The Launch Party
Untung
saja pak Danung sudah memberikan Ina les kilat tentang apa yg harus dia lakukan
pada
launch party yg sekarang dihadirinya, karena klo tdk, dia tdk akan tahu apa yg
harus
dia
lakukan. Ada sebuah meja penerima tamu dekat pintu masuk dimana staf Revel
sibuk
membagikan
CD single Revel kepada para tamu. Ina hanya sempat melirik foto Revel pada
cover
single itu sebelum pak Danung yg sudah sampai duluan menggiring mereka masuk ke
dalam.
Sebuah poster close-up wajah Revel berukuran raksasa yg digunakan sebagai
background
panggung planet Hollywood menyambut mereka. Ina menyadari bahwa foto
pada
poster ini adalah blow-up foto single-nya. Dihadapkan pada poster sebesar itu,
mau
tdk mau
tatapan Ina terpaku padanya selama beberapa menit dan menyadari betapa
simetrisnya
wajah Revel pada foto itu.
“God, I
hate that picture,” bisikan Revel menyadarkan Ina.
“Why?
You look good in that picture. Kmu kelihatan sperti Damon Salvatore. Gelap dan
sinis,”
balas Ina sambil mendongak menatap mata Revel.
“Siapa
itu Damon Salvatore?”
“You
know.. vampir paling seksi di Vampire Diaries,” jelas Ina.
“Vampire
Diaries?”
“Film
seri TV. Jangan bilang ke saya kmu nggak pernah tahu acara itu deh.”
Revel
menggeleng. “Itu serial TV paling difavoritin anak ABG sekarang,” jelas Ina.
“Ohhh..
itu menjelaskan knapa saya nggak pernah nonton acara itu.”
Ina
menatap Revel bingung dan Revel menjelaskan, “Saya bukan ABG.”
“Percaya
sama saya, nggak peduli berapa umur kmu, begitu kmu nonton 2episode, kmu
langsung
ketagihan nonton serial itu.”
“Oke,”
balas Revel jelas2 tdk percaya.
Ina tdk
menyalahkan reaksinya karena dia dulu juga cukup skeptis dgn acara itu, tp
kemudian
Gaby membelikan Season pertama Vampire Diaries sebagai hadiah ulang
tahunnya
tahun lalu dan kini Ina betul2 ketagihan.
“Jadi
menurut kmu saya seksi?”
“What?”
tanya Ina bingung.
“Kmu
bilangsaya kelihatan kayak.. whatever his name is, dan menurut kmu dia seksi.
Jadi klo
teori
deduktif saya benar, saya bisa menyimpulkan bahwa menurut kmu saya seksi,” ucap
Revel
sambil tersenyum iseng, menantang Ina untukmengiyakan.
Ina
terkekeh2 sambil menggeleng2. Revel ikut tertawa dengannya meskipun dari
ekspresinya
Ina melihat sedikit kekecewaan karena dia tdk terpancing untuk menjawab
pertanyaan
itu. Tawa mereka terhenti karena media ingin mengambil foto Revel disamping
poster
raksasa wajahnya dan dgn satu tarikan dari pak Danung, Ina menyingkir dari
samping
Revel.
Dia tdk keberatan dgn segala perhatian yg ditujukan kepada revel, dia bahkan
merasa
sangat
bangga karena tahu bahwa Revel sudah bekerja keras untuk menghasilkan single
ini.
Ina
sedang meneguk minuman yg diberikan oleh Jo padanya sbelum dia menghilang untuk
ngecek
set drumnya ketika seseorang menepuk punggungnya dgn halus. Ina langsung
memutar
tubuhnya dan berhadapan dgn beberapa anak ABG yg menatapnya dgn mata
berbinar-binar.
Mereka semua mengenakan tag yg bertuliskan Revelino Darby Fans Club. Ina
agak
waswas apakah mereka bermaksud memaki-makinya atau memberikan tatapan sadis
padanya
sperti yg dilakukan oleh kebanyakan orang klo melihatnya smenjak dia menikahi
Revel.
“Mbak
Inara, ya?” tanya seseorang dari mereka yg kelihatan lebih tua dari yg lain.
Ina
mempertimbangkan apakah dia harus menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa
mereka
sudah salah alamat, tp semua orang di dalam PH sudah melihatnya datang
digandeng
oleh Revel, jd kemungkinan untuk bisa berbohong tentang identitasnya sangat
tipis.
Akhirnya dia mengangguk pasrah dan menunggu takdirnya.
“Saya
Ami, ketua Revelino Darby Fans Club,” ucapnya seraya menyodorkan tangannya.
Meskipun
Ina masih terkejut dgn keramahan Ami, dia memindahkan gelasnya ke tangan kiri
dan
mengulurkan tangannya dan menyalami Ami. “Ini semua teman saya dari club.”
Dengan
menggunakan
tangannya, Ami mempersembahkan sekitar sepulah anak ABG dibawah
kawalannya.
Ian mengangguk dan tersenyum kepada mereka semua. Bingung apakah dia
harus
menyalami mereka juga atau tdk, tapi karena tdk satupun dari mereka mengulurkan
tangannya,
Ina pun membiarkan tangannya menggantung di samping pahanya.
“Boleh
kami minta foto bareng mbak?” pertanyaan ini membuat Ina bengong selama
beberapa
detik, yg membuat fans Revel saling pandang satu sama lain.
“Oke,”
akhirnya Ina berkata stelah sadar dari kekagetannya.
Mereka
langsung tersenyum lebar dan mulai mengatur posisi, dan selama beberapa menit
wajah
Ina dihujani oleh lampu blitz. Satu per satu dari mereka bergantian menjadi
fotografer.
“Kayaknya
malam ini istri saya lebih populer daripada saya.”
Ina
hampir meloncat ketika mendengar suara ini. Punggungnya yg membelakangi panggung
tdk
melihat kedatangan Revel yg kini sedang memberikan senyum lebarnya pada fansnya
yg
hanya
bisa menganga. Ina melihat betapa mereka siap menangis saking terkesimanya
melihat
Revel berdiri di hadapan mereka.
“Apa
kalian perlu fotografer supaya semua bisa ambil foto bareng istri saya
sekaligus?”
Dan
kekacauan terhasil dari pertanyaan ini. Semua orang langsung berbicara pada
saat
bersamaan.
Ina hanya bisa berdiri mencoba menangkap inti dari semuanya. Pada detik
selanjutnya
dia menemukan pinggangnya dilingkari oleh tangan Revel dan dia berbisik,
“Saya
mau lihat si Damon Salvatore yg kmu sebut2 tadi karena saya yakin saya pasti
lebih
seksi
dari dia.”
Ina
mendongak menatap wajah Revel, tdk percaya bahwa Revel masih stuck dgn ide itu.
Dia
baru
akan membalas komentar Revel ketika terdengar teriakan, “Smile for the camera.”
Fans
Revel sekali lagi bergantian mengambil foto dgn mereka berdua sambil tertawa
cekikikan
gara2 komentar2 lucu yg diucapkan Revel untuk membuat mereka semua merasa
nyaman
dengannya. Ina betul2 salut pada Revel dan kemampuannya untuk mendekatkan
dirinya
pada fansnya. Ina harus pasrah diputar ke kiri dan ke kanan karena tentunya
stiap
fans
menginginkan foto yg sespesial mungkin sebagai koleksi pribadi mereka. Para
wartawan
yg sadar akan keramaian yg terjadi disamping panggung segera mengitari area
kejadian
sperti burung hering dan mengambil foto Revel secara candid. Keramaian ini
terhenti
dgn kemunculan pak Danung yg meminta Revel untuk sekali lagi naik keatas
panggung
dan memperkenalkan single-nya. Revel langsung minta diri dari fansnya dan naik
keatas
panggung.
Setelah
sedikit lelucon disana-sini yg disambut oleh gemuruh tawa semua orang, Revel
akhirnya
berkata dgn serius, “Kalian semua tahu bahwa single saya yg ini seharusnya
launch
Februari
lalu, tetapi harus diundur tanggalnya karena suatu gosip yg menurut manager
saya
bisa
berdampak buruk kepada penjualan single saya.”
Ina
tertawa mendengar komentar ini. Revel sengaja membicarakan isu ini secara
blak2an,
dgn
begitu tdk memberikan kesempatan kepada media untuk menyerangnya. Puas dgn
reaksi
yg didapatkan dari para wartawan yg sekarang sedang menatapnya dgn sedikit
malu2
karena
secara tdk langsung menerima peringatan untuk tdk menanyakan hal2 yg
menyangkut
Luna malam ini, Revel melanjutkan pidatonya.
“Meskipun
orang melihat pengunduran ini sebagai bencana, tp untuk saya itu justru jadi
suatu
anugerah. 6bulan belakangan ini saya sudah melakukan banyak hal yg nggak pernah
terpikir
saya bisa lakukan sebelumnya. Saya meyakinkan manajer saya supaya
memperbolehkan
saya membuat perubahan drastis pada single saya dgn mengganti lagu2
yg ada
di dalamnya. Bukan hal yg mudah dilakukan klo kalian mengenal manajer saya.”
Revel
menunjuk kepada pak Danung yg sedang melipat tangannya di depan dadanya sambil
tersenyum
simpul.
“Um..
selain itu, saya juga sudah membantu 2penyanyi baru masuk ke belantika musik
Indonesia
di bawah naungan label saya.” Ina melihat anggukan dan mendengar kata2
persetujuan
dan pujian dari khalayak ramai. “Tapi yg lebih penting adalah bahwa saya
melamar
wanita paling perfect yg pernah saya temui dan dia setuju menikahi saya. A very
brave
woman, klo mengingat sejarah tingkah laku saya sbelum saya menikah.” Sekali
lagi
suara
gemuruh tawa mengikuti kata2 Revel. Beberapa pasang mata mengarah kepada Ina
dan Ina
mencoba sebisa mungkin terlihat terhibur dgn kata2 Revel.
Semua
berjalan sesuai dgn rencana pak Danung. Apa yg dikatakan Revel adalah sebagian
dari
pidato yg ditulis oleh pak Danung dan staf PR-nya. Ina sudah dilatih oleh pak
Danung
untuk
bereaksi secara tertentu ketika mendengar pidato ini dan tubuhnya langsung
tegang,
menunggu
apa yg seharusnya dikatakan Revel selanjutnya. Pertama kali Ina mendengarnya,
dia tdk
merasakan apa2, tetapi stelah mendengar Revel mengucapkannya berkali-kali agar
terdengar
lebih natural, mau tdk mau hatinya meleleh juga.
Kemudian
Ina mendengarnya. Kata2 yg selama beberapa hari ini diucapkan berkali2 oleh
Revel
dgn intonasi berbeda-beda. Dia baru berhenti mengucapkannya stelah dia puas dgn
pengucapan
dan nada yg menurutnya tepat untuk acara ini.
“Ina..
I love you, babe.” Revel mengatakan ini sambil menatap Ina dalam dgn senyuman
yg
sedikit
tersipu-sipu, seakan2 malu mengakuinya, tp dia tdk bisa menyembunyikan lagi apa
yg dia
rasakan, bahkan tdk peduli ada sekitar 300orang asing di dalam ruangan itu
bersama
mereka.
Dan Ina bisa merasakan aliran listrik yg menghubungkan mereka.
Wow!
Revel betul2 harus mencoba masuk ke dunia akting, karena Ina yakin bahwa semua
orang
di dalam ruangan itu tdk bisa lagi mengatakan bahwa Revel menikahi Ina hanya
karena
dia ingin melarikan diri dari gosipnya dgn Luna, karena Revel kelihatan betul2
mencintai
wanita yg dinikahinya. Ina membalas senyum Revel dgn senyum yg penuh
pengertian,
sperti yg diajarkan pak Danung. Revel masih mengucapkan beberapa kalimat
lagi,
tetapi Ina tdk mendengarnya. Dia merasa kepalanya tiba2 jadi enteng, sperti
rasa yg dia
dapatkan
ketika dia minum Panadol terlalu banyak. Dia menyalahkan keadaan PH yg terlalu
penuh
sesak sebagai penyebabnya.
Memastikan
bahwa perhatian semua orang sudah kembali tertuju kepada Revel diatas
panggung,
Ina menyelinap ke dalam toilet. Dia baru saja akan membasahi matanya dgn air
dingin
ketika dia ingat bahwa dia mengenakan maskara malam ini. Akhirnya dia harus
puas
dgn
hanya mencuci tangannya. Ketika dia keluar, Revel dan kru band-nya sudah duduk
di
belakang
instrumen masing2 dan Revel membuaka acara dgn menyanyikan 4lagu dari
album2nya
terdahulu, diikuti oleh 2lagu yg etrdapat di dalam single terbarunya. Acara itu
ditutup
dgn lagu Bebas yg menghasilkan gemuruh tepuk tangan dari orang2 yg berdiri dari
duduk
mereka. Ina mengembuskan napas lega ketika melihat Revel menuruni panggung dan
berjalan
kearahnya sambil tersenyum. Tugasnya sudah selesai.
***
Jam
sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika Ina dan Revel kembali ke rumah.
“I
think that went well,” komentar Ina.
“You
think so?” Revel terdengar ragu.
Ina
mengangguk. “Pidato kmu benar2 meyakinkan dan to the point. Kmu harusnya lihat
wajah
para wartawan ketika mereka mendengarnya. Dan performance kmu dan band kmu
betul2
superb. Klo dilihat dari jumlah orang yg menghadiri pelucuran single kmu, saya
rasa
karier
kmu sudah masuk ke daerah aman.”
“Thanks
to you,” balas Revel rendah hati.
Ina
menyangka Revel sedang bersikap sinis, sperti biasanya, tp ketika dia menatap
wajahnya,
dia melihat bahwa Revel betul2 tulus ketika mengucapkan kata2nya. Untuk
menyembunyikan
ketidaknyamanannya, Ina mengangkat bahunya biar terkesan cuek sambil
berkata,
“Jangan terima kasih sama saya, ini semua hasil kerja kmu.”
“Tapi
semua ini nggak akan berhasil tanpa bantuan kmu,” Revel bersikeras.
“Kita
baru stengah jalan untuk memperbaiki karier kmu. Kmu bisa berterimakasih sama
saya
stelah
tur delapan belas kota kmu selesai, oke?” Ina menutup topik itu.
Revel
mengangguk dan berdiam diri, meskipun Ina bisa melihat bahwa dia ingin
meneruskan
argumentasinya
klo dilayani. Ina sedang memikirkan rencananya untuk mandi dgn air
hangat
dan duduk diatas tempat tidur dan menyelesaikan novel yg sedang dibacanya ketika
dia
mendengar pertanyaan Revel.
“Laki2
yg kmu sebut2 tadi, yg vampir itu.. seseksi apa sih orangnya?”
Ina
terkikik mendengar pertanyaan Revel. Dia tdk menyangka Revel masih stuck dgn
komentar
yg diberikannya beberapa jam yg lalu itu.
“Ummm..
kmu sebagai laki2 mungkin nggak akan ngerti knapa dia seksi karena pada
dasarnya
karakternya adalah seorang vampir antagonis dan suka ngebunuh orang hanya
sebagai
hiburan, tapi bagi kita para perempuan, dia itu dark, handsome, dan bikin
penasaran,”
jelas Ina.
Revel
memberikan tatapan tdk percaya dan Ina melanjutkan, “Oke, kmu mungkin akan
lebih
bisa
melihat knapa kita semua tergila2 sama karakter ini klo kmu nonton. Saya ada
set DVD
komplet
Season pertama klo kmu tertarik.”
Ina
tertawa melihat reaksi Revel yg terlihat sperti dia lebih memilih gantung diri
daripada
menerima
tawarannya. “Would it sell better klo saya bilang bahwa cerita Vampire Diaries
cukup
bagus?” pancing Ina.
Revel
menggelengkan kepalanya, masih tdk yakin. “Gimana klo saya bilang bahwa kmu
nggak akan
rugi nonton serial ini karena penuh dgn karakter cewek2 yg tipe kmu banget?”
Ina tdk
tahu knapa dia mengatakan ini dan dia sangat menyesalinya ketika mendengar
kata2
yg
keluar dari mulut Revel selanjutnya.
“Maksud
kmu?”
Dia
betul2 harus belajar menutup mulutnya. Dia bahkan tdk tahu knapa dia menyentuh
isu
ini
sebelumnya. Ina berusaha terdengar santai ketika membalas, “You know.. 18tahun
kwbawah,
seksi dan slalu berpakaian minim dan ketat?” Dia bahkan menambahkan cengiran
agar
Revel bisa melihat bahwa dia hanya bercanda.
Sayangnya
Revel sama sekali tdk menghargainya karena sekarang dia sedang mengerutkan
dahinya.
“Saya suka berbagai macam tipe perempuan. Dan lagi dari yg kmu sangka,
perempuan2
itu nggak harus memiliki karakteristik yg kmu sebutkan tadi,” balas Revel
tersinggung.
“Oke,”
sambung Ina mencoba mengakhiri topik yg kelihatannya akan berakhir dgn
pertengkaran
dan dia terlalu capek malam ini untuk melakukan itu.
“Apa
maksud kmu ngomong kayak begitu?” Revel menghentikan langkahnya dan
menghadap
Ina.
Ina
hampir saja menabrak dada Revel klo saja refleknya kurang cepat untuk
menghentikan
langkahnya.
“Nothing,” jawab Ina sambil menggeleng dan memutari tubuh Revel,
melangkah
menuju tangga.
Ina
berharap bahwa Revel akan berhenti membahasnya, tp tentu saja dia tdk
seberuntung
itu.
Sambil mengikuti langkah Ina, Revel berkata, “Itu bukan nothing. Kmu pikir saya
tipe
laki2
yg hanya menilai perempuan dari penampilan fisik mereka?”
Oke,
klo saja Revel mengatakan hal lain, Ina mungkin akan tinggal diam, tp tdk kalli
ini. Ina
membalas
sambil terus menaiki anak tangga tanpa menolehkan kepalanya. “Rev, saya dan
seluruh
Indonesia tahu siapa mantan pacar2 kmu dan jujur saja semuanya berasal dari
pabrik
yg sama, hampir sperti barbie versi Indonesia. Tinggi, putih, di bawah 25tahun,
rambut
panjang dan memiliki ukuran dada yg diatas rata2.”
Revel
terdiam. Kata2 Ina spertinya lebih mengena pada dirinya daripada yg dia
tunjukkan
dan Ina
baru saja akan mengucapkan permohonan maafnya ketika dipotong oleh Revel.
“Nggak
semuanya hanya karena faktor fisik sperti itu. Beberapa dari mereka bahkan
cukup
pintar.”
Revel berusaha membuktikan bahwa Ina salah.
Ina
mendengus. Revel harus dibangunkan dari ilusinya itu. “Oh ya? Yg mana tuh yg
pintar,
saya
mau tahu?”
Revel
berpikir sejenak. “Anissa, toh dia mantan Miss Indonesia,” ucap Revel dgn penuh
kemenangan.
“Ahh..
perwakilan Indonesia ke Miss World yg mengatakan bahwa dia mau jadi Swedia
karena
tdk mau memihak urusan hak aborsi? Ezra saja yg baru 10tahun tahu klo negara yg
nggak
memihak itu Switzerland bukan Swedia.”
Ina
melirikkan matanya pada Revel yg sedang menatapnya sambil mempertimbangkan
apakah
dia ingin mencekiknya. “Kmu mengatakan itu karena kmu jealous saja,” ucap
Revel.
“WHATTT?”
teriak Ina sambil menghentikan langkahnya.
“You heard
me. Kmu cemburu dgn mantan2 saya, itu sebabnya kmu berkelakuan sperti ini.”
Revel
tdk menghentikan langkahnya ketika mengatakannya.
“Itu
tuduhan paling tdk masuk akal yg pernah saya dengar,” teriak Ina sambil mencoba
menahan
tawa.
Ina
mengenal banyak orang yg slalu merasa dirinya kurang. Kurang cantik, kurang
pintar,
kurang
ini dan itu... tp dia bukanlah orang itu. Dia betul2 senang dan mensyukuri apa
yg dia
miliki.
Mereka
sudah sampai di lantai dua dan Revel, tanpa menunggu Ina, terus berjalan menuju
tangga
ke lantai tiga. Ina yg sudah pulih dari kekagetannya mencoba mengejar Revel
sambil
berkata,
“Percaya sama saya, saya nggak jealous sama mereka.”
“You
should,” balas Revel.
“Nooo..
I shouldn’t. Manusia diciptakan berbeda2 oleh Tuhan. Ada yg cantik, ada yg
pintar,
ada yg
baik, ada yg kaya, dan semuanya harus dibagi dgn rata, supaya adil. Bagi saya,
saya
sudah
dilahirkan pintar dan itu cukup untuk saya.”
“Jangan
bilang ke saya klo kmu nggak pernah minta ke Tuhan supaya diberikan penampilan
fisik
yg lebih bisanmenarik perhatian laki2, sperti ukuran dada yg lebih besar
mungkin?”
Revel
sengaja membuat Ina tersinggung tp Ina tdk mau terpancing. “No, I don’t think
so, tp
saya
dulu pernah minta kepada Tuhan supaya saya bisa sedikit lebih tinggi.?
“Spertinya
Tuhan sedang sibuk hari itu karena jelas2 permintaan kmu nggak pernah
dipenuhi.”
Revel terdengar sinis.
“Actually
no. Tuhan mendengar permintaan saya yg satu lagi, yg lebih penting daripada
ketinggian
saya.”
“Which
is?”
“Saya
minta supaya bisa lulus ujian SMP dgn nilai yg cukup bagus sehingga bisa masuk
SMA
nomor
satu.”
Revel
kini sedang menatap Ina sperti dia adalah allien sebelum berkata, “Kmu nih
orang
paling
aneh yg pernah saya temui.”
Jelas2
Ina tersinggung mendengar komentar ini, dan dia sudah siap membalas ketika
melihat
Revel menarik ujung lengan kemeja hitam yg dikenakannya dan melirik jam
tangannya.
“Oke, saya akan nonton satu episode,” ucap Revel.
“Hah?”
Ina bingung akan pergantian topik ini.
“Tadi
kmu minta saya nonton Vampire Diaries supaya ngerti knapa kmu bilang whoever
that
guy is
seksi, kan?”
“Ooohhh,”
adalah satu2nya kata yg bisa Ina ucapkan. “Sebentar saya ambilkan,” ucapnya
ketika
sadar bahwa Revel sedang menatapnya, menunggunya mengatakan sesuatu.
Ina
buru2 menaiki sisa anak tangga, dan mendengar suara berat sol sepatu Revel
dibelakangnya.
Ina langsung menyalakan lampu dan menuju rak bukunya ketika memasuki
kamar.
Ina menemukan DVD yg dicarinya dgn mudah dan bergerak menyerahkan kepada
Revel
yg tdk mengikutinya masuk ke dalam kamar, tp memilih tetap berdiri diambang
pintu.
“Here
you go. Have fun,” ucap Ina sambil tersenyum.
Revel
kelihatan ragu melihat boks yg sekarang berada di dalam genggamannya. “Yg mana
laki2
itu?” tanyanya sambil menatap cover books DVD.
“Yg
ini.” Dengan jari telunjuknya Ina menunjuk kepada gambar Ian Somerhalder.
“Kok
bisa sih kmu suka laki2 yg kelihatan pissed off begini?” Revel betul2 kelihatan
bingung.
“Ya
karena karakternya memang pissed off selama 150tahun belakangan ini. Dia cinta
sama
seorang
perempuan, namanya Katherine, yg ternyata adalah seorang vampir yg tanpa
sepengetahuannya
juga ada main sama Stefan, adiknya.”
“terus?”
Selama
10menit Ina mencoba merangkum cerita Vampire Diaries untuk Revel.
“Dari
cerita kmu ini saya sama sekali nggak mendapatkan bagian dimana ada cewek2
cantik
berpakaian
minim dan ketat di dalamnya?”
Ina
menahan diri agar tdk memutar bola matanya. Bagaimana muingkin Revel masih
menyangkal
bahwa dia adalah tipe laki2 yg sangat terpengaruhi oleh fisik perempuan. “It’s
in
there, I promise.”
“Episode
keberapa?”
Ina
mendengus. “Hampir di stiap episode.” Revbel merengut dan Ina hampir tyersedak
menahan
tawa. “Klo gitu kmu harus nooton bareng saya,” ucap revel.
“Lho,
kok begitu?”
“Ya
soalnya saya mau pastiin saya bisa cekik kmu klo ternyata episode pertama nggak
ada
cewek
yg naked.”
“Saya
nggak bilang naked, saya bilang berpakaian minim dan ketat.”
“Fine,
whatever. Gimana? Ketemu di ruang TV sekitar stengah jam lagi?”
Ina
menghembuskan napas pasrah. “Sejam lagi. Saya harus cuci rambut malam ini,”
balas
Ina.
Dan dengan begitu dia menutup pintu kamarnya tepat dihadapan Revel.
Celebrity Wedding - Bab 19
No comments:
Post a Comment