itu dgn, "Untuk saat ini
mbak
Luna tdk akan menjawab sembarang pertanyaan. Terima kasih."
Ina
hanya bisa menganga ketika menyaksikan ini semua. Ina sudah dibesarkan untuk
tdk
pernah
menyumpah, tp kali ini dia tdk tahan lagi. THAT SLIMY BITCH! Umpat Ina dalam
hati.
Apa maksud
Luna menggelar konferensi pers klo hanya untuk mengatakan itu? Ini semua
akan
menambah dampak buruk pada Revel. Ina yakin bahwa ada banyak pihak yg akan
salah
menginterpretasikan
kata2 Luna sebagai suatu konfirmasi bahwa Revel-lah ayah bayi itu dan
bahwa
Revel adalah seorang pengecut karena tdk mau mengakuinya. Spertinya pak Danung
sudah
salah perhitungan. Berita ini tdk akan reda, tp malah akan semakin parah.
Ina
menatap marko yg kini sedang menatapnya balik dgn sedikit khawatir. Kemudian
Ina
sadar
bahwa bukan Marko saja yg sedang menatapnya dgn ekspresi itu, tetapi para
koleganya
yg lain juga. Mereka spertinya mengharapkan suatu konfirmasi tentang
kebenaran
atau ketidakbenaran gosip itu darinya. Seakan2 adalah tugasnya sebagai akuntan
untuk
tahu apa saja yg dilakukan oleh kliennya. Ina ingin beteriak bahwa dia seorang
akuntan,
bukan babysitter. Dia hanya mengurus keuangan Revel dan perusahaannya, bkn
kehidupan
pribadinya.
Hanafi
memberikan tatapan penuh superioritasnya pada Ina dari ujung ruangan. Ina segera
bergegas
meninggalkan ruangan rekreasi itu sbelum dia menghantam Hanafi untuk
menghapus
senyum penuh keangkuhan itu dr wajahnya. Ina melewati meja Helen tanpa
menghiraukan
lambaian tangannya sebagai tanda bahwa ada sesuatu yg harus disampaikan
olehnya
dan memasuki ruang kerjanya. Stelah menutup pintu, Ina menghempaskan dirinya
ke
kursi kerja dgn penuh kekesalan dan memutar kursi itu agar menghadap ke
jendela,
membelakangi
pintu masuk. Ina mencoba mengatur napasnya yg agak memburu.
Terdengar
suara ketukan, tetapi Ina tdk menghiraukannya. Dia berharap siapa pun orang itu
akan
berlalu klo tdk mendengar jawaban darinya. Tetapi yg terdengar malahan pintu
ruangan
yg dibuka. Ina sudah siap memaki tamu tak diundang ini ketika terdengar suara
Marko.
"Hey,
are u okay?" Tanyanya.
Tanpa
memutar kursinya Ina menjawab, "No."
"You
wanna talk about it?" Langkah Marko terdengar semakin mendekat, sesaat
kemudian
dia
sudah berdiri di hadapannya.
Ina
menarik napas dalam sebelum berkata, "He's going down, isn't he?"
Ketika dia
tdk mendengar balasan apa pun dr marko, Ina mendongak. Marko tersenyum
garing
sbelum menjawab, "Klo Luna tdk memiliki reputasi good girl-nya dan klien
lo itu
bukan
Revelino Darby, mungkin semuanya akan blow over stelah beberapa bulan. Tapi
sayangnya
klien elo it THE REVELINO DARBY, artis Indonesia yg paling dicintai sama
fansnya.
Dia
bisa jadi kayak dia sekarang karena mereka dan gue rasa klo dia nggak buru2
mengatasi
keadaan
ini, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan respect semua orang, bahkan
fansnya
yg paling setia. Dan stelah itu..." Marko tdk menyelesaikan kalimatnya.
Marko
tdk perlu melakukannya karena Ina sudah bisa menebak akhir cerita tersebut.
Revel
akan
kehilangan fansnya dan klo fansnya menghilang, maka tdk ada orang yg akan
membeli
CD-nya,
pergi ke konsernya, perusahaan2 yg dulunya mengontraknya sebagai spokes person
produknya
karena Revel dapat menarik fansnya untuk membeli produk tersebut, akan
menarik
diri, dan kariernya dalam dunia musikyg sudah dia bangu selama bertahun2 akan
musnah
untuk selama-lamanya. Semua ini cuma gara2 seorang perempuan bernama Luna.
Ina
menutup wajahnya dgn kedua belah tangannya dan menggeram. "Oh Goddddddd,
STU--
PID,"
"Hey,
you're not stupid...."
"Bukan
gue, tp dia," teriak Ina geram, memotong kata2 Marko.
"Maksud
lo Revel?"
"Ya
iyalah, siapa lagi coba?" Bentak Ina yg tdk menghasilkan reaksi apa2 dr
Marko. "Apa
susahnya
sih ngejawab TIDAK stiap kali wartawan nanya apa bayinya Luna itu anaknya
dia?"
Lanjutnya.
Kalimat
kedua Ina membuat Marko mundur beberapa langkah. "Tunggu sbentar, jd Revel
memang
bukan ayah bayinya Luna?" Dia tdk bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Ina
menyandarkan punggungnya smakin dalam pada sandaran kursi dan mendengus dgn
cukup
keras. "Gue yakin klo dia bukan ayah bayinya Luna, tp gue nggak ada
bukti," teriaknya
sekali
lagi.
"Oke.
Lo harus berhenti teriak2 kayak orang gila begini dan mulai dr awal. Apa sih
masalahnya
yg bikin lo upset begini?" Lanjut Marko dgn lembut stelah yakin bahwa Ina
tdk
akan
ngomel lagi.
Ina
menarik napas dalam2 sbelum berkata, "gue tahu klo kita sudah dilatih
untuk hanya
mengurus
bisnis klien tanpa memedulikan kehidupan pribadi mereka." Marko hanya
mengangguk
dan menunGu. "Selama ini gue nggak pernah ada masalah untuk berpegang
teguh
sama etika kerja itu. Sperti yg lo tahu, banyak klien kita yg cukup sering kena
gosip."
Sekali
lagi Marko mengangguk. "Gue nggak peduli siapa yg gonta ganti pacar, yg
cerai sama
istrinya,
yg rebutan anak..." Kalimat slanjutnya sudah ada di ujung lidahnya, tetapi
tdk tahu
knapa,
Ina tdk bisa mengatakannya. Akhirnya dia hanya terdiam dan menguburkan
wajahnya
diantara kedua telapak tangan.
Marko
menarik jari2 tangan Ina dr wajahnya dan berkata dgn lembut dan penuh
pengertian
tp
tegas. "Ina, lo tahu kan kode etik kita sebagai akuntan? Kita dilatih
untuk berpikir pakai
otak,
bukan pakai hati. Revel adalah klien lo dan itu adalah batasan that u cannot
cross.
Kasih
dukungan kepada bisnis Revel karena bukan tugas kita untuk terlibat dalam
kehidupan
pribadinya."
Ina
mengangguk dan berkata, "Right," dgn nada pasti.
Revel
mematikan TV dan berusaha sebisa mungkin tdk melempar remote yg ada di
tangannya
ke dinding. Dia tahu bahwa Luna tdk bermaksud menimbulkan masalah untuknya
dgn
konfrensi persnya barusan, dia masih muda. Dan klo mengambil keputusan terkadang
suka
terbawa emosi. Yg membuatnya kesal adalah karena manajer Luna
memperbolehkannya
membuat pernyataan sperti itu di depan publik. Revel berjalan ke arah
tempat
tidur dan meletakkan remote ke atas night stand sbelum dia mendudukkan dirinya
di tempat
tidur sambil mendesah panjang. Spertinya rumahnya akan ditongkrongi wartawan
untuk
beberapa minggu ke depan, yg brarti bahwa dia tdk bisa keluar rumah dgn
leluasa.
Fine!
Dia bisa hidup sperti itu, mungkin dgn begitu dia bisa lebih berkonsentrasi
untuk
merampungkan
single-nya. Berapa lama kira2 hingga orang bosan dgn berita ini?
Dia
teringat akan telepon Ina yg menanyakan tentang kemungkinan pembatalan tur
18kotanya.
Tur berskala besar ini adalah usul om Danung beberapa waktu yg lalu untuk
memenuhi
permintaan fans yg sudah cukup lama tdk melihat Revel manggung. Dia memang
sudah
menarik diri dr publik selama dua tahun belakangan ini, mencoba mendirikan
perusahaannya
sendiri sambil menulis album ketiganya pada waktu luang. Sebagai
businessman
yg penuh perhitungan, dia memutuskan bahwa tur ini bisa digunakan untuk
memuaskan
hati fansnya, juga untuk memberikan lebih banyak exposure kepada band
terbaru
yg baru saja masuk di bawah naungan MRAM. Mudah2an bulan depan semuanya
akan
reda, jd jadwal tur masih tetap bisa dijalankan. Hatinya terasa berat. Bukan
karena
uang yg
bisa hilang karena dia tdk jadi mengadakan tur, tp karena rasa tanggung jawab
untuk
menghibur semua fans yg sudah setia smenjak dia memulai karier musiknya dan
juga exposure
kepada artis baru MRAM yg sepatutnya menjadi band pembuka konsernya.
Dia tdk
peduli klo orang berbicara jelek tentangnya atau memaki-maki kelakuannya,
selama mereka
tdk membawa nama2 artis yg diwakilinya. Satu hal yg dia ketahui tentang semua artisnya
adalah bahwa mereka orang baik yg penuh bakat, yg terjun ke dunia musik karena rasa
cinta terhadap dunia ini, bukan karena agenda lain. Dan mereka sudah
memercayakan kesuksesan
karier mereka kepada MRAM, atau lebih tepatnya kepada Revelino Darby,
sebagai
ujung tombak MRAM. Maka dia tdk boleh terkena masalah yg akan menghancurkan
kepercayaan
itu. Kini dia tahu bahwa namanya, nama MRAM, dan semua artis dibawah
bendera
MRAM tdk bisa dipisahkan. Apa yg dia lakukan mau tdk mau dihubungkan dgn
MRAM
dan artis2nya, oleh karena itu dia harus lebih bisa menjaga image-nya.
Celebrity Wedding - Bab 7
No comments:
Post a Comment