The Evil Plan
Ketiba
bulan Februari tiba, Ina memutuskan untuk melakukan kunjungan ke kantor Revel
untuk
melakukan audit sbelum laporan pajak dilakukan, bersama Sandra dan Eli. Untung
saja
musim pajak sudah tiba, sehingga Ina tdk memiliki banyak waktu untuk memikirkan
tentang
Revel dan gosipnya. Dari kejauhan Ina bisa melihat bahwa ada sedikit keramaian
di
depan
gerbang rumah Revel.
"Memangnya
pak Revel ada acara apa hari ini kok banyak benar orang di depan
rumahnya?"
Tanya
Ina kepada Sandra.
"Oh,
mereka wartawan, Bu," jelas Sandra
"Tapi
hari ini kayaknya ekstrabanyak dr biasanya," lanjut Eli yg duduk di bangku
belakang.
"Apa
nggak bisa dapat berita lain apa? Berita tentang Revel dan Luna kan sudah
sebulan yg
lalu,"
omel Ina.
"Lho....
Ibu nggak lihat berita tentang pak Revel di infotaiment kemarin?" Mata
Sandra
terbelalak.
"Hah?!
Berita apa lagi?"
"Single
barunya pak Revel yg harusnya launching bulan depan diundur launch-nya,"
jelas Eli.
"WHATTTT?!
Kalian koq nggak bilang sama saya?"
"Kami
pikir Ibu pasti sudah tahu lebih dulu dari kami," jelas Sandra sambil
melirik Eli yg kini
mengenakan
wajah takut kena omel lagi.
Ina tdk
bisa memberikan balasan karena sedang berusaha menavigasi mobilnya sebaik
mungkin
agar tidak menabrak pasukan wartawan saat memasuki pekarangan ruah Revel.
Ina
menurunkan jendela untuk mengidentifikasikan dirinya kepada satpam, yg langsung
membuka
gerbang. Ina buru2 menutup jendela itu lagi. Selama beberapa detik menunggu
sampai
gerbang itu terbuka secara otomatis Ina bisa merasakan betapa terganggu dirinya
dgn
segala perhatian yg dilimpahkan padanya dari para wartawan. Ina kini sedikit
mengerti
bagaimana
Revel bisa naik darah akibat kelakuan mereka.
Akhirnya
pintu gerbang terbuka cukup lebar untuk mobilnya menerobos masuk dan Ina
langsung
tancap gas. Kedatangan Ina dan tim disambut oleh Sita yg kelihatan sudah siap
menangis.
Sita yg biasanya cukup chatty kali ini tdk mengeluarkan sepatah kata pun ketika
mempersilahkan
mereka masuk. Meskipun Ina khawatir dgn kelakuan Sita, tetapi dia tdk
mengatakan
apa2. Sita menggiring Ina dan tim ke ruang pertemuan dan samar2 Ina
mendengar
suara dua orang yg sedang berargumentasi hebat.
"Kmu
seharusnya mau dengar saran om Danung bulan lalu untuk menggelar konferensi
pers
dan
menyangkal tuduhan Luna ini , Rev. Sekarang semuanya sudah sperti ini dan kmu
masih
nggak
mau dengar saran om Danung juga. Kmu tahu kan klo gosip ini bisa menghancurkan
karier
kmu?" Ina langsung mengenali suara itu sebagai suara Ibu Davina.
"Mama
nggak usah dramatis kayak gitu deh. Karierku nggak akan hancur cuma gara2 ini,
percaya
sama aku. Single-ku masih tetap bisa launch, cuma perlu tunggu sampai ingar
bingar
ini reda." Dan itu adalah suara Revel yg terdengar tenang.
"Dan
kira2 kapan itu bisa terjadi, hah? Setiap hari kmu ada di berita di hampir
semua
channel
TV dan semakin hari image kmu semakin buruk. Kmu lihat sendiri, pengunjung
website
kmu semakin hari semakin berkurang."
"Wartawan
kan juga perlu makan, Mam, biarin ajalah mereka mau ngomong apa juga
tentang
aku. Yg jelas aku tahu klo aku nggak bikin Luna hamil. Aku bahkan nggak pernah
nyentuh
dia, dan fans2 setiaku tahu itu. Klo soal website bukan indikasi apakah seorang
artis
akan
sukses atau nggak," lanjut Revel.
Ina,
Sandra, Eli, dan Sita sudah semakin mendekati pintu ruang pertemuan yg terbuka.
Ina
pun
berhenti melangkah, tdk pasti apakah dia punya hak untuk mendengar pembicaraan
diantara
Revel dan ibu Davina. Menyadari bahwa langkah Ina sudah berhenti, Sita menoleh.
"Apa
nggak lebih baik meeting-nya ditunda saja sampai besok?" Bisik Ina, tp
sebelum Sita
menjawab,
mereja sudah mendengar suara ibu Davina lagi.
"Mama
nggak ngerti sama kmu. Mama sudah bilang dari awal klo mama nggak suka sama
Luna.
Dia terlalu muda untuk kmu dan emosinya masih nggak stabil, tp kmu nggak mau
dengar."
"Ini
bukan spenuhnya salah Luna, Mam, tp salah aku juga. Klo saja aku lebih kasih
perhatian
ke
Luna, lebih sensitif dgn segala kebutuhannya, dia nggak akan balik lari ke
Dhani."
Wait a
minute. Dhani? As in Dhani vokalis band The Rocket, mantan pacar Luna sbelum
dia
pacaran
dgn Revel? No wayyyy... Ina menatap Sita yg sekarang kelihatan sangat stres.
Sandra
dan Eli sedang bersusah payah mengontrol raut wajah mereka agar tdk terlihat
melongo.
"Aggghhh,
kmu ini, sudah begini keadaannya masih juga mau belain mereka berdua,"
omel
ibu
Davina.
"Mam,
what do you want me to do? Bilang ke semua orang klo anak itu anaknya Dhani,
bukan
anakknu? Dhani itu teman aku, Mam! Aku nggak bisa ngelakuin ini ke dia dan
ngancurin
karier dia."
"Ka....
kariernya dia?" Ibu Davina terbata-bata. "Gimana dgn karier
kmu?" Teriaknya.
"Mam,
please understand, it's not my story to tell, okay."
"Klo
saja papa kmu masih hidup, dia pasti..."
"Papa
pasti akan mendukung keputusan aku," potong Revel.
Ina
tersentak kaget ketika mendengar ini. Rupanya papa Revel sudah nggak ada.
"Aggghhhh....
Kmu ini memang keras kepala." Kemudian terdengar langkah kaki yg
terburuburu.
"Mam,"
Revel mencoba membujuk mamanya.
Sebelum
Ina mengerti apa yg sedang terjadi, wajah ibu Davina sudah muncul di depan
pintu.
Beliau
kelihatan terkejut melihatnya dan untuk seperempat detik terbesit rasa malu
karena
telah
tertangkap basah bertengkar dgn anaknya di depan orang lain, tp kemudian raut
wajah
itu berubah.
"Kmu
sudah berapa lama berdiri disini?" Tanyanya menuduh.
Sebelum
Ina dapat berkata-kata, Revel sudah berdiri di samping mamanya. Dia pun
kelihatan
terkejut ketika melihat Ina dan lebih terkejut lagi ketika menyadari bahwa ada
dua
orang
lain yg sedang berdiri di belakang Ina.
"Ibu
Inara dan timnya kesini untuk melakukan audit," jelas Sita menyelamatkan
Ina.
"Selamat
siang, ibu Davina... Revel," ucap Ina sesopan mungkin sambil mengangguk
kepada
keduanya.
Revel menyipitkan matanya. Hari ini dia tdk mengenakan kacamata sehingga
gerakan
matanya terlihat dgn jelas oleh Ina.
Revel
agak terkejut ketika melihat Ina. Pertama-tama karena dia tdk tahu bahwa Ina
akan
datang
hari ini, kedua karena penampilan Ina yg meskipun masih rapi dan profesional
sperti
biasa,
tp wajahnya kelihatan lelah dgn bayang2 hitam dibawah matanya. Kulitnya juga
kelihatan
lebih pucat daripada trakhir dia melihatnya. Tiba2 Revel merasa ingin menelepon
bos Ina
saat itu juga, memintanya agar memberikan Ina cuti agar dia bisa istirahat.
Revel
tahu
bagaimana wajah seseorang klo sudah tdk tidur selama berhari2, they will look
like
shit,
dan wajah Ina looks like SHIT.
"Siang."
Suara mamanya menarik perhatian Revel dari wajah Ina.
"Sita,
tolong kmu urus semua ini, saya ada di... di..." Ibu Davina terbata2
mencoba mencari
kata2
yg tepat. Revel tahu bahwa mamanya sedang kesal dan agak sedikit malu karena
itu
beliau
tdk bisa berbicara dgn betul.
"Yah,
pokoknya saa ada diataslah klo kmu perlu apa2," akhirnya ucap ibu Davina.
Dan
sperti trakhir kali Ina bertemu dengannya, beliau sudah berlalu sbelum dia bisa
berkata
apa2.
"Silakan,
ibi Inara." Suara Sita yg mempersilakan Ina masuk ke ruang pertemuan
menyadarkannya.
Ina
masuk ke dalam ruang pertemuan, melewati Revel dgn satu anggukan. "Apa
saya perlu
ada
disini selama proses audit?" Tanya Revel.
Ina
menghentikan langkahnya dan menoleh. "Oh, nggak, nggak harus," jawab
Ina pendek.
"Oh,
oke klo gitu. Sita, gue ada diatas ya klo lo perlu apa2." Revel pun
menghilang dari
peredaran
meninggalkan Ina menatap punggungnya yg dilapisi kemeja putih dgn garis2
hitam
tipis.
***
Revel
melangkahkan kakinya secepat mungkin menuju lantai atas tanpa berlari. Dia
harus
minta
maaf kepada mama karena sudah membuatnya malu di depan orang lain, sesuatu yg
menurut
beliau bisa dikategorikan sebagai 7dosa besar. Revel bukanlah tipe laki2 anak
mama yg
takut dgn ibunya, tetapi dia sudah dibesarkan untuk menghormati orangtua. Dan
kecuali
dia minta maaf, di mata mama dia tdk akan berbeda dgn si Malin Kundang.
Dia
menemukan mama sedang berjalan mengelilingi kolam renang. Sesuatu yg slalu
beliau
lakukan
klo sedang berpikir.
"Mam,"
panggil Revel.
Ibu
Davina menoleh mendengar suara anaknya, tetapi beliau tdk beranjak dan
mendekat,
lebih
memilih menunggu hingga Revel berjalan ke arahnya.
"Aku
mau minta maaf karena sudah berdebat dan mama dibawah tadi," Revel
memulai.
Ibu
Davina mengangkat tangannya dan menepuk2 pipi anaknya. "Bukan salah
kamu."
Kerutan
di kening mama membuat revel khawatir. " Gula darah mama nggak lagi turun,
kan?"
Ibu
Davina tersenyum dan menggeleng. "Mama lagi mikirin solusi masalah kmu dgn
Luna."
"Mam,
you know I love you, tp aku nggak akan menggelar konferensi pers. Titik."
Revel
melepaskan
diri dari belaian mamanya.
"Oke,
mama hormati pendirian kmu, maka dari itu mama coba pikirkan jalan keluar
lain."
"Jalan
keluar sperti apa?" Tanya revel curiga.
"Kmu
mesti nikah, secepatnya."
Revel
mengedipkan matanya beberapa kali ketika mendengar kata2 itu sbelum kemudian
mulai
tertawa terbahak2.
"Knapa
kmu ketawa? Mama serius." Ibu Davina terdengar jengkel.
Revel
mrncoba mengontrol tawanya dan menatap wajah serius mama dan meledak tertawa
lagi.
"Mama
sadar kan aku sekarang lg nggak punya pacar?"
"Kmu
ngga perlu punya pacar untuk cari istri. Banyak orang yg nikah tanpa pernah
ketemu
dgn
calon istrinya terlebih dahulu."
"Ya
klo zaman Siti Nurbaya mungkin," bantah Revel. "Ini abad ke-21,
Mam."
"Sama
saja."
Hanya
untuk menghibur mamanya, Revel mencoba mendengar sarannya. "Okay, fine.
Klo
memang
mama mau aku nikah scepatnya, itu brarti aku harus cari perempuan yg mau nikah
sama
aku, secepatnya. Dimana kira2 mama pikir aku bisa cari perempuan ini?"
"Ada
satu perempuan dibawah yg seumuran sama kmu dan mama rasa cocok untuk
kmu,"
balas
ibu Davina serius.
Revel
mengerutkan dahinya dan berkata, "Just in case mama lpa, Sita sudah
menikah dan
udah
punya 2anak."
"Mama
bukan ngomongin Sita, mama ngomongin Inara."
"HAH?!"
Teriak Revel.
"Dia
msih single, pintar, mandiri, dan bisa dipercaya."
"Mam,
dia akuntan aku."
"Even
better. Orang nggak akan ada yg curiga klo kmu tiba2 nikah sama dia karena
kalian
memang
sudah kenal satu sama lain."
Melihat
keraguan pada mata anaknya, ibu Davina menambahkan, "Kalo kmu masih mau
tur
18kota
kmu dan launching single kmu bisa dilakukan tahun ini, mama rasa inilah
satu2nya
solusi
supaya kmu nggak kehilangan fans kmu."
"Apa
mama sudah pertimbangkan bahwa aku akan sama2 kehilangan fans baik klo aku
tetap
diam
mengenai kehamilan Luna maupun klo aku menikah?"
"Percaya
sama mama, kmu akan lebih bisa mempertahankan fans kmu klo kmu menikah."
"Ina
nggak akan mau menikahi aku," ucap Revel tegas.
"Rev,
mama nggak buta. Mama tahu reputasi kmu dgn para wanita. Klo kmu menggunakan
'keahlian'
kmu ini, mama yakin Ina nggak akan bisa menolak."
Meskipun
itu adalah fakta, tp asumsi mamanya ini membuatnya sedikit tersinggung.
"Om
Danung nggak akan pernah setuju dgn rencana ini." Revel mencoba mengganti
taktik.
"Coba
kmu panggil om Danung kesini supaya kita bisa bicarakan hal ini sama-sama.
Stelah
dia
dengar penjelasannya, mama yakin dia akan setuju seratus persen."
Revel
terdiam sejenak, rupanya mama benar2 serius. Dia tahu bahwa mama adalah seorang
business
woman yg cermat,yg bisa melihat pro dan kontra dari satu penyelesaian dgn
seobjektif
mungkin. Semua itu bisa dibuktikan dari betapa suksesnya perusahaan yg mereka
miliki
bersama. Tetapi menikah? Dengan Ina? Itu ide paling edan yg pernah diutarakan
oleh
mama.
Or is it? Meskipun beberapa menit yg lalu dia mencoba meyakinkan mama bahwa
kariernya
akan baik2 saja dgn gosip mengenai Luna, tp jauh di dalam lubuk hatinya, dia
tahu
bahwa
itu tdk benar. Mungkin inilah solusi yg paling baik untuk dirinya.
"Aku
akan cari om Danung," ucap Revel.
***
Proses
audit berjalan dgn cukup lancar. Sandra dan Eli sudah melakukan tugas mereka
dgn
baik
sehingga tdk ada satu pun masalah yg ditemukan Ina. Sita mampu menjawab semua
pertanyaan
yg diajukannya dan menunjukkan dokumen yg ia perlukan sehingga mereka tdk
perlu
memanggil Revel ataupun ibu Davina. Meskipun begitu, ada banyak dokumen yg
harus
dilihat,
account yg harus di double check, sehingga tanpa disadari Ina, sinar matahari
yg
masuk
melalui jendela sudah berganti warna dari putih-kuning menjadi jingga, yg
brarti hari
sudah
lebih sore daripada yg dia perkirakan. Matanya terasa agak sedikit pedas, dan
Ina
permisi
ke kamar keciluntuk membasuhnya dgn air dingin.
Untuk
mencapai kamar kecil Ina harus melewati ruang tengah dimana para pegawai MRAM
bekerja.
Jam kalung yg melingkari lehernya menunjukkan pukul 17.30. Dalam perjalanan
kembali
ke ruang pertemuan Ina berpapasan dgn pak Danung yg tersenyum ketika
melihatnya.
"Ibu
Ina masih disini? Tanyanya, yg meskipun terdengar lelah tetapi tetap ramah.
"Iya
nih pak Danung. Tp sbentar lagi kami selesai kok," jawab Ina.
"Tadi
waktu sampai di-harass sama wartawan diluar nggak?"
"Ohh...
Nggak juga."
Dengan
senyuman penuh pengertian, pak Danung berkata, "jangan kapok kesini ya, bu
Ina."
"Sampai
sekarang belum kapok. Mungkin nanti," canda Ina. Pak Danung tertawa
terkekeh2.
"Saya
sudah dengar tentang launching singlr Revel yg ditunda. Apa semuanya baik2
saja?"
Lanjut
Ina.
"Nggak
sebaik g saya mau," balas pak Danung.
"Ada
yg bisa saya bantu?"
Pak
Danung terkekeh lagi mendengar pertanyaan ini sbelum tanpa menjawab pertanyaan
itu.
Ina mengerutkan keningnya. Apa ada yg lucu dgn pertanyaannya?
***
"Ibu
Inara mau makan malam apa?" Tanya Sita ketika Ina kembali ke ruang
pertemuan.
"Oh,
nggak usah repot2 Sit, kami sudah hampir selesai kok," balas Ina dan
kembali
mengambil
posisinya di belakang meja. Sita kelihatan ragu sesaat, tp kemudian dia
mengangguk
dan menghilang dari ruangan itu. Ina pun sibuk kembali pekerjaannya.
"Saya
mau pesan Pizza Hut, kmu lebih suka Super Supreme, Meat Lovers, atau Hawaiian
Chicken?"
Suara itu mengajutkan Ina stengah mati. Dia langsung berdiri dari kursinya
ketika
melihat
sumber suara itu.
Revel
sudah menukar kemeja putih dan jinsnya dgn kaus dan celana kargo selutut warna
abu2.
Melihat penampilannya yg fresh membuat Ina sadar akan penampilan dirinya yg
ketika
di cek pada cermin di kamar mandi beberapa menit yg lalu kelihatan lelah,
pucat, dan
kusut.
Blus lengan panjangnya sudah dilipat hingga ke siku, dia sudah melepaskan
sepatu
hak yg
dikenakannya agar bisa bergerak lebih leluasa. Sementara itu parfum yg dia
semprotkan
pada blusnya tadi pagi sudah hilang wanginya. Entah apa yg terpikir oleh revel
ketika
melihatnya sperti ini.
"Kmu
lebih suka pizza yg mana?" Tanya Revel lagi karena blm menerima jawaban
darinya.
Sperti
sbelumnya dgn Sita, Ina pun menolak penawaran Revel. Tapi pria itu bersikeras.
"Toh
klo kmu
pulang nanti mesti makan malam juga kan? Knapa nggak makan malam disini saja
sekalian?"
Ina
sbetulnya masih ingin menolak, tp kemudian dia melihat bahwa Sandra dan Eli
menampangkan
wajah penuh harap, akhirnya Ina mengembuskan napas penuh kekalahan
dan
berkata, "Meat Lovers aja," yg disambut oleh anggukan terlalu
bersemangat dari Eli dan
Sandra.
Revel
mengangguk dan meminta Sita memesan makanan tersebut sbelum kemudian
melangkah
masuk ke ruang pertemuan dgn kedua tangan dimasukkan ke kantong
celananya.
"Sita
nggak manggil saya seharian, so I guess everything is fine?" Tanyanya.
"Yep,
everything is fine," balas Ina.
Revel
hanya manggut2 menanggapi balasan itu. Ina menunggu hingga Revel bicara lagi,
tetapi
kesunyian menyambutnya. Ina berpikir Revel kemudian akan meninggalkan ruangan,
ketika
dia mendengar cowok itu berkata, "Boleh saya bicara dgn kmu sendiri?"
"Sure,"
ucap Ina agak ragu.
Melihat
anggukan darinya, Eli dan Sandra pun keluar dari ruangan. Ina jadi agak waswas
waktu
Revel menutup pintu ruangan. Ketika menatap Ina kembali, wajah Revel kelihatan
sperti
dia sudah menelan seekor kodok. Ina hanya menatapnya dgn kebingungan yg tdk
bisa
disembunyikan.
Selama beberapa menit mereka hanya menatap satu sama lain tanpa
mengatakan
apa2. Sejujurnya Revel kelihatan agak nerveous, yg membuat Ina curiga akan
apa yg
ingin dia katakan padanya.
"Kepala
kmu sudah dicek ke dokter?" Tanya Revel.
Ina
terdiam sesaat ketika mendengar pertanyaan ini, dia tdk tahu apa yg dia
harapkan
keluar
dari mulut Revel, tp yg jelas bukan ini.
"Sudah,"
ucap ina berbohong. Sejujunya dia hanya minum panadol ketika sampai di rumah
hari
itu dan pergi tidur. Dan karena tdk mengalami sakit kepala lagi stelah itu, dia
bahkan
sudah
lupa dgn insiden itu.
Revel
menganggukkan kepalanya berkali2 sperti boneka yg lehernya terbuat dari per.
Kemudian,
"Ireally don't know how to say this, so I'm just gonna say it,"
ucapnya.
Ina
hanya mengangguk, menunggu dgn kecurigaan yg semakin menjadi.
"Saya
mau kmu menikahi saya," ucap Revel dgn cepat sehingga kata2nya sulit
ditangkap.
Perlu
beberapa detik bagi Ina untuk memahami pertanyaan itu, dan ketika sadar akan
apa g
baru
saja dikatakan revel padanya, mulutnya perlahan2 mulai melongo sbelum dia
berteriak,
"WHAAATTTTT?"
Celebrity Wedding - Bab 8
No comments:
Post a Comment