The Last Straw
Selama
sebulan stelah permintaan maaf itu, Ina sadar bahwa Revel mencoba sedayaupaya
memperbaiki
hubungan mereka, tapi Ina mengalami masalah untuk menghargai usahanya.
Meskipun
mereka masih tinggal satu rumah dan berbagi tempat tidur, tp Ina membangun
tembok
Berlin disekitar dirinya untuk membatasi hubungan mereka agar tdk sedekat dulu
lagi.
Beberapa bulan yg lalu Ina berpikir bahwa dia memiliki suatu ikatan spesial dgn
Revel,
suatu
ikatan yg hanya dimiliki oleh mereka berdua karena dia percaya pada Revel,
begitu
juga
sebaliknya. Tapi sekarang dia tahu bahwa Revel tdk memercayainya untuk berbagi
masalah
yg dihadapinya, dan kepercayaan Ina kepada Revel sudah goyah, karena dia
mempertanyakan
hal lain apa lagi yg disembunyikan oleh Revel darinya. Tanpa kepercayaan,
apalah
arti sebuah perkawinan?
Tepat
48jam stelah foto Revel dan Luna tersebar di tabloid, Luna menggelar konfrensi
pers
untuk
membersihkan nama Revel. Untuk pertama kalinya selama bertahun2 ini, media tdk
bisa
memaki2 Revel. Pengunjung websitenya membludak hanya dalam satu malam.
Kebanyakan
ingin mengucapkan selamat kepadanya karena namanya sudah bersih dan tdk
lagi
bisa disangkutpautkan dgn Luna dan banyak juga yg mengajukan permintaan maaf
karena
sudah berprasangka buruk terhadapnya.
Agar
lebih meyakinkan masyarakat bahwa dia adalah laki2 baik2, seminggu stelah itu,
Revel
bersedia
diwawancara dan dia meminta Ina hadir bersamanya. Satu2nya alasan knapa Ina
setuju
melakukan ini adalah karena dia sudah capek berusaha meyakinkan keluarganya,
orang2
di kantor yg kini sering memberikan tatapan penuh simpati padanya, dan Tita,
bahwa
semuanya baik2 saja. Wawancara itu adalah hal tersulit yg pernah Ina lakukan
sepanjang
hidupnya. Dia harus hanya tertawa ketika ketika pewawancara mengatakan
bahwa
dia adalah “istri yg penuh perhatian dan tdk cemburuan” dgn nada sinis. Dia tdk
pernah
merasa begitu dipermalukannya sepanjang hidupnya. Dia bisa menerima klo orang
membencinya
dan memaki2nya, tp dia tdk akan pernah bisa menerima klo orang
memberikan
tatapan kasihan padanya.
Ibu
mertuanya menelponnya beberapa kali dan berusaha mendamaikan hubungannya dgn
Revel,
tp Ina menolak memercayai niat baiknya ini. Yg Ina inginkan adalah agar semua
orang
berhenti
mengganggunya dan membiarkannya sendiri untuk memutuskan apakah dia ingin
tetap
bertahan di dalam pernikahan ini atau tdk. Kesempatan itu muncul ketika Revel
bilang
bahwa
dia harus pergi ke Singapura untuk sound mixing selama 2minggu.
Ina
betul2 menggunakan waktu ini untuk berpikir. Di satu sisi dia tahu bahwa dia
mencintai
Revel
dan bahwa konflik adalah bagian dari perkawinan, oleh sebab itu dia merasa
bahwa
dia
harus mempertahankan pernikahan ini. Di sisi lain, Ina sadar bahwa dia tdk akan
bisa
keluar
dgn selamat klo konflik sperti ini terjadi lagi, dan pernikahannya dgn seorang
selebriti
sperti
Revel pada dasarnya menjamin terjadinya konflik dimasa yg akan datang. Itu
berarti
bahwa
dia harus keluar dari dari hubungan ini klo ingin harga diri dan hatinya utuh.
Kejadian
yg
membuat Ina akhirnya bisa mengambil keputusan adalah telpon dari Meinita
beberapa
hari
sbelum jadwal kepulangan Revel.
“Selamat
pagi, Nit,” ucap Ina.
Dia
baru saja sampai di kantor dan harus menggeleng ketika melihat rangkaian mawar
putih
12tangkai
yg berada didalam vas diatas meja kerjanya. Dia tdk perlu bertanya kepada Helen
darimana
datangnya bunga itu, karena selama sebulan belakangan ini, rangkaian bunga
mawar
segar slalu menghiasi meja kerjanya stiap pagi. Satu lagi cara Revel untuk
memohon
maaf.
Seakan2 hati Ina yg retak bisa diganti hanya dgn rangkaian bunga mawar.
“Selamat
pagi Ina. Pak Siahaan menelpon saya untuk mengingatkan bahwa kontrak kmu dgn
Revel
akan berakhir lusa. Saya hanya mau memastikan bahwa semua klausa yg ada pada
kontrak
tersebut masih kukuh dan belum dilanggar oleh kedua belah pihak.”
Ina
bisa mendengar hatinya hancur berkeping2 ketika mendengar kata2 Meinita. Dgn
susah
payah
Ina akhirnya berkata, “Ya, klausa pada kontrak masih kukuh.”
Selama
beberapa bulan ini, dia menyangka bahwa Revel sudah mengurus kontrak itu, tp
kemudian
Ina ingat bahwa dia tdk pernah menerima dokumen apa2 dari Meinita yg
menyatakan
bahwa kontrak itu sudah dibatalkan. Apa Revel lupa membatalkan kontrak itu?
Tp
mengetahui betapa telitinya Revel, Ina mendapati alasan ini tdk masuk akal.
Jadi
satu2nya
kemungkinan adalah bahwa Revel memang tdk pernah berniat membatalkan
kontrak
ini. Revel memang tdk pernah menginginkannya, apalagi mencintainya. Ina tertawa
sendiri,
menertawakan dirinya yg sudah terlalu bodoh karena menaruh harapan pada Revel.
Bagi
Revel, dia hanyalah sebuah boneka yg dibeli olehnya dgn tujuan tertentu, dan
stelah
tujuan
itu tercapai, dia sudah tdk ada gunanya lagi.
Samar2
Ina mendengar Meinita berkata, “Oke, klo begitu saya akan konfirmasikan hal ini
kepada
pak Siahaan. Coba bertahan beberapa hari lagi, stelah itu kmu bisa mendapatkan
uang
konpensasi.”
Stelah
telpon itu berakhir, tanpa pikir panjang lagi, Ina mulai merencanakan
kepindahannya
dari
rumah Revel dgn menelpon MyRelo, perusahaan yg setahun lalu memindahkan
barang2nya
dari apartemennya ke rumah Revel dan meminta mereka datang ke alamat
rumah
Revel lusa. Meskipun begitu, mereka akan ngedrop beberapa boks agar Ina bisa
mulai
membereskan barang2nya hari itu juga. Stelah puas melihat semua persiapan ini,
Ina
melanjutkan
harinya untuk mengerjakan pekerjaan kantor. Dia agak terkejut ketika
telponnya
berdering dan melihat nama ibu mertuanya berkelap kelip pada layar telpon.
Karena
tdk tahu apa yg dia akan katakan pada mamanya Revel, akhirnya dia tdk
menghiraukan
panggilan itu dan juga sepuluh panggilan selanjutnya. Ketika dia sampai di
rumah
jam delapan, mbok Nami memberitahunya bahwa ibu Davina sudah menelpon
rumah
stiap stengah jam mencarinya, dan Ina diminta segera membalas telponnya. Ina
tdk
membalas
satu telponpun.
***
Ibu
Davina tahu bahwa menantunya sedang menghindarinya, tp dia harus mendapatkan
konfirmasi
darinya bahwa dia tdk akan menggugat cerai Revel. Dia menerima telpon dari
Siahaan
beberapa jam yg lalu, yg mengatakan bahwa kontrak yg ditandatangani revel dan
Ina
setahun yg lalu masih kukuh, yg brarti bahwa pernikahan mereka akan brakhir
dalam
48jam.
Dia tahu bahwa Revel sudah menyakiti hati Ina, oleh sebab itu dia memang pantas
digugat
cerai.
Stelah
sekali lagi telponnya dibiarkan tdk terangkat oleh menantunya, ibu Davina
terdiam,
memikirkan
langkah apa yg bisa dia ambil untuk menyelamatkan pernikahan anaknya. Saat
ini dia
sama sekali tdk perduli akan dampak perceraian ini kepada karier Revel, yd dia
pikirkan
adalah dampak perceraian ini kepada diri Revel. Tanpa memedulikan jam yg sudah
menunjukkan
pukul sebelas malam, ibu Davina menelpon HP Revel, begitu Revel
mengatakan,
“Halo”, tapa menghiraukan nada mengantuknya, ibu Davina langsung berkata,
“Ambil
penerbangan pertama kembali ke Jakarta besok pagi. Kmu harus pulang
secepatnya.”
“Who’s
this?”
“Pakai
nanya lagi. Ini mama kmu Revel, what are you, deaf now sampai2 tdk mengenali
suara
mama?” teriak ibi Davina gemas.
“Nggak,
Cuma ngantuk,” balas Revel sambil meraba2, mencari tombol lampu. Stelah lampu
pada
night stand menyala, dia menyipitkan matanya untuk mencari kacamatanya dan
memaksa
tubuhnya ke dalam posisi duduk pada saat yg bersamaan, “Ada apa telpon aku
malam2
begini, Mam?”
“Om
Siahaan sudah berusaha menelpon kmu berkali2, tp kmu nggak pernah angkat dan
nggak
pernah telpon mererka balik juga, makanya om Siahaan telpon mama.”
Revel
ingat bahwa dia melihat nomor HP om Siahaan berkali2 selama 24jam belakangan
ini,
tetapi
dia tdk menghiraukannya. Dia perlu konsentrasi pada pekerjaannya. “Memangnya
ada apa
sih yg urgent sekali dan nggak bisa nunggu sampai aku pulang ke Jakarta?”
gerutu
Revel.
“Kontrak
kmu dgn Ina akan berakhir lusa, dan Ina berniat menuruti klausa kontrak itu. Do
you get
where I’m getting at, Revel? Dia akan menceraikan kmu.”
“Whaaaaaaatt?
No! Aku sudah memberitahu kantor om Siahaan untuk membatalkan
kontrak
itu bulan Oktober lalu.”
Kini
giliran ibu Davina yg berteriak, “What?”
“Aku
nggak berniat menceraikan dia, Mam. Aku betul2 serius dgn dia. Aku cita dia,
Mam.”
Ibu
Davina terdiam selama beberapa detik ketika mendengar Revel mengatakan bahwa
dia
mencintai
Ina. Selama ini dia slalu berpikir bahwa anaknya sudah kehilangan
kemampuannya
untuk mencintai seseorang selain dirinya, tp ternyata dia masih mampu
mencintai
seorang wanita, danitu membuatnya terharu. Ternyata dia tdk merusak semua yg
ada
pada diri Revel, karena Revel jelas2 masih memiliki hatinya.
“Kmu
sebaiknya pulang untuk meluruskan ini semua karena jelas2 om Siahaan tdk tahu
menahu
tentang pembatalan kontrak ini,” ucap ibu Davina lembut.
Mendengar
nada mamanya, Revel tdk berpikir dua kali untuk menurutinya. “Aku akan ambil
penerbangan
pertama ke Jakarta besok,” ucap Revel tegas.
***
Revel
sampai di Jakarta jam satu siang dan langsung menuju Menteng. Kepalanya terasa
berat
dan matanya pedih karena kurang tidur. Semalaman dia mencoba melakukan
beberapa
hal pada saat yg bersamaan. Dia membangunkan om Siahaan dari tidurnya dan
memintanya
mencek dgn orang2 kantornya tentang permintaan pembatalan kontrak yg
dilakukannya
beberapa bulan yg lalu. Waktu itu om Siahan sedang ada urusan ke luar negeri
sehingga
Revel harus puas berbicara dgn seorang asisten pengacara bernama Yudi. Stelah
menerima
permintaan maaf yg berlebihan atas kesalahan ini dan kepastian bahwa om
Siahaan
akan meluruskan masalah ini dgn Yudi, Revel menutup telpon. Revel tahu bahwa
dia
seharusnya mengonfirmasi ulang permintaannya ketika dia tdk mendengar kabar
apa2
dari
pengacaranya, tp jujur saja, selama beberapa bulan belakangan ini pikirannya
penuh
dgn
berbagai hal penting lainnya, sperti turnya, rekaman albumnya, Ina, kemudian
Luna. Dia
kemudian
menelpon front-desk,meminta mereka agar mengonfirmasi penerbangannya
kembali
ke Jakarta besok pagi. Dia menunggu selama stengah jam sbelum front-desk
menelponnya
kembali dan mengatakan bahwa mereka sudah berhasil mengonfirmasi
penerbangannya.
Dia menyumpah ketika tahu bahwa dia baru bisa meninggalkan Singapura
tengah
hari karena semua penerbangan pagi ke Jakarta fully-booked.
Revel
menemukan Ina sedang duduk di salah satu kursi malas di tepi kolam renang.
Wajahnya
stengah tersembunyi di balik novel tebal. Keningnya sedikit berkerut yg
menandakan
bahwa dia sedang berkonsentrasi penuh, dan ini adalah pemandangan paling
indah
yg pernah dilihat Revel sepanjang hidupnya. Segala omelan yg diterimanya tadi
malam
dari mamanya dan mata pedas karena tdk bisa tidur dgn nyenyak, semuanya worth
it
karena
dia bisa melihat wanita yg dicintainya pada saat ini. Terkejut menyadari betapa
dalamnya
perasaannya terhadap Ina, Revel tersandung langkahnya sendiri.
Ina tdk
mendengar langkah Revel sebelumnya, tp dia mendengar ketika Revel menyumpah.
Dia
langsung mengangkat kepalanya untuk melihat sumber suara itu. Ketika dia
melihat
Revel, dia
langsung menutup bukunya dan berdiri, tetapi dia tdk bergerak mendekati Revel.
Dia tdk
kelihatan terkejut sama sekali ketika melihat Revel, yg brarti bahwa dia sudah
menunggu
kedatangannya. Revel tdk tahu apakah itu sesuatu yg patut disyukuri atau tdk.
Revel
berhenti tepat dihadapannya dan dia tdk tahu apakah Ina akan menamparnya atau
menciumnya
balik klo misalnya dia menciumnya, sperti yg dia rencanakan sebelumnya.
2bulan
yg lalu, dia yakin bahwa Ina akan langsung loncat ke dalam pelukannya dan
mencium
bibirnya
dgn mesra klo melihatnya, tp sekarang, Revel bahkan yakin Ina tdk mau berada di
dalam
ruangan yg sama dengannnya.
Dia
memandangi wajah wanita yg berhasil membuatnya bertekuk lutut, mencoba
mendapatkan
petunjuk akan reaksinya terhadapnya. Dan hanya dalam hitungan detik dia
tahu
bahwa ini adalah satu kesalahan, karena wajah itu menggambarkan kegalauan yg
ada
didalam
hatinya. Revel merasa sperti ada orang yg baru saja melindas dadanya. Hatinya
remuk
melihat Ina berusaha kelihatan kuat, tetapi gagal total. Dia berjanji untuk tdk
akan
pernah
membuat Ina kelihatan sperti ini lagi.
“Hey
babe, I’m home,” ucapnya. Dia harus mengencangkan otot kedua tangannya agar tdk
menarik
Ina ke dalam pelukannya.
Ina
hanya mengangguk kaku, dan sbelum dia kehilangan keberaniannya, revek berkata,
“Saya
tahu bahwa hubungan kita sedang tdk baik sekarang gara2 Luna, dan kmu pasti
bertanya2
knapa kontrak kita...”
Ina
mengangkat tangannya, menghentikan Revel. “Kmu nggak perlu menjelaskan. Saya
sudah
tahu semuanya dan it’s okay. Saya ngerti dan saya minta maaf karena saya
memerlukan
waktu sebegini lama untuk memahami semuanya.”
Revel
tdk mengerti apa yg baru saja dikatakan oleh Ina, dia belum sempat menanyakan
hal
ini
ketika Ina melangkah mendekat, menarik kepalanya ke bawah dan mencium bibirnya
dgn
dalam.
Revel masih terkejut selama beberapa detik hanya bisa terdiam dan menerima
ciuman
itu. Kemudian Ina berjinjit dan melingkarkan tangannya pada leher Revel dan
tubuh
Revel
langsung bereaksi. Dgn serta merta dia langsung mengangkat tubuh Ina sehingga
Ina
harus
melingkarkan kedua kaki pada pinggang Revel dan membalas ciuman itu dgn
antusias.
Revel
tdk pernah melihat ekspresi pada wajah Ina ketika membawanya masuk ke kamar
tidur.
Celebrity Wedding - Bab 26
No comments:
Post a Comment