34
ANGGOTA
BARU KELUARGA
LAISA BENAR, waktu dan kesibukan perlahan akan mempu
membuatnya melupakan harapan-harapan yang terlanjur tumbuh. Setahun berlalu.
Usianya sekarang menjejak 39, Dalimunte 33, Wibisana hampir 31, Ikanuri 30, dan
Yashinta 27. Mamak? Entahlah, tidak ada yang tahu persis berapa usia Mamak
Lainuri sekarang. Mamak hanya ingat, lahir pas masa-masa pemberontakan
revolusioner.
Setahun berlalu, di
antara berbagai proses perjodohan Kak Laisa yang berjalan menyakitkan, kabar
baik tetap datang silih berganti. Cie Hui mengandung. Itu menjadi berita besar
Lembah mereka. Membuat rumah panggung itu buncah oleh kebahagiaan. Sekarang
sudah sembilan bulan. Dalimunte dan Cie Hui memutuskan untuk melahirkan di
Lembah Lahambay,
"Biar ia menjadi anak lembah ini. Biar ia bisa
mencium segarnya udara lembah.... Biar ia bisa menjejakkan kakinya di embun
rerumputan...."
Begitu kata Cie Hui riang. Maka sudah seminggu ini
mereka pulang ke perkebunan. Menunggu hari H. Sejenak melupakan berbagai riset
mutakhir Dalimunte di laboratorium.
Kabar baik kedua
adalah: Yashinta akhirnya menyelesaikan pendidikan masternya. Cumlaude. Lulusan
terbaik. Ia jelas-jelas mewarisi kecerdasan Dalimunte, meski juga mewarisi tabiat keras-kepala Ikanuri dan Wibisana. Hari ini
tiba di kota provinsi setelah penerbangan transit (Hongkong, Singapore dan
Jakarta) dari Belanda. Benar-benar kebetulan yang menyenangkan. Mamak dan
Dalimunte menjemput di bandara. Sementara Kak Laisa menemani Cie Hui di
perkebunan.
Lihatlah, gadis itu terlihat begitu cantik saat
keluar dari pintu kedatangan. Wajahnya sedikit memerah di terpa matahari terik.
Mengenakan sweater hijau. Dengan syal sewarna Yashinta mirip sudah dengan
putri-putri negeri bersalju. Kuncir rambut panjangnya bergoyang-goyang. Sedikit
berlari menghambur ke Mamak, berpelukan. Menangis. Dua tahun lebih Yashinta
tidak pulang. Hanya telepon. Jadi setelah sekian lama rasa rindu itu
menggumpal, pertemuan ini amat mengharukan, Dalimunte mengacak-acak rambut
adiknya. Tertawa (sebenarnya menahan rasa harunya).
Mereka tidak langsung berangkat meski Yashinta sudah
tiba. Masih menunggu setengah jam lagi. Pesawat dari kota seberang pulau, yang
membawa Ikanuri dan Wibisana. Dua sigung nakal itu juga pulang. Kejutan.
Benar-benar kejutan saat dua sigung tersebut keluar dari pintu kedatangan.
Karena mereka tidak datang hanya berdua.
Ikanuri dan Wibisana
sudah punya bengkel besar di kota seberang pulau. Malah menurut Ikanuri
beberapa waktu lalu, mereka merencanakan untuk mulai membuat pabrik spare-part,
suku cadang. Bisnis dan kehidupan mereka sudah amat matang. Beberapa tahun
terakhir, Kak Laisa juga sudah sering bertanya kapan mereka akan menikah. Sama
seperti saat menasehati Dalimunte dulu,
"Kalian
tidak perlu menunggu kakak, tidak perlu— "
Berbeda dengan Dalimunte yang kisah cintanya
diketahui massal satu keluarga (juga satu lembah), Ikanuri dan Wibisana amat
tertutup soal ini. Saat itu tidak ada yang tahu, dua sigung nakal itu bahkan
telah membuat calon pasangan masing-masing menunggu lebih lama dibandingkan Cie
Hui. Tanpa kepastian. Bahkan tanpa kesempatan sedikitpun untuk mengenal
keluarga di perkebunan strawberry.
Tidak ada yang pernah menyangka, dua sigung yang
dulu amat bebal, keras kepala, dan selalu melawan Kak Laisa, bertahun-tahun
terakhir berkutat dengan masalah: tidak akan menikah sebelum Kak Laisa menikah.
Bagaimana mungkin Kak Laisa akan dilintas untuk yang kedua dan ketiga kalinya?
Itu benar-benar akan menyakiti perasaan Kak Laisa. Maka mereka membuat calon
pasangannya menunggu selama tujuh tahun terakhir ini. Dikenalkan pun tidak.
Lebih lama dibandingkan Dalimunte dan Cie Hui.
Namun sejak kejadian
perjodohan yang urung itu. Calon pasangan mereka yang mulai serius memaksa.
Bahkan orang tua masing-masing juga ikutan meminta kepastian, hari ini,
benar-benar kejutan. Lihatlah, Ikanuri dan Wibisana datang bersama Wulan dan
Jasmine. Berjalan bersisian di pintu kedatangan bandara, mendekat. Membuat
Dalimunte,Mamak, dan Yashinta tercengang. Dua sigung itu akhirnya memutuskan
memperkenalkan Wulan dan Jasmine.
Maka lebih tercengang lagi saat ikanuri dan Wibisana
bilang mereka sudah saling mengenal sejak masih kuliah.
"Kalian tidak
memberitahu kami soal hubungan kalian sudah selama itu?" Dahi Dalimunte
terlipat, menggelengkan kepala.
"Waktu
Kak Ikanuri dan Kak Wibisana wisuda dulu, kenapa Yash tidak dikenalkan
sekalian?" Yashinta menyela.
Wibisana hanya mengangkat bahu. Ikanuri memegang
stir mobil modifikasi hanya tertawa kecil.Maka perjalanan enam jam menuju
perkebunan benar-benar menjadi tidak terasa. Banyak sekali potongan romantisme
Dalimunte dan Cie Hui. Wulan dan Jasmin tipikal gadis yang menyenangkan.
Cantik. Berpendidikan. Dari keluarga yang terhormat. Mereka berdua masih sepupu
satu sama lain. Ikanuri dan Wibisana meski bukan saudara kembar, tapi kesamaan
diantara mereka melebihi kembar identik. Bukan hanya soal wajah dan tampilan
fisik yang sama (hanya
dibedakan bekas luka di pelipis), cerita asmara mereka juga mirip. Mengenal
Wulan dan Jasmine di hari yang sama. Menyampaikan perasaan di hari yang sama.
Menghabiskan waktu bersama di hari yang sama. Di kejar orang tua Wulan dan
Jasmine di hari yang sama (karena mereka jahil bergaya pemuda benua amerika
latin, bermain gitar, bernyanyi keras-keras di depan pintu rumah Wulan dan
Jasmine saat menyatakan perasaan). Dan berbagai kesamaan lainnya.
Cerita-cerita itu membuat perjalanan menuju
perkebunan strawberry ramai. Ramai oleh celetukan Yashinta.
"Dulunya
Yash pikir, tidak akan ada wanita di dunia ini yang menyukai Kak Ikanuri dan
Kak Wibisana. Ternyata masih ada ya—"
Yashinta nyengir, menggoda. Dan seperti biasa,
tangan Ikanuri terangkat, bersiap menjitak. Senja tiba, langit jingga, mobil
balap modifikasi itu pelan memasuki hamparan perkebunan
strawberry.
Satu minggu berjalan meriah. Penuh seruan jahil nan
menggoda Yashinta. Seruan Kak Laisa yang senang melihat Wulan dan Jasmine.
Penjelasan-penjelasan. Meski di sana-sini bercampur dengan ketegangan. Cemas.
Dan Rusuh. Cie Hui melahirkan di hari kelima mereka berkumpul. Lebih cepat lima
hari dari jadwal.
"Ini pasti gara-gara Yash terlalu banyak
tertawa, anaknya jadi tak sabaran ingin keluar." Ikanuri berlarian
menghidupkan mobil, Dalimunte terhuyung menggendong Cie Hui. Dibantu Wibisana.
Mereka sedang makan malam, seperti biasa ramai, jadi
benar-benar terperanjat saat Cie Hui merintih kesakitan. Ikanuri meneriaki
Wulan dan Jasmine untuk menyiapkan peralatan bayi (yang sudah disiapkan Kak
Laisa beberapa hari lalu). Dalimunte berseru jengkel, lupakan soal popok dan
sebagainya itu, Cie Hui sudah amat kesakitan, bayi itu menendang-nendang kuat,
meronta. Buat apa pula coba popok bayi saat ini?
Maka malam itu juga
mobil balap modifikasi Ikanuri dan Wibisana melesat keluar dari halaman rumah
panggung. Tidak seperti waktu Yashinta dulu sakit parah, lereng itu sekarang
mudah saja didaki. Dan jelas tidak seperti wakru Yashinta sakit dulu, di
kampung atas (jika masih layak disebut kampung), sudah ada puskesmas, lengkap
dengan dokter dan bidan. Kesanalah mereka bergegas membawa Cie Hui.
Intan. Itu nama
pemberian Kak Laisa. Sejak kecil Intan memang sudah terlihat bakatnya. Tidak
sabaran. Keras kepala. berisik. Suka mencari perhatian. Meski cerdas dan banyak
akal. Lahir setelah keras kepala tidak mau keluar-keluar juga. Setelah dua jam
berkutat dengan bukaan tujuh. Hampir saja Bidan menyerah. Hampir saja
menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit di kota kabupaten untuk operasi caesar,
bayi perempuan itu akhirnya nongol begitu saja. Seperti sengaja membuat yang
lain bete. Panik. Langsung menangis kencang. Membuat cair seluruh ketegangan.
Dalimunte tidak pernah melihat Mamak sebahagia ini.
Gemas, menciumi wajah merah cucu tersayang, Intanl. Tersenyum riang sambil
memperbaiki tudung kepala. Rambut Mamak sudah memutih. Tapi lihatlah, wajahnya
seperti lebih muda sepuluh tahun. Intan benar-benar menguasai perhatian seluruh
anggota keluarga. Dalimunte menghela nafas dalam. Kak Laisa benar, dulu dia
tidak seharusnya menunggu begitu lama untuk menikah. Mamak meski tidak pernah
bilang, selalu merindukan menimang cucu-cucunya. Intan membuat rumah panggung
itu lebih ramai. Lebih hidup. Teriakannya setiap pagi (atau setiap minta susu)
membuat rusuh yang lain.
Berebutan
menggendong.
Maka seperti sudah mengerti saja, kalau lagi
dicuekin, bayi kecil itu akan mulai sibuk menangis keras-keras. Sengaja benar.
NOVEL BIDADARI - BIDADARI SURGA - BAB 35
No comments:
Post a Comment