The First Dinner Alone
Ina
mengambil cuti selama seminggu stelah resepsi untuk memindahkan barang2 yg
dianggapnya
penting (yg tdk banyak jumlahnya, karena Revel sudah menyediakan mayoritas
barang
yg dia perlukan) dari apartemennya ke rumah Revel. Selama beberapa bulan ke
depan
apartemennya akan disewa Ellis, seorang wanita bule dari Australia yg baru
dikontrak
salah
satu perusahaan minyak dan gas bumi. Dengan begitu residensi Ina sudah pindah
sepenuhnya
ke rumah Revel. Dia kini menempati kamar pengantinnya sebagai kamar
tidurnya,
selain itu dia juga memiliki ruang kerja yg bersebelahan dgn kamarnya dan bisa
dimasuki
melalui connecting door. Revel mencoba sebisa mungkin membuat Ina nyaman di
rumah
barunya ini, tetapi Ina tetap merindukan privasi apartemennya.
Ina dan
Revel bisa menyembunyikan status pisah ranjang mereka dari para pegawai, juga
dari
artis2 yg diwakili oleh MRAM karena kecuali Jo, pak Danung, dan pak Siahaan,
Revel tdk
pernah
memperbolehkan orang asing menjejakkan kaki mereka di lantai tiga rumahnya.
Tapi
mereka
tdk bisa menyembunyikan hal ini dari pada pembantu rumah tangga Revel yg
bertugas
membersihkan segala sudut rumah itu. Meskipun begitu, Revel percaya bahwa
mereka
tdk akan membeberkan situasi ini kepada media, karena sperti juga Nata, para
pembantu
ini sudah ikut dgn Revel smenjak dia masih kecil dan loyalitas mereka betul2
bisa
diandalkan.
Semua ini bisa dilihat dari cara mereka memperlakukan Ina, yaitu dgn
seprofesional
mungkin, seakan2 mereka tdk menemukan sesuatu yg janggal dgn sepasang
suami
istri yg tidur di kamar tidur yg berbeda.
Saat
resepsi, para wartawan menanyakan kemanakah mereka berencana berbulan madu,
dan Ina
menjawab bahwa mereka tdk akan berbulan madu untuk sementara waktu ini
karena
dia dan Revel punya banyak kewajiban dan tanggung jawab yg harus dilaksanakan.
Sejujurnya,
dia tdk tahu apa yg akan mereka lakukan dalam hal urusan akomodasi klo
mereka
memang pergi berbulan madu. Tentunya mereka harus tidur satu kamar, karena
akan
aneh klo misalnya mereka minta ditempatkan di kamar yg berbeda. Tapi Ina tdk
ada
waktu
untuk mengkhawatirkan tentang ini, karena selama 5hari, Ina menyibukkan dirinya
memindahkan
barang dari apartemen, menata kamar tidur dan ruang kerjanya di rumah
Revel
pada siang hari dan pada malam harinya mereka akan pergi makan malam dgn
keluarga
Ina atau keluarga Revel.
Seakan
itu semua belum cukup membuatnya pusing, dia juga harus menandatangani kartu
tanda
terimakasih kepada semua orang yg sudah memberikan kado. Lain dr kebiasaan
zaman
sekarang dimana para tamu lebih memilih memberikan uang kepada pengantin, para
tamu
lebih memilih memberi kado pada mereka. Berpuluh-puluh kado datang dari
perusahaan2
yg pernah ada hubungan bisnis dgn Revel, mulai dari set produk mandi hingga
biskuit.
Mulai dari voucher department store yg membuat Ina harus membacanya dua kali
ketika
melihat jumlahnya hingga sati set peralatan makan untuk 12orang. Revel mencoba
membujuk
Ina agar memperbolehkan salah satu asistennya membuat stempel tanda
tangannya
agar dia tdk perlu menandatangani semua kartu itu, tp Ina kelihatan sangat
tersinggung
dgn komentar itu sehingga akhirnya Revel membiarkannya melakukan apa saja
yg dia
mau.
Tapi
malam ini rutinitas mereka agak berbeda karena keduanya tdk ada rencana pergi
keluar.
Ina baru saja keluar dari kamar mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dgn
handuk
ketika dia mendengar ketukan pada pintunya. Dia melirik kepada pakaian tidur yg
dikenakannya,
celana piama dari bahan flannel yg dulunya berwarna hitam tp stelah dicuci
berpuluh2
kali selama 5tahun belakangan ini sudah berubah warna menjadi abu2, dan kaus
berukuran
superbesar dgn tulisan "Getting Lucky in Kentucky". Bukan pakaian yg
sepatutnya
dikenakan
oleh seorang pengantin baru, Ina yakin. Ketika dia membuka pintu, dia
menemukan
mbok Nami, pembantu terlama di rumah Revel, sedang tersenyum padanya.
"Mbak
Ina dienteni karo mas Revel nang ngisor," ucapnya.
Ina yg
tdk pernah fasih bahasa Jawa, tetapi sedikit memahaminya karena sekali2
mendengar
mama
dan papanya berbicara dgn bahasa Jawa, terdiam sejenak mencoba memahami apa
yg mbok
ini sedang katakan padanya. Satu hal lagi yg dia harus pelajari dgn tinggal di
rumah
Revel
adalah bahwa semua pembantu bisa berbicara bahasa Indonesia, kecuali mbok Nami,
meskipun
dia mengerti klo orang berbahasa Indonesia dengannya.
"Oh,
sekarang?" tanya Ina stelah memahami apa yg dikatakan mbok Nami.
Mbok
Nami mengangguk dgn antusias, senang karena Ina mengerti bahasa Jawa. Ina pun
memberi
tanda kepadanya untuk menunggu sementara dia menyisir rambutnya yg masih
basah
dan mengenakan sandal sbelum mengikutinya turun ke lantai bawah. Apa yg
diinginkan
Revel dengannya malam2 begini? Ina tadi sempat melirik ke jam dinding yg ada di
kamarnya
yg menunjukkan jam delapan malam.
***
Revel
sedang berkonsentrasi penuh untuk mengantar semua perahu dihadapannya ke
tujuannya
masing2 dgn selamat, yg brarti bahwa semua perahu tdk akan bertabrakan satu
sama
lain. Dia menerima iPad sebagai hadiah perkawinan dari Jo dan smenjak dia
mencobanya
beberapa beberapa hari yg lalu, dia betul2 ketagihan dgn game Harbor 3d yg
ada di
iPad ini. Sekarang dia sedang mengatur lalu lintas sepuluh kapal sekaligus dan
klo
dilihat
dari kerlap kerlip pada layar, 2kapal lagi akan memasuki perairan sbentar lagi.
Dengan
ketukan telunjuknya pada layar dia menghentikan perjalanan sebuah kapal barang
dan
membiarkan sbuah kapal nelayan berlalu lebih dahulu. Stelah kapal nelaan itu
menuju
pulaunya
tanpa halangan, Revel sekali lagi memberikan satu ketukan pada layar dan
membiarkan
kapal barang yg tadi dihentikannya melanjutkan perjalanan. Dia sudah
mencapai
score 44, score tertinggi yg pernah dia capai dan dia bertekad mencetak score
baru.
Dia
baru saja mencapai score 50 ketika dia mendengar suara Ina dan mbok Nami yg
semakin
mendekat.
Suara2 itu memecahkan konsentrasinya karena meskipun matanya masih
terpaku
pada iPad, tetapi telinganya mencoba menangkap apa yg sedang dibicarakan oleh
Ina dgn
pembantunya itu. Spertinya mbok Nami sedang membeberkan sesuatu tentang
dirinya
karena dia mendengar tawa Ina. Suara tawa yg sekarang menemaninya stiap hari
dan
terkadang membuatnya terjaga pada waktu malam, memikirkan apa yg sedang
dilakukan
oleh Ina pada saat itu dan kapan dia bisa mendengar tawa itu lagi. Alhasil
2kapal
bertabrakan
dan meledak di hadapannya.
"Awww
shit, shit, shit, SHIT. Stupid boats!" teriaknya dgn cukup keras sambil
mengentakkan
kedua
kakinya yg menjulur diatas sofa.
Dan
dalam keadaan berkelakuan sperti anak kecil yg ngambek karena tdk diberikan
lolipop
inilah
Ina menemukan Revel. Dia hanya bisa menatap suaminya sambil menganga selama
beberapa
menit. Revel slalu kelihatan serius dan dewasa, sehingga pemandangan ini sangat
asing
baginya. Revel yg kemudian sadar bahwa dia sudah tdk sendirian, buru2 bangun
dari
sofa
dgn wajah agak memerah. Stelah meletakkan iPad-nya diatas meja dia menghampiri
Ina.
"Cute
pjs," ucapnya, mengalihkan perhatian Ina dari apa yg baru dia saksikan.
Revel
melarikan matanya pada tubuh Ina dari ujung rambutnya yg masih basah, wajahnya
yg
tanpa
make-up dan kelihatan lebih merah daripada biasanya stelah mandi dgn air panas,
baju
tidurnya yg kedodoran, hingga ujung kaki yg ditutupi oleh sandal Tweety. Satu
hal yg
dia
dapati sedikit aneh adalah, bagaimana seorang wanita yg bisa kelihatan super
elegan
dgn
gaun malam berwarna ungu yg dikenakannya beberapa bulan yg lalu, memilih
mengenakan
baju tidur sejelek ini? Baju tidur itu memang masih layak pakai, tp jauh dari
sesuatu
yg akan dikenakan oleh seorang pengantin baru. Revel mengingatkan dirinya untuk
membelikan
Ina baju tidur yg lebih sesuai dgn seleranya, tp kemudian dia ingat bahwa
kemungkinan
besar dia tdk akan melihatnya pada tubuh Ina dan membatalkan rencana itu.
Ina
mencoba mengontrol keinginannya untuk menutupi tubuhnya dgn kedua tangan
melihat
cara
Revel menatapnya.
"Makan
malam sudah siap. Mudah2an kmu suka bebek panggang," ucap Revel dan
menggiring
Ina menuju ruang makan.
Rumah
Revel hanya memiliki satu ruang makan yg merangkap ruang makan pegawai klo
siang
hari. Ina masih berusaha membiasakan diri dgn konsep ini. Meskipun Revel orang
yg
sangat
private untuk kehidupan pribadinya, tp dia slalu berusaha menjalin hubungan
baik
dgn
pegawainya. Salah satu caranya adalah dengan memastikan bahwa mereka menerima
perlakuan
yg sama dgn dirinya. Selama beberapa hari ini Ina melihatnya makan siang
bersama2
dgn para pegawainya dan klo dilihat dari cara mereka berinteraksi, Ina tahu
bahwa
para pegawainya menyukai dan menghormatinya, bukan hanya sebagai atasan, tp
juga
sebagai seorang manusia.
Revel
mempersilakan Ina duduk terlebih dahulu pada salah satu kursi makan sbelum dia
mengambil
posisinya 90derajat dari Ina. Di atas meja ada satu piring penuh potongan bebek
panggang
dan di sebelahnya ada 2mangkok kecil yg berisi saus bebek dan sambalnya. Selain
itu,
Ina juga melihat lalapan dgn sambal terasi dan semangkuk besar sup lobak.
Kesederhanaan
makanan itu membuat Ina tersenyum dalam hati karena untuk pertama
kalinya
dia merasa bahwa dia sekali lagi bisa menjejak bumu. Segala perhatian dari
media
selama
berbulan2 menjelang pernikahan dan segala acara keluarga yg harus dia hadiri
stelah
mereka
menikah membuat Ina merindukan kehidupannya yg sederhana.
***
"Ada
yg salah dgn makanannya?" tanya Revel ketika menyadari bahwa Ina tdk
menyentuh
makanan
yg ada di hadapannya.
"Oh..
nggak, nggak ada," jawab Ina sambil mengambil sepotong paha bebek dan
memindahkannya
keatas piringnya.
Makan
malam di meja adalah sesuatu yg baru untuk Ina yg biasanya memilih makan di
jalan
sbelum
pulang ke rumah atau masak mi instan sbelum kemudian memakannya sambil
duduk
di depan TV atau di meja kerjanya. Kemunculan mbok Nami yg menuangkan nasi ke
atas
piringnya menyadarkannya.
"Apa
ada sesuatu yg kmu mau bicarakan dgn saya?" ucap Ina.
"Hah?"
Revel kelihatan bingung.
"Kmu
manggil saya turun, tentunya ada hal penting yg kmu mau discuss dgn saya,"
lanjut
Ina.
Kemudian
pengetian muncul pada wajah Revel. "Oh, no.. nggak ada. Saya manggil kmu
cuma
untuk makan malam. Itu saja."
"Oh."
Penjelasan sederhana 3evel membuat Ina kebingungan mencari balasan. Alhasil
ruang
makan
menjadi hening selama beberapa menit.
"Saya
biasanya slalu menyempatkan diri makan malam sebelum kerja. Supaya bisa lebih
konsentrasi."
Revel membuka pembicaraan lagi stelah mbok Nami meninggalkan mereka.
"Apa
kmu biasa makan malam jam segini klo makan di rumah?" tanya Ina berusaha
mengetahui
kebiasaan Revel.
"Biasanya
memang begitu. Klo kmu?"
Ina
lalu menjelaskan kebiasaan makannya yg tdk teratur dan menerima tatapan tdk
setuju
dari
Revel.
"Nggak
heran kmu kurus kering kerontang begini. Mulai sekarang kmu harus makan lebih
banyak
dan lebih teratur, saya nggak mau keluarga kmu nyangka saya suami nggak
bertanggung
jawab yg nggak pernah ngasih makan istrinya."
Ina
hanya memutar bola matanya mendengar komentar ini. "Percaya sama saya,
nggak
peduli
seberapa banyak makanan yg saya makan, berat badan saya tetap di bawah 50kilo.
Sudah
keturunan. Semua keluarga saya punya metabolisme tinggi."
"Saya
nggak peduli sama metabolisme kmu, pokoknya mulai saya akan minya mbok Nami
nyiapin
sarapan dan ngebungkusin makan siang untuk kmu. Untuk makan malam, apa kmu
oke dgn
jadwal jam delapan?"
"Rev,
saya ini bukan anak kecil. Saya bisa mengurus makanan saya sendiri."
"Sure
you can," ucap Revel sinis.
Ina
meletakkan garpu dan sendok yg sedang dipegangnya agar dia tdk melemparkannya
ke
wajah
Revel sbelum berkata sepelan mungkin, "Rev, saya bukan pegawai kmu, atau
artis2
kmu yg
hidupnya bisa diatur seenak jidat kmu."
Dan
dari reaksi tubuh Revel yg tiba2 menjadi kaku, Ina bisa melihat bahwa kata2nya
sudah
menyakiti
hatinya. Revel kemudian menatap Ina dan berkata, "You're right. I'm sorry.
Saya
cuma
khawatir saja dgn kesehatan kmu."
Dan Ina
rasanya ingin mengguyurkan sup ke kepalanya sendiri. Dia sudah terlalu lama
dikelilingi
oleh orang2 yg slalu berusaha mengatur hidupnya sehingga dia tdk bisa
membedakan
antara kepedulian dan over-protective.
"You
know what, I'm sorry. Dan saya terima tawaran sarapan, makan siang, dan jadwal
makan
malam kmu. Thank you," ucap Ina secepat mungkin.
Meskipun
Revel masih kelihatan sedikit kecewa atas reaksi Ina sebelumnya, tp dia
mengangguk,
memberikan Ina sedikit keberanian untuk mengganti topik pembicaraan ke
hal2 yg
tdk terlalu sensitif.
"Saya
nggak sengaja dengar pembicaraan kmu sama pak Danung kemarin siang. Tur kmu
sudah
back on schedule untuk bulan Agustus?" tanya Ina.
Revel
tersenyum sendiri ketika sadar bahwa mamanya benar. Menikahi Ina adalah pilihan
yg
tepat,
karena smenjak mereka mengumumkan pertunangan mereka, media hampir tdk
pernah
mengasosiasikan dirinya lagi dgn Luna. Mereka sibuk membicarakan tentang dia
dan
pengantin
barunya. Sejalan dgn pulihnya image-nya di mata publik, begitu juga kariernya.
Tentunya
dia harus berterimakasih kepada Ina yg sudah memainkan peran istri dgn baik.
Ina
slalu
bisa berdiri sendiri stiap kali berhadapan dgn publik, dia slalu kelihatan
terhibur
daripada
jealous klo fansnya menyerbunya, dan dia slalu bisa ditemukan berdiri di
belakang
Revel,
memberikan dukungan tanpa kelihatan posesif terhadapnya. Tapi stelah mereka
terlepas
dari sorotan publik, Ina akan terlihat sibuk sendiri dgn aktivitasnya, seakan2
tdk lagi
mempedulikannya.
Dia harus membiasakan diri dgn perlakuan cool sperti ini dari seorang
wanita.
Kadang
kala dia bertanya2 apa Ina betul2 tdk tertarik dengannya sama sekali. Karena he
sure as
hell is interested in her. Oke, mungkin ada kalanya dia tdk mau tahu apa yg Ina
rasakan
terhadapnya karena dia takut bahwa klo Ina menunjukkan bahkan sedikit
ketertarikan
padanya, maka dia akan menyerangnya dgn membabi buta, dgn begitu
melanggar
klausa tentang NO SEX IS ALLOWED didalam perjanjian mereka. Dan dia mungkin
takut
stengah mati bahwa Ina akan menginjak2 hatinya klo dia membiarkan apa yg dia
rasakan
sekarang berkembang menjadi sesuatu yg lebih berarti. Tapi nyatanya saat ini,
dia
sudah
semakin dekat untuk merelakan itu semua hanya untuk mendengar Ina mengatakan
bahwa
dia setidak2nya menyukainya.
Revel
mendengar namanya dipanggil dan dia menarik dirinya kembali ke realita.
"Iya, tp
kayaknya
saya mau undur ke September saja, supaya saya bisa launch single saya dulu
bulan
depan.
Dengan begitu orang akan lebih familier dgn lagu baru saya, jd mereka bisa
nyanyi
sama2
di konser. Karena klo turnya bulan Agustus, itu berarti saya harus launch
single saya
like...
now, which is impossible," jelasnya.
"Tapi
bukannya single kmu sudah siap launch waktu diundur tanggalnya bulan Februari
lalu?"
"Memang
sudah, tp waktu tanggal launch-nya diundur, saya memutuskan untuk membuat
sedikit
perubahab di sana-sini."
Ina
mengangguk mengerti. "Biasanya brapa lagu sih yg harus ada di dalam
single?"
tanyanya.
"Sekitar
3lagu. Single biasanya diluncurkan oleh penyanyi klo mereka mau ngetes apakah
masyarakat
cocok dgn musik mereka. Semacam market research-lah. Klo misalnya singlenya
laku,
biasanya penyanyi akan lebih yakin untuk meluncurkan album mereka."
"Apa
kmu nggak yakin dgn album kmu makanya kmu ngeluncurin single?"
"Smenjak
mulai karier musik saya, saya slalu ngeluarin single terlebih dahulu karena
saya
slalu
mencoba memasukkan unsur2 baru pada dunia musik, dan saya nggak yakin apa
masyarakat
bisa menerima itu."
"Rev,
kmu sudah punya 2album yg sukses dipasaran. Saya yakin bahwa apapun yg kmu
hasilkan
pasti akan dibeli oleh masyarakat."
Revel
tdk menyangka bahwa Ina sebegitu percayanya dgn bakat musiknya dan itu
membuatnya
ingin menunjukkan hasil kerjanya padanya.
"Kmu
mau dengar lagu baru saya?" tanya Revel dgn sedikit berhati2, seakan2 dia
tdk yakin
bahwa
Ina akan tertarik pada tawaran ini.
"Memangnya
boleh? Bukannya itu rahasia?" Jelas2 Ina terkejut dgn tawaran ini, tetapi
Revel
senang
ketika melihat bahwa Ina terdengar tertarik.
"Asal
kmu janji nggak bilang ke siapa2 tentang lagu2 saya sbelum di-launch bulan
depan."
"Saya
janji," jawab Ina senang karena Revel mau membagi sesuatu yg jelas2 sangat
pribadi
baginya
kepadanya.
"Habiskan
dulu makanan kmu," perintah Revel.
Dan Ina
melahap habis bebek yg ada di piringnya yg diselingi oleh timun dgn sambal
terasi,
sbelum
kemudian menghabiskan supnya. Revel tdk menyangka bahwa badan sekecil itu bisa
menampung
sebegitu banyak makanan, tp dia tdk mengeluh. Dia suka wanita yg tahu cara
menikmati
makanan.
Stelah
Ina membawa semua piring kotor ke dapur daripada menunggu hingga mbok Nami
melakukannya
dan memaksa Revel untuk melap meja makan hingga bersih, bersama2
mereka
menuju studio.
***
Bangunan
studio yg berwarna putih terletak di halaman belakang, tetapi meskipun terpisah
dari
bangunan utama, ada jalan kecil dari con-block. Mereka berjalan menuju studio
dikelilingi
udara malam yg sedikit lembab. Penerangan perjalanan mereka disediakan oleh
beberapa
lampu taman yg mengjiasi taman belakang. Ina bisa mendengar suara jangkrik dan
segala
macam binatang malam. Baru stelah beberapa menit dia sadar bahwa ini adalah
pertama
kalinya dalam hampir setahun dia bisa mendengar jelas suara yg dihasilkan oleh
alam
lagi. Rumah Revel jauh dari jalan raya sehingga kesunyian malam lebih terasa.
Revel
membuka pintu kaca yg menuju studio dgn memasukkan kode pada sistem alarm. Tak
lama
kemudian mereka sudah berada di dalam studio dan Ina hanya terdiam selama
beberapa
menit. Suasana di dalam studio sangat berbeda dgn rumah utama yg serba putih.
Studio
ini kelihatan mengancam untuk seorang wanita karena terlihat sangat maskulin.
Mulai
dari cat yg digunakan, hingga perabotnya. Bahkan aroma pembersih lantai,
aftershave
mahal,
dan cerutu. Mereka melewati dapur paling cute yg pernah dia lihat sepanjang
hidupnya.
Dapur itu berukuran kecil dan bergaya Spanyol dgn lantai dari tanah liat.
Kemudian
Revel menggiring Ina masuk ke dalam ruangan yg di dominasi sofa panjang dari
kulit
berwarna hitam, beberapa kursi kerja beroda, juga berwarna hitam, dan panel dgn
tombol
paling banyak yg pernah dia lihat sepanjang hidupnya. Menurut Revel, panel ini
dibutuhkan
oleh musisi untuk mixing, mengontrol, dan merekam musik mereka. Inilah the
control
room yg sering dia lihat di MTV klo para musisi terkenal sedang rekaman.
Ada
kaca besar yg memisahkan control room dgn live room. Revel membuka pintu menuju
live
room dan mengundang Ina untuk memasukinya lebih dulu. Seluruh ruangan dilapisi
oleh
kayu,
kemungkinan untuk suara akustik yg dimiliki oleh medium ini. Ina memandangi
sekelilingnya
dan mendapati bahwa ruangan ini dipenuhi oleh alat musik. Mulai dari piano,
beberapa
gitar dan bass yg tersimpan rapi di dalam casingnya, music stand, satu set drum
yg
terkurung
di dalam ruangan tersendiri di dalam live room itu, amplifier, dan mic serta
headphone
dimana2. Belum lagi berjuntai2 kabel berwarna hitam dalam berbagai ukuran.
Dia
harus berhati2 melangkah klo tdk mau tersandung.
"Untuk
lagu ini, alat musik utamanya adalah piano, jd klo kmu nggak keberatan, saya
mau
mainin
lagu ini secara akustik."
Tanpa
Ina sadari, Revel sudah mengambil posisi di belakang piano dan Ina kalang kabut
mencari
tempat duduk. Akhirnya dia memilih sebuah kursi tinggi yg agak berjauhan tp
menghadap
ke piano.
"Judul
lagunya 'Bebas'."
Ina
hanya mengangguk penuh antisipasi dan Revel baru saja memainkan intro lagu itu
sbelum
Ina tahu bahwa dia dan juga seluruh Indonesia akan jatuh cinta dgn lagu ini.
Iya,
feel-nya
mungkin agak sedikit beda dgn lagu2 Revel sbelumnya. Lagu ini lebih terasa..
beas,
sperti
judulnya. Dengan begitu, terasa lebih enteng didengar. Yg jelas lagu ini
membuatnya
tiba2
sulit bernapas dan dia harus menelan ludah berkali2 untuk menahan haru.
Satu2nya
penjelasanatas
reaksinya ini adalah karena dia tdk pernah mendapatkan konser spesial
dimana
dia hanya duduk sekitar 3meter dari penyanyinya, atau mungkin karena lirik lagu
yg sedang
dinyanyikan oleh Revel membantunya lebih mengerti laki2 yg dinikahinya, Ina tdk tahu.
Tp tahu2 pandangannya sudah kabur dan dia harus berdiri dari kursinya dan buru2 membelakangi
Revel untuk menghapus air matanya.
"Ina,
are you okay?" tanya Revel stelah dia mengakhiri lagunya.
Stelah
yakin bahwa dia bisa mengontrol emosinya, Ina memutar tubuhnya dan menjawab
pertanyaan
Revel.
"Yeah,
I'm good," ucapnya sambil tersenyum.
Tapi
Revel tdk tertipu dgn senyuman itu. "Kmu nangis?"
"Nggak,"
bantahnya.
"Ina,
what's wrong?" Revel kelihatan waswas, tp dia tdk berani mendekat.
Ina
mencoba untuk menelan tangisnya dan menjelaskan apa yg dia rasakan, tp dia tdk
bisa.
Emosinya
terlalu meluap2, jantungnya sperti akan menembus tulang rusuknya, dan lehernya
sakit
karena berusaha menahan tangis. Tiba2 Revel sudah memeluknya dan Ina bahkan tdk
memiliki
tenaga untuk melawan perasaannya lagi. Dia betul2 menangis.
Celebrity Wedding - Bab 15
No comments:
Post a Comment