The Honeymoon Is Over
Revel
berangkat keesokan harinya untuk meneruskan turnya dan kali ini Ina
mengantarkannya
ke bandara. Stelah satu ciuman dalam dan usaha meakinkan Ina agar
mengabaikan
pekerjaannya dan ikut dengannya dalam sisa tur, g tentunya ditolah oleh Ina
dgn
janji bahwa Revel bisa melakukan apa saja yg dia mau kepadanya ketika dia
kembali,
Revel
menaiki tangga pesawat. Ina melambaikan tangannya sbelum berjalan menjauhi
landasan
agar pesawat bisa mulai lepas landas. Revel meneleponnya ketika tiba di
Gorontalo
dan smenjak itu mereka tdk pernah berhenti telpon satu sama lain stiap ada
waktu
luang. Ina merasa sperti sedang pacaran dgn suaminya sendiri, sesuatu yg agak
aneh
tp
cukup menyenangkan.
***
Pertama
kali Ina terbangun pada malam pertama mereka tidur di tempat tidur yg sama
sekembalinya
Revel dari merampungkan jadwal turnya, dan menemukan wajah Revel yg
masih
tertidur di hadapannya, Ina hanya terdiam, tdk menggerakkan satu pun otot pada
tubuhnya
dan memandangi Revel. Dia tidur dgn posisi tengkurap dan Ina hanya bisa melihat
sebagian
wajahnya, tp itu sudah cukup membuat tangannya gatal sehingga dia melarikan
jari2nya
pada wajah sempurna itu. Wajah Revel terlihat lebih damai, agak berbeda dgn
semalam
ketika dia menagih janji Ina. Mengingat segala macam posisi yg mereka coba tadi
malam
membuat pipi Ina memerah. Tp Ina menikmatinya karena Revel melakukan
semuanya
dgn sangat lembut dan dia mengutamakan kebutuhan Ina terlebih dulu daripada
kebutuhannya.
Ina tdk pernah merasa lebih disayangi oleh laki2 manapun ketika dia
mendengar
Revel berbisik, "Baby, you gotta let go."
Tanpa
bisa menahan diri lagi, perlahan2 Ina menyentuhkan jari2nya pada wajah Revel
dgn
sangat
berhati2 agar tdk membangunkannya. Ina melihat pergerakan pada bulu mata Revel
sbelum
dia mendengar Revel berkata dgn nada mengantuk, "Morning."
"Morning,"
balas Ina.
"Sekarang
jam brapa?"
Ina
melirik beker yg ada di night stand. "Stengah delapan," jawab Ina
sambil melangkah
turun
dari tempat tidur, berusaha mencari tank top yg dikenakannya tadi malam, yg
sudah
melayang
entah kemana.
"Masih
pagi. Come back to bed with me," ucap Revel dan secepat kilat meraih
pinggang Ina
dan
menariknya kedalam pelukannya.
Ina
tertawa dan membiarkan dirinya dipeluk kembali oleh Revel. "Saya mau
menghabiskan
hari
Sabtu ini seharian penuh diatas tempat tidur dgn kmu," bisik Revel.
"Gimana
klo kita lapar?" Tanya Ina.
"Kita
nggak perlu makanan selama kita ada untuk satu sama lain," balas Revel.
Ina
terkikik mendengar betapa gombalnya pernyataan Revel itu, tp tubuhnya menjadi
relaks
didalam
pelukan Revel. Dada Revel yg menempel pada punggung Ina terasa hangat dan
detak
jantung Revel yg teratur menemaninya sperti lagu nina bobo dan tak lama
kemudian
di
sudah tertidur kembali.
***
Smenjak
hari itu mereka tdk pernah lagi pisah tempat tidur. Atas persetujuan bersama,
mereka
membagi kamar tidur Revel. Revel membiarkan Ina mendekorasi ulang kamarnya
sesuai
dgn keinginannya. Klo saja Ina perempuan lain, mungkin dia sudah marah2 ketika
Ina
mengosongkan
separo dari lemarinya dan memindahkan isinya ke tempat lain agar Ina bisa
memasukkan
pakaiannya. Belum lagi segala produk wanita yg memenuhi stiap permukaan
meja
wastafelnya, jumlah novel yg bertebaran didalam kamar tidur, bahkan kamar
mandinya,
dan segala pernak pernik Ina lainnya. Meskipun begitu, Revel tdk protes karena
sejujurnya
segala perubahan ini membuatnya sadar bahwa kini dia tdk sendirian lagi. Kini
stiap
pagi dia merasakan sentuhan bibir Ina pada wajahnya untuk membangunkannya. Kini
ada
orang yg memintanya memperbaiki pipa wastafel yg bocor, bukannya langsung
memanggil
orang lain untuk melakukannya. Yg jelas, kini ada orang yg mencarinya klo dia
belum
pulang ke rumah lewat dari jam 11malam. Revel slalu tahu bahwa dia menyukai Ina
dan
kemudian mencintai Ina, tp kini dia tahu bahwa apa yg dia rasakan terhadap Ina
adalah
lebih
dari itu semua. Dia membutuhkan Ina di dalam hidupnya dan dia tdk merasa malu
mengakuinya,
karena dia tahu bahwa Ina merasakan hal yg sama.
Sesuai
dgn permintaannya Ina memang tdk pernah menyingung2 hubungannya dgn Mama,
tp
ketika Revel memintanya untuk menemaninya ketika dia pergi berbicara dgn mama,
mata
Ina
langsung menghangat sbelum dia mengangguk antusias. Dan Revel tahu bahwa lebih
dari
segala sesuatu yg dia pernah lakukan untuk Ina, inilah hal yg paling berarti
baginya.
Mama
kelihatan cukup terkejut ketika dia ingin berbicara dgnnya sendiri di teras
belakang.
Beliau
semakin waswas ketika melihat Ina tdk ikut dgn mereka, meskipun begitu mama tdk
mengatakan
apa2. Revel menunggu hingga mamanya duduk sebelum dia mendudukkan
dirinya
dikursi yg satu lagi. Mereka terdiam selama beberapa menit, hanya ditemani oleh
suara
TV yg terdengar samar2.
"Apa
yg kmu mau bicarakan dgn mama?"
Revel
menatap mamanya sbelum berkata, "Apa mama cinta sama papa?"
"Knapa
kmu tanya begitu?"
"Just
answer the question."
"Tentu
saja mama cinta sama papa kmu. He's the love of my life."
Mata
Revel sedikit terbelalak ketika mendengar pernyataan ini, kemudian dia
bertanya, "Klo
mama
memang cinta sama papa, knapa mama nggak pernah nengokin papa waktu dia sakit,
atau
bahkan datang ke pemakamannya?"
Mama
mengembuskan napas dgn cukup keras sebelum berkata, "Karena itulah
satu2nya
cara
bagi mama untuk membalas apa yg sudah papa lakukan ke mama."
Kata2
itu membuat Revel tersinggung. "Papa nggak pernah melakukan apapun ke
mama,
kecuali
mencintai mama."
Bukannya
membalas, ibu Davina hanya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan
menyilangkan
kakinya. Tanpa menatap Revel beliau berkata, "Kmu masih ingat tante
Vero?"
"Ya,"
jawab Revel dgn sedikit bingung.
Tentu
saja dia ingat akan partner bisnis papanya itu, seorang wanita yg slalu bisa
ditemukan
di sisi
papanya. Dia suka dgn tante Vero yg slalu baik dgnnya.
"Mama
slalu suka sama dia, karena insting bisnisnya cocok dgn papamu."
Sbelum
Revel bisa bertanya kemanakah arah pembicaraan ini, mamanya sudah berkata2
lagi.
"Mama nggak pernah menyangka bahwa hubungan mereka ternyata lebih daripada
rekan
bisnis, sampai papa minta cerai dari mama untuk menikahi tante Vero."
Pupil
mata Revel membesar mendengar pernyataan ini. Ibu Davina menolehkan kepalanya
untuk
melihat reaksinya. "Rupanya tanpa sepengetahuan mama, mereka sudah
bersama2
selama
2tahun lebih. Tante Vero bahkan sudah setuju untuk meninggalkan suaminya dan
menikah
dgn papa. Waktu mama tanya knapa papa sampai tega selingkuh, dia bilang bahwa
dia
sudah tdk tahan dgn keambisiusan mama. Bahwa dia sudah bosan karena hidupnya
terus
diatur oleh mama."
Revel
hanya bisa menatap mamanya dgn tatapan tdk percaya. Dia tahu bahwa mama tdk
pernah
berbohong kepadanya, tp dia juga mengalami masalah untuk percaya bahwa papa
yg dia
puja stengah mati itu ternyata adalah seorang suami yg tega selingkuh. Ibu
Davina
tersenyum
kepada Revel sebelum melanjutkan ceritanya. "Did you know that I married
your
father
without your grandparents' permission?"
"Mama
sama papa kawin lari?" Tanya Revel. Dia belum pulih dari kekagetannya
ketika
diserang
dgn fakta lain tentang perkawinan orangtuanya yg dia tdk pernah ketahui.
Ibu
Davina mengangguk. "Papa kmu bukan dari keluarga berada, oleh sebab itu
mbah
Kakung,
yg pada saat itu adalah orang penting di DKI, nggak setuju dan bilang bahwa klo
sampai
mama menikahi papa, kami akan hidup serba kekurangan. Tp mama sudah cinta
mati
pada papa dan mama bisa lihat bahwa dia punya ambisi untuk jadi orang yg
sukses,
maka
dari itu mama tetap nekat menikahi papa kmu."
"Then
what happened?"
"Kami
memang hidup serba kekurangan selama 3tahun pertama dan mbah Kakung dan
mbah
Putri menolak membantu kami sama sekali. Dan karena orangtua papa hidupnya juga
pas2an
karena mereka masih harus menyekolahkan om Jon, ya.. mereka juga nggak bisa
bantu
banyak. Pakde Ray juga masih ada di Amerika saat itu, jd dia nggak tahu menahu
tentang
kesulitan keuangan kami."
"Itu
sebabna aku nggak pernah ketemu sama mbah Kakung atau mbah Putri sampai aku
SD,"
ucap Revel pelan. Sedikit demi sedikit memori tentang masa kecilnya kembali.
Ibu
Davina mengangguk. "Mama berusaha sekuat tenaga mendukung papa kmu supaya
dia
bisa
jadi orang yg sukses. Memang perlakuan mama kepada papa sering kelihatan
terlalu
ambisius,
tp mama punya alasan yg kuat untuk melakukan itu. Mama harus membuktikan
bahwa
mbah Kakung dan mbah Putri salah karena sudah menolak papa. Perusahaan yg papa
kmu
bangun berkembang pesat dan mencapai kesuksesan waktu kmu SD, pada saat itulah
mereka
akhirnya bisa mengakui kesalahan mereka karena sudah meremehkan papamu."
Klo
tadi hanya matanya saja yg terbelalak dgn pupil mata melebar, kini mulut Revel
sudah
ternganga.
"Yg
mama nggak pernah sangka adalah bahwa dalam proses pembuktian diri itu, mama
sudah
kehilangan satu2nya alasan knapa mama melakukan itu semua. I lost your father.
So,
to
answer your question, knapa mama nggak pernah nengokin papa di rumah sakit atau
datang
ke pemakamannya adalah karena mama marah besar dan kecewa sama papamu.
Stelah
segala sesuatu yg mama lakukan, dia membalasnya dgn selingkuh dan menceraikan
mama."
Pengertian
muncul dan Revel berkata, "Itu alasannya knapa hak asuh aku jatuh ketangan
mama
bukan papa, karena papa sudah selingkuh dgn tante Vero."
Ibu
Davina mengangguk. "Mama tahu kmu cinta sama papa dan memisahkan kmu dgn
papa
adalah
hal tersulit yg pernah mama harus lakukan. Tp mama nggak rela kmu dibesarkan
oleh
tante
Vero. Kmu darah daging mama dan mama bertanggung jawab sepenuhnya sama kmu.
Oleh
karena itu mama bilang ke hakim bahwa papa kmu sudah selingkuh. Itu adalah hal
paling
memalukan yg pernah mama akui. Untung saja mbah2 kmu sudah nggak ada waktu
itu,
karena mama nggak tahu gimana mama akan menghadapi mereka klo mereka tahu
tentang
itu."
Ibu
Davina mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Revel. "Mama minta maaf atas
perlakuan
mama kepada kmu selama ini. Mama sekarang sadar bahwa semua tindakan
mama yg
sebenarnya ditujukan untuk menyakiti papa kmu, actually menyakitkan kmu juga.
Will
you forgive me?"
Revel
melihat mamana yg tdk pernah menunjukkan emosinya sama sekali kepada siapapun
sedang
berusaha mengontrol tangis dan dia langsung bangun dari kursinya dan berlutut
dihadapan
mamanya, memeluknya. "Of course. Dan aku minta maaf atas perlakuan aku
kepada
mama selama ini," ucap Revel pelan.
"It's
okay. You didn't know the whole story," balas mama.
Stelah
beberapa menit Revel melepaskan mamanya. "Omong2 tentang the whole story,
klo
papa
menceraikan mama untuk menikahi tante Vero, knapa aku nggak pernah melihat
tante
Vero
lagi stelah papa dan mama cerai?"
Ibu
Davina terkekeh. "Tanpa sepengetahuan papa kmu, tante Vero ternyata masih
berhubungan
baik dgn suaminya. Selama proses perceraian mama dgn papa dan dalam
proses
menunggu, dia sudah jatuh cinta lagi dgn suaminya. Tante Vero langsung
memutuskan
hubungan mereka, berhenti bekerja dan ikut suaminya ke Bali. Mama nggak
tahu
lagi ceritanya stelah itu."
"Kapan
tante Vero pindah ke Bali?"
"Sekitar
setahun stelah mama dan papa cerai, knapa?"
"Itu
waktu papa mulai sering muncul di rumah dan pada dasarnya minta rujuk dgn
mama."
Kini
semuanya lebih masuk akal bagi Revel. Segala kejadian yg sbelumnya membuatnya
bingung
karena kehilangan satu bagian penting yg bisa menjelaskan semuanya, kini
terlihat
jelas
baginya.
"Yes,"
balas ibu Davina dan sudah tertawa terbahak2 sambil menggeleng2kan kepalanya.
Awalnya
Revel hanya bisa menatap mamanya dgn bingung dan sedikit khawatir, tp
kemudian
dia ikut tertawa. Sudah lama dia tdk mendengar swara tawa mama dan suara itu
betul2
menyentuh hatinya.
"Dari
mana mama tahu tentang berakhirnya hubungan papa dgn tante Vero?" Tanya
Revel
stelah
tawanya reda.
"Karena
papa kmu cerita ke mama waktu dia minta ruju. Tentu saja mama menolaknya
mentah2.
Apa yg papa kmu lakukan ke mama adalah suatu pengkhianatan yg tdk bisa
dilupakan
begitu saja, dan bagaimanapun mama mencoba melupakannya, mama nggak bisa
maka
dari itu mama nggak bisa memaafkannya,"
"Apa
mama pernah menyesali keputusan mama?"
"Every
damn day of my life, terutama klo mama melihat cara kmu menatap mama. Penuh
dgn
kekecewaan dan terkadang tanpa emosi."
Revel
merasa sperti baru saja dihantam oleh beton, dadanya sakit karena rasa bersalah
yg
mendalam.
Dia tdk tahu bagaimana mama menyimpan rahasia sebesar ini selama
bertahun2.
"Mama
knapa nggak pernah cerita ke aku tentang semua ini sebelumnya?"
"Karena
kmu masih terlalu kecil waktu semua itu terjadi. Mama hanya menunggu hingga
kmu
lebih dewasa agar bisa mengerti semuanya, tp ternyata stelah kmu dewasa,
semuanya
sudah
terlambat. Kmu sudah terlanjur membenci mama, dan mama tdk melihat keuntungan
dari
menghancurkan nama baik papa kmu hanya untuk membuat kmu mencintai mama."
"Mama
lebih memilih aku membenci mama daripada menjelek2kan nama papa di mata
aku?"
Tanya Revel, mencoba mengerti logika mamanya.
"Klo
itu lebih bisa membuat hati kmu tdk terbebani," balas mama sambil
mengangguk.
"Oh,
mam, you're so wrong. Hati aku slalu terasa berat karena aku nggak pernah
ngerti
tindakan
mama. You could've spared me all the heartache klo saja mama cerita ke aku
kejadian
sebenarnya dari dulu. Perkawinan mama dan papa betul2 memengaruhi pilihan
aku
untuk nggak pernah menikah, karena aku nggak mau hidupku didominasi oleh orang
lain
hanya karena aku mencintai orang itu. Aku takut aku akan berakhir sperti papa
klo aku
membiarkannya.
Klo aku tahu apa yg sebenarnya terjadi didalam perkawinan mama dan
papa,
pendapatku akan beda. Aku mungkin lebih bisa let people in."
"Well,
now you know. Mudah2an pandangan kmu tentang pernikahan akan berubah. Mama
harap
sakit hati kmu bisa terobati dan kmu bisa melanjutkan hidup kmu dgn lebih
tenang
stelah
ini."
Revel
mengangguk dan berkata, "Thanks for telling me everything mom," dan
memeluk
mamanya
dgn erat.
Melalui
percakapan dgn mamanya, Revel akhirnya bisa mengerti dan memaafkan segala
tindakan
yg dilakukan mama terhadap dirinya dan papa. Dan itu adalah obat yg paling
ampuh
untuk menyembuhkan patah hati. Perlahan2 dia merasakan hatinya mulai utuh.
Revel
melangkah kembali ke dalam rumah.
Ina yg
sedang menonton TV langsung meloncat berdiri ketika melihatnya dan tanpa
permisi
lagi
Revel langsung memeluk istrinya itu dgn erat.
"Thank
you," bisik Revel.
"For
what?" Tanya Ina balik.
"Karena
sudah jadi istri saya," balas Revel.
"You're
welcome." Dan Ina berjinjit, mencium pipi Revel.
Revel
tdk tahu bagaimana dia bisa seberuntung ini, akhirnya dia menemukan seseorang
yg
betul2
mengerti dirinya. Dengan Ina dia tdk perlu memberikan penjelasan panjang lebar
tentang
semua tindakannya, karena dia tahu Ina mengerti dirinya luar dalam tanpa dia
harus
menjelaskannya dgn kata2.
***
Bulan
November tiba dan Revel membawa Ina pergi honeymoon ke pulau Bintan, jauh dari
segala
sorotan media dan masyarakat. Staf hotel tentunya mengenali Revel dan Ina,
tetapi
mereka
sudah cukup terlatih untuk menjaga jarak dan memberikan Revel serta Ina
privasi.
Selama
2minggu mereka menghabiskan stiap detik bersama2 dan menikmati kehadiran satu
sama
lain.
Pada
suatu sore, ketika mereka membicarakan tentang rencana masa depan mereka, Revel
mengumumkan
bahwa dia menginginkan setidak2nya 2anak, satu laki2 dan satu
perempuan.
Ina hanya tertawa mendengarnya karena jujur saja, dia tdk ada niat untuk jd
seorang
ibu, oleh sebab itu dia slalu meminta Revel agar mengenakan pengaman klo mereka
bercinta
dan selama ini Revel slalu menghormati permintaannya. Lain waktu, mereka akan
duduk
bersama2 di balkon kamar hotel mereka, Ina dgn novel terbarunya dan Revel dgn
iPadnya.
Dan mereka bisa melakukan ini dalam diam selama berjam-jam. Tdk ada satu pun
dari
mereka yg merasa perlu mengisi kesunyian dgn kata2 karena mereka merasa nyaman
hanya
dgn keberadaan satu sama lain. Dan rasa nyaman ini berlanjut sehingga mereka
pulang
ke Jakarta dan melanjutkan kehidupan mereka bersama2. Ina tdk pernah merasa
sebahagia
ini sepanjang hidupnya. Dia merasa sperti sedang terbang ke awang2 dan dia tdk
pernah
mau turun lagi ke bumi.
Tapi
tentu saja akhirnya dia perlu turun ke bumi. Pertama2 dgn kepulangan Luna ke
Indonesia
pada bulan Desember. Ina tdk tahu bagaimana wartawan tahu jadwal kepulangan
Luna,
tp nyatanya mereka menemui Luna dan bayinya yg kini sudah berumur 5bulan di
bandara.
Kali ini Ina langsung tahu berita itu dari Helen dan dia langsung menelepon
Revel
untuk
memastikan bahwa dia siap dgn segala berita yg akan menyerangnya lg dgn
kepulangan
Luna, tp panggilannya tdk dijawab. Ina mencoba menenangkan dirinya dgn
mengatakan
bahwa kemungkinan suaminya sedang ada di studio untuk menyelesaikan
albumnya
yg akan launch akhir tahun ini, sebab itu dia tdk mengangkat telponnya. Ketika
beberapa
jam kemudian Ina sekali lagi mencoba menelpon kantor MRAM. Panggilan itu
dijawab
oleh salah satu staf yg mengatakan bahwa Revel sudah keluar smenjak sebelum
makan
siang dan belum kelihatan lagi smenjak itu. Sekali lagi Ina berusaha tetap
tenang dan
meneruskan
pekerjaannya.
Ketika
dia pulang, Ina mendapat laporan dari mbok Nami bahwa Revel masih juga belum
kembali.
Pada saat itu Ina mulai sedikit panik. Dia takut bahwa sesuatu telah terjadi
pada
Revel
karena Revel slalu memberitahu klo dia ada rencana pergi dan kapan dia akan
kembali.
Maka dari itu, tingkah laku Revel kali ini betul2 meninggalkan tanda tanya
besar.
Ina tdk
ingin menelpon pak Danung atau ibu Davina karena dia tdk mau membesar2kan
keadaan.
Selama beberapa jam kemudian Ina memaku dirinya di depan TV untuk melihat
apakah
ada kecelakaan atau tragedi lainnya yg mungkin menimpa Revel. Dia tertidur di
sofa
di
ruang TV dan terbangun pada pukul satu pagi, menemukan bahwa Revel masih belum
muncul.
Akhirnya dia pun pergi tidur sendiri.
Keesokan
harinya dia terbangun lebih awal daripada biasanya. Dia menemukan Revel
sedang
tidur disampingnya. Ina tdk mendengarnya masuk tadi malam, tp dia bersyukur
bahwa
setidak2nya Revel sudah plang. Kemudian rasa kesal muncul ke permukaan dan dia
berdebat
dgn dirinya sendiri apakah dia mau membangunkan Revel dan menuntut
penjelasan
darinya kemana dia semalam dan knapa dia tdk mengangkat atau membalas
semua
telpon darinya, sekarang juga.
"Ow,"
ucap Ina pelan. Tanpa Ina sadari, dia sudah mengepalkan tangannya terlalu keras
sehingga
kuku2nya menusuk telapak tangannya.
Sambil
mengusap telapak tangannya yg memerah, Ina memandangi wajah Revel yg
kelihatan
resah di dalam tidurnya. Klo dia sedang tdk kesal dengannya, Ina mungkin akan
membelainya
hingga kerutan pada wajahnya menghilang, tadi pagi ini yg dia inginkan adalah
melemparkan
bantal pada suaminya yg telah membuatnya khawatir tdk keruan tadi malam.
Klo
Revel berpikir bahwa Ina hanya akan tinggal dian stelah diperlakukan sperti ini
tanpa
penjelasan
apa2, dia sudah salah sangka. Tp Ina tdk ingin bertengkar dgn seseorang yg tdk
100%
sadar, akhirnya dia memutuskan untuk menunggu hingga Revel bangun sbelum
melakukan
serangannya.
Ina
memaksa dirinya bangun dan mempersiapkan diri untuk pergi kerja. Sehingga dia
sudah
akan
melangkahkan kakinya keluar dari kamar tidur, Revel masih belum bangun, akhirnya
stelah
menunggu selama 10menit dan Revel masih belum bangun juga, Ina meninggalkan
suaminya
tanpa pamit. Dia bertekad menyelesaikan masalah ini sepulangnya dia dari
kantor.
***
Stelah
pekerjaan selesai di kantor, Ina langsung buru2 pulang, dia sudah tdk sabar
ingin
menuntut
penjelasan dari Revel tentang status Absence Without Leave-nya, tetapi sekali
lagi
ketika dia sampai di rumah, Revel sudah menghilang dan spertinya tdk ada satu
orang
pun yg
tahu kemana dia pergi. Sekali lagi Ina mencoba menelepon Revel. Semenit
kemudian
dia
menutup telpon sambil mengerutkan keningnya. Ina tdk tahu apa yg sedang terjadi
pada
suaminya
sehingga dia berkelakuan aneh sperti ini. Ina mencoba membuang jauh2
kecurigaannya
bahwa perubahan pada tingkah laku Revel ada hubungannya dgn kepulangan
Luna,
tp gut-feelingnya mengatakan lain.
Celebrity Wedding - Part 23
Link lanjtanny gag bsa Service sist....
ReplyDeletesekarang sudah bisa sist.. monggo dicoba....
ReplyDelete