The Cats Are Out Of The Bag
HP
Revel berbunyi dan dia tdk perlu melirik caller ID untuk tahu bahwa itu adalah
Ina. Dia
ingin
menjelaskan apa yg sedang terjadi dgn dirinya kepada Ina, tp dia tdk tahu
bagaimana
mengatakannya
tanpa membuat Ina mengamuk. Dia sudah tahu sifat wanita, pada
umumnya
mereka tdk mungkin mengizinkan suami2 untuk menolong mantan pacar yg
sudah
merusak nama baik suami mereka dgn tangan terbuka, walau mantan pacar itu
sedang
mengalami kesulitan sekalipun.
Lagipula
apa yg sedang dia lakukan untuk Luna sifatnya hanya sementara. Hanya dirinya,
om
Danung,
dan Jo yg tahu tentang itu dan dia tahu bahwa staf rumah sakit akan menjaga
privasi
mereka klo tdk mau dituntut oleh om Siahaan. Maka dari itu dia yakin image-nya,
juga
image perkawinannya dgn Ina, akan tetap terjaga dgn baik. Itu alasannya dia
memilih
untuk
diam saat ini. Dia akan memikirkan suatu alasan yg meyakinkan yg dia bisa
berikan
kepada
Ina atas status AWOL-nya. Dia masih tdk tahu alasan apa yg akan dia kemukakan,
tp
yg
jelas itu tdk akan menyangkut nama Luna sama sekali.
Pada
hari pertama sampai di Jakarta, Luna langsung menelponnya dan meminta
bantuannya
sambil
menangis tdk keruan. Sperti Revel, Luna adalah anak tunggal yg juga berasal
dari
keluarga
broken home, bedanya adalah setidak2nya Revel slalu bisa mengandalkan
mamanya
untuk menolongnya. Luna tdk bisa mengandalkan siapa2. Papa Luna sudah
menikah
lagi dan punya keluarga baru di Jerman dan menurut Luna, mama tirinya tdk
pernah
suka atau peduli dgnnya. Parahnya lagi, papa Luna tdk berusaha menentang
pendapat
mama tirinya yg mengatakan bahwa mereka bersedia menerima Luna untuk
tinggal
selama beberapa bulan, tp tdk secara permanen. Mereka berpikir bahwa status Luna
sebagai
ibu tunggal akan berpengaruh buruk kepada adik2nya yg jauh lebih muda daripada
Luna.
Hubungan
Luna dgn mama kandungnya juga tdk baik smenjak Luna memilih membesarkan
Raf
daripada menggugurkannya, dgn begitu Luna dinilai sudah mempermalukan keluarganya
di
depan seluruh Indonesia. Klo soal teman, Luna memang slalu dikelilingi dan
dicintai
fansnya,
tp dia tdk pernah punya teman baik yg bisa dia andalkan. Luna adalah tipe orang
yg
slalu
sibuk dgn dirinya sendiri sehingga kurang peduli pada orang lain, dan sekarang
ketika
dia
memerlukan bantuan orang lain, tdk ada satupun yg bisa membantunya, selain
Revel.
Revel
teringat akan percakapannya dgn Luna hari itu. Awalnya Luna memang meminta
bantuan
Revel secara baik2, tp ketika dia merasa bahwa Revel akan menolak, dia mulai
merengek,
dan ketika ini tdk juga membuahkan hasil, dia mulai menyalahkan Revel atas
keadaannya
sekarang.
Klo
saja Revel menerima tuduhan ini sbelum dia mendengar cerita mama tentang
pernikahannya
dgn papa, Revel mungkin akan langsung menutup telpon tanpa merasa
bersalah
sama sekali. Tapi kini.. dia tdk bisa melakukan itu. Secara tdk langsung dia
memang
bersalah.
Karena sikapnya yg dingin dan tdk pernah menghargai Luna sewaktu mereka
pacaran,
Luna mencoba mencari perhatian dari laki2 lain dan akhirnya mencari kehangatan
diatas
tempat tidur Dhani, yg mengakibatkannya hamil, sementara Dhani tdk mau
bertanggungjawab.
Seakan2 itu belum cukup membuat Revel merasa bersalah, Luna
mengeluarkan
bazokanya dgn mengatakan bahwa bayinya, Rafael, lahir dgn antibodi yg
dibawah
rata2. Suatu efek samping yg Revel yakin berasal dari semua narkoba dan miras
yg
dikonsumsi
oleh Dhani stiap harinya. Dgn penyakitnya, Raf jd gampang jatuh sakit. Raf
memerlukan
pengobatan dan Luna tdk punya cukup uang dan energi untuk melakukannya
sendiri.
Pernyataan terakhir inilah yg membuat Revel tdk mampu menolaknya.
Revel
sudah mencoba berbicara baik2 dgn Dhani, memintanya agar bertanggungjawab, tp
sayangnya
pesan Dhani cukup jelas ketika Revel menemuinya atas permintaan Luna. Dhani
betul2
tdk mau bertanggungjawab atas bayinya. Dia mengatakan bahwa dia bukanlah
satu2nya
laki2 yg tidur dgn Luna selama dia pacaran dgn Revel. Pernyataan ini langsung
dibalas
dgn beberapa tonjokan yg cukup keras dari Revel. Klo bukan karena Jo yg menarik
Revel
agar menjauhi Dhani yg pada saat itu sudah terkapar di lantai kelab dgn darah
mulai
mengalir
dari hidungnya, Revel mungkin sudah meringkuk di penjara karena membunuh
orang.
"Gue
tahu klo lo masih marah sama gue karena lo ngerasa gue sudah ngerebut Luna dari
elo, tp
sperti yg gue sudah bilang sebelumnya, hubungan kalian sedang hiatus waktu gue
dan
Luna mulai dating, jd pada dasarnya dia fair game. Tp klo inilah alasan knapa
lo nggak
mau
mengakui anak lo sendiri, sebagai balas dendam lo terhadap gue dgn
mengimplikasikan
gue
untuk disalahkan sebagai laki2 yg sudah menghamili Luna, juga Luna karena dia
sudah
memilih
gue daripada elo, gue cuma mau lo ingat bahwa akhirnya Luna kembali ke elo. Gue
minta
maaf karena sudah jd orang ketiga di dalam hubungan kalian, tp gue minta ke elo
Dhan,
tolong lo urus Luna dan anak lo. Mereka memerlukan elo."
Setelah
puas dgn pidatonya dan yakin bahwa Dhani sudah mendengarnya, Revel
meninggalkan
kelab dimana Dhani sedang berkumpul dgn teman2 band-nya. Dalam
perjalanan
keluar dari kelab, Revel melihat securit kelab sedang menuju kearahnya,
mungkin
mereka bermaksud membawanya ke kantor polisi dgn tuduhan sudah memukuli
orang
sampai babak belur, tp mereka membiarkannya berlalu begitu melihat tatapan
matanya.
Revel yakin bahwa tatapannya sudah sperti anak setan, tp dia terlalu marah dan
tdk
peduli.
"Dude,
what the hell was that?" teriak Jo ketika mereka berada dipelataran parkir
kelab.
Tanpa
menghiraukan Jo, Revel langsung masuk ke dalam mobilnya, dan stelah Jo masuk ke
kursi penumpang
disampingnya, dia langsung tancap gas.
"Rev,
lo bilang lo cuma bakal ngomong saja sama Dhani, bukannya mukulin dia sampai
babak
belur begitu."
Revel
tdk membalas omelan Jo, dia hanya ngebut menuju Kebayoran, tempat Jo tinggal.
Dia
melihat
Jo mengeluarkan HP dari kantong jinsnya.
"Lo
telpon siapa?" tanya Revel.
"Om
Danung. Gara2 elo, dia harus bangun malam2 begini untuk membereskan masalah
lo,"
balas
Jo. "Selamat malam, om," lanjut Jo pada HP-nya.
"What
do you think you're doing?" teriak Revel sambil berusaha merebut HP Jo.
Jo
hanya mengangkat tangan kanannya dan menghalangi tangan Revel dari merebut HP
sbelum
kemudian memindahkan HP itu ke telinga kirinya dan langsung membeberkan apa
yg baru
saja terjadi kepada om Danung yg tentu saja langsung minta bicara dgn Revel.
Satu2nya
hal yg membebaskan Revel dari omelan manajernya adalah karena dia sedang
nyetir.
Stelah menutup telpon dan menatap wajah Revel yg gelap dan penuh kemarahan, Jo
berkata,
"You're welcome."
"For
what?" bentak Revel ganas.
"For
saving your ass," balas Jo tdk kalah ganasnya. Kemudian dgn nada lebih
pelan, "Gue
nggak
ngerti sama elo, Rev. Knapa lo sekali lagi jeopardizing karier dan image lo di
mata
publik
yg selama beberapa bulan belakangan ini sudah kembali flawless, cuma gara2 Luna.
Apa sih
yg dia punya yg bikin elo jd kayak begini?"
Melihat
Revel masih terdiam, Jo mengembuskan napasnya sbelum melanjutkan, "You
better
pray
bahwa Dhani nggak akan membawa lo ke pengadilan, bahwa om Danung dan om
Siahaan
bisa membujuk Dhani supaya nggak menuntut. Lo beruntung bahwa lo ngegebukin
Dhani
di private room jd nggak ada saksi kecuali teman2 band Dhani, tp jgn harap
bahwa
lain
kali lo bisa seberuntung ini. Lo harus lebih bisa kontrol emosi, man."
Revel
masih berdiam diri, tp kali ini bukan karena kemarahan, tp karena rasa
bersalah. Jo
benar,
dia tdk seharusnya menyerang Dhani sperti itu. Sejujurnya, awalnya dia memang
hanya
ingin berbicara baik2 dgn Dhani, tp kemudian dia melihat bahwa anak ingusan itu
sedang
mencium wanita yg Revel yakin adalah seorang PSK dan begitu saja dia kehilangan
kesabarannya.
"Omong2,
apa Ina nggak cemburu dgn segala perhatian yg lo berikan kepada Luna?"
tanya
Jo.
Revel
tetap tutup mulut, tp melihat pergerakan pada rahang Revel, Jo langsung
berteriak,
"Oh
shit!!! Jangan bilang ke gue klo lo belum jelasin keadaan ini ke Ina?"
"Just
shut up okay?"
Jo
terdiam sejenak sbelum berkata, "Rev, gue tahu klo lo lebih tua dari gue
dan gue belum
pernah
menikah, jd mungkin nasihat gue nggak ada artinya, but I'm gonna say it anyway.
Klo
niat lo
menolong Luna memang baik, knapa lo harus merahasiakannya dari istri lo? Ina
berhak
tahu."
Alih2
membalas, Revel semakin tancap gas. Jo tdk mengatakan apa2 lagi sepanjang
perjalanan
menuju rumahnya.
Tentu
saja Luna langsung menangis tersedu2 ketika Revel memberitahunya tentang
rangkuman
dari pertemuannya dgn Dhani. Melihat kesedihan Luna, Revel mengucapkan
janji
kepadanya bahwa dia akan berusaha membantunya sebisa mungkin. Bagaimana
semuanya
bisa berakhir serumit ini, dia tdk tahu. Dia betul2 harus menyelesaikan masalah
ini
secepatnya agar dia tdk perlu menghindari Ina lagi. Belum 2hari dia tdk
berbicara dgn Ina
dan dia
sudah mau gila rasanya. Dia tdk tahu apa yg akan dia lakukan klo Ina
meninggalkannya,
sesuatu yg Revel yakin akan dilakukan Ina klo dia sampai tahu apa yg
sedang
dilakukan Revel sekarang.
Selama
2hari Revel main kucing2an dgn istrinya, dan itu membuat kemarahan Ina semakin
menjadi.
Akhirnya pada hari ketiga dan Revel masih menghilang tanpa kabar, Ina menelan
harga
dirinya dan menelpon ibu Davina untuk menanyakan apakah Revel menginap di
rumahnya.
Stelah mendengar ibu mertuanya berkata tdk dan sbelum beliau bisa bertanya2
lebih
lanjut, Ina sudah menutup telpon itu. Dia kemudian menelpon beberapa orang
lainnya.
Orang2 tersebut termasuk pak Danung, Jo, dan semua anggota bandnya Revel, Sita,
hingga
pak Siahaan, tp tdk satupun orang yg tahu keberadaan Revel, atau mungkin tdk
mau
memberitahu
dimana Revel berada. Dia mencoba menenangkan diri dan berangkat kerja, tp
semua
usahanya buyar ketika dia menghentikan mobilnya di lampu merah dalam perjalanan
menuju
kantor. Seorang pedagang koran melewati mobilnya sambil memamerkan sebuah
tabloid
dgn headline REVEL DAN LUNA KEMBALI BERSAMA. Ina tdk pernah membaca
tabloid,
apalagi membelinya di lampu merah, tp kali ini dia langsung menurunkan jendela
mobilnya
dan membeli tabloid itu. Sbelum pedagang koran sadar siapa dirinya, dia sudah
menutup
jendela mobil.
Dibawah
headline, Ina melihat 3foto yg kelihatannya diambil dgn sembunyi2 karena
gambarnya
agak kabur. Meskipun begitu, foto2 itu cukup jelas menunjukkan identitas Revel,
Luna
dan anaknya. Ina membaca beberapa kalimat yg tertera dibawah foto tersebut, yg
menerangkan
bahwa foto2 itu diambil diarea sebuah rumah sakit. Foto pertama
menunjukkan
mereka baru keluar dari bangunan rumah sakit; foto kedua, mereka sedang
berjalan
menuju parkiran; dan foto ketiga, Revel menggendong anak Luna dan membantu
Luna
masuk ke dalam Range Rover-nya. Ina langsung tdk bisa bernapas. Selama beberapa
menit
dia hanya bisa menatap tabloid itu. Hal pertama yg muncul di kepalanya adalah,
"Oh,
my
God" dan yg kedua adalah, "Why?" Dia masih berusaha menjawab
pertanyaan ini ketika
bunyi
klakson yg cukup keras menyadarkannya. Ternyata lampu lalu lintas sudah hijau.
Ina
menyumpah
sambil melemparkan tabloid itu ke kursi penumpang dan tancap gas.
Ina tdk
tahu bagaimana dia bisa sampai di kantor, tp tahu2 dia sudah berada dipelataran
parkir
bangunan kantor. Sambil mengistirahatkan kepalanya pada setir, Ina mencoba
berpikir
apa yg harus dia lakukan. Mencurigai bahwa suami kita ada main dgn perempuan
lain
adalah satu hal, dan adalah hal yg sangat berbeda untuk mendapat konfirmasi
bahwa
suami
kita MEMANG ada main dgn perempuan lain. Oh! Betapa memalukannya ini semua.
Apa yg
akan dipikirkan semua orang tentangnya? Bahwa dia adalah satu lagi wanita yg
berusaha
mengikat Revel, tp gagal? Parahnya lagi adalah dia sudah menikahi Revel, itu
brarti
kegagalannya
dua kali lipat, dia sudah gagal sebagai seorang istri. Apa yg Marko, pak
Sutomo,
dan semua orang kantor akan pikirkan tentangnya? Ina menahan diri agar tdk
menggeram
ketika memikirkan apa yg akan disimpulkan keluarganya tentang keadaan ini.
Mereka
akan menggunakan kesempatan ini untuk menguncinya di ruang bawah tanah
selama
sisa hidupnya karena sekalinya dia diperbolehkan membuat keputusan sendiri
tanpa
berkonsultasi
dgn mereka terlebih dahulu, semuanya berakhir sperti ini.
Deringan
HP membuyarkan pikirannya. Nama kak Mabel terpampang pada layar. Ina
menarik
napas dan berharap bahwa kakaknya yg tdk pernah membaca tabloid itu belum
melihat
foto Revel dan Luna, tp harapannya punah ketika Ina mengangkat telpon dan kak
Mabel
langsung berteriak sekencang2nya, "What the hell is that bastard trying to
do to
you?"
Ina tdk perlu jd astronot supaya mengerti siapakah "bastard" yg
dimaksud kak Mabel.
Dan Ina
tdk tahu bagaimana dia melakukannya, tp tanpa dia sadari, kata2 mulai meluncur
keluar
dari mulutnya. Inti dari kata2 tersebut adalah bahwa dia tahu persis hubungan
Revel
dan
Luna, dan bahwa tabloid itu hanya menggembar-gemborkan hubungan yg tdk lebih
dari
skedar
teman antara Revel dan Luna. Kak Mabel jelas2 tdk percaya dgn kata2 adiknya
ini,
karena
5menit kemudian Ina menerima telpon dari mama dan papa, yg dgn suara setenang
mungkin
menanyakan apakah Ina tahu menahu tentang hubungan Revel dan Luna.
Telpon
selanjutnya datang dari kak Sofia yg diberitahu oleh kak Mabel tentang foto di
tabloid
itu. Kakak keduanya ini ingin memastikan bahwa Ina baik2 saja, karena klo tdk
dia
akan
langsung terbang ke Jakarta saat itu juga. Sesi introgasi keluarganya diakhiri
oleh
telpon
dari kak Kania yg bertanya, "What the hell is going on?" Dan sekali
lagi Ina
memberikan
penjelasan yg sama. Ketika Ina menutup telpon dari Kak Kania, dia rasanya
sudah
mau menangis. Rasa kesal pada Revel yg dia sudah coba pendam selama beberapa
hari
ini, meledak. Dia perlu berbicara dgn seseorang, dan satu2nya orang yg
terlintas
dikepalanya
adalah Tita.
"Where
are you?" tanya Tita stelah mendengar suara Ina yg terdengar sperti orang
yg sudah
siap
menangis.
"Di
kantor," jawab Ina lemah.
"Stay
here. I'm coming to get you." Dan Tita langsung menutup telpon.
***
Sejam
kemudian Ina menemukan dirinya berada di kamar tidur tamu di rumah Tita. Samar2
dia
mendengar suara Tita yg memberitahu Helen bahwa Ina ada emergency dan tdk bisa
datang
ke kantor hari ini. Ina memikirkan beberapa email dari klien yg blm dijawab, tp
dia
tdk
tahu dimana tas kantornya berada, sehingga dia tdk ada akses ke Blackberry-nya.
Dia
melihat
Lukas menatapnya dari ambang pintu yg stengah terbuka dgn wajah ingin tahu.
Bahkan
anak sekecil dia bisa tahu klo ada yg salah. Ina ingin mengatakan kepadanya
bahwa
semuanya
baik2 saja, tp dia tdk ada energi untuk melakukannya.
Kemudian
Tita muncul dan menggiring Lukas pergi, dgn mengatakan, "Jangan ganggu,
tante
Ina
lagi sakit". Itulah kata2 yg digunakan Tita. Apakah aku kelihatan sperti
orang sakit? Pikir
Ina.
Oh, who cares?! teriak Ina dalam hati. Yg dia inginkan adalah tidur dan
berharap ini
semua
hanyalah mimpi buruk.
***
Sekali
lagi Revel mencoba menghubungi HP Ina, tp panggilannya dibiarkan tdk terjawab.
Dia
sudah
mencoba menghubungi Ina smenjak dia menerima telpon dari om Danung tentang
foto di
tabloid itu. Dia mencoba menelpon kantor Ina, tp mereka bilang Ina on emergency
leave
dan Revel tdk perlu jadi seorang jenius untuk mengerti jenis
"emergency" apa yg
mereka
bicarakan. Sekarang sudah jam satu siang, brarti tabloid dgn fotonya dan Luna
sudah
menyebar dipasaran sperti kebakaran hutan. Shit, darimana wartawan tabloid itu
bisa
mendapatkan
fotonya dan Luna?
Revel
tahu bahwa meskipun tatapan Jo menempel pada layar TV, tp dia mendengarkan
pembicaraan
telponnya. Dia harus menginap di apartemen Jo tadi malam, karena dia tdk
berani
pulang kerumah, dan meskipun temannya itu mau memberikannya tempat tinggal,
tetapi
smenjak kemarin sikapna dingin padanya.
"Jo,
whatever it is yg lo sedang pikirkan tentang gue, just spit it out."
"Lo
nggak mau tahu apa gue sedang pikirkan," balas Jo tanpa mengalihkan
perhatiannya
dari
layar TV.
"Gue
tahu lo marah sama gue..."
"Dude..
kata 'marah' bahkan tdk cukup menggambarkan apa yg gue rasakan terhadap elo
sekarang.
I feel like breaking your neck right now."
"Karena
gue sudah merahasiakan hubungan gue dgn Luna?"
"Karena
lo bikin gue harus pura2 nggak tahu tentang hubungan lo dgn Luna di depan istri
lo,
yg by
the way is the nicest woman I have ever met, in case you didn't know."
"I
know that."
"Then
why are you doing this to her, man?"
Revel
menyentuh pelipisnya dgn jari2nya. Kepalanya rasanya sudah mau pecah.
"Karena gue
brengsek,"
ucap Revel.
Untuk
pertama kalinya dia mengakui bahwa apa yg dia lakukan untuk Luna, meskipun dgn
niat
baik, adalah suatu kesalahan karena dia telah merahasiakan hal tersebut dari
Ina.
Sebagai
seorang istri, Ina berhak tahu hal2 apa saja yg dilakukan oleh suaminya, dan
sebagai
seorang
suami, dia tdk seharusnya menyembunyikan apa2 dari Ina, apapun alasannya. Revel
sadar
bahwa semua alasan yg dia kemukakan sebelumnya adalah bullshit.
"Superbrengsek.
Tapi Ina cinta sama elo, dan lo sebaiknya berdoa bahwa cintanya terhadap
lo
lebih besar daripada kesalnya dia sama elo," balas Jo.
Revel
tdk menghiraukan komentar Jo yg trakhir dan menelpon rumah. Menunggu hingga
telpon
itu diangkat, Revel memikirkan siapakah yg membocorkan jadwal pertemuan Luna
dgn dokternya
Raf. Telpon itu diangkat oleh Sita yg menginformasikan bahwa dia belum
melihat
Ina smenjak kemarin, sbelum kemudian mengatakan, "Elo tuh brengsek banget,
do
you
know that?" Selanjutnya Revel menelpon mama yg langsung menyemprotnya dgn,
"Klo
mama tahu
kmu akan jd laki2 sperti ini, mama nggak perlu jauh2 kirim kmu sekolah ke
Amerika.."
"Is
she with you?" tanya Revel, memotong sindiran mamanya.
"No,
she is not with me. Of all the stupid things, Revel.."
Revel
langsung memutuskan sambungan itu. Dia tdk ada waktu untuk mendengar ceramah
mama
saat ini. Sekali lagi Revel memutar otaknya. Logikanya mengatakan bahwa Ina
pasti
pergi
ke rumah orangtuanya, tempat dimana dia bisa mendapatkan dukungan penuh dari
keluarga,
tp gut feelingnya mengatakan bahwa orangtua Ina adalah tempat trakhir kemana
Ina
akan pergi mencari perlindungan. Arrrgggh! Dia perlu menjelaskan apa yg sedang
terjadi
kepada
Ina, tp bagaimana dia bisa menjelaskan klo dia bahkan tdk bisa berbicara
dgnnya?
Kemudian
dia ingat bahwa hanya ada 1orang yg Ina akan temui klo dia mengalami masalah,
dan
tanpa memedulikan bahwa teman baik istrinya itu tdk pernah suka padanya, Revel
langsung
menghubunginya.
Revel
sudah mengantisipasi bahwa Tita tdk akan mengangkat telpon klo dia tahu telpon
itu
datang
darinya, oleh karena itu dia langsung menghubungi telpon rumahnya. Dia agak
terkejut
ketika Reilley yg mengangkat telpon, tp dia bersyukur bahwa itu bukan Tita.
Reilley
adalah
seorang laki2 dan seorang suami, maka Revel berharap bahwa dia akan lebih bisa
mengerti
posisinya daripada Tita.
"Hey
man, it's Darby. I didn't know you're home," ucap Revel.
"Yea,
just for the week, flying off tomorrow to Tokyo," jelas Reilley.
Revel
bersyukur bahwa Reilley tdk langsung menutup telpon ketika mendengar suaranya.
"Right,"
sambung Revel dan dia terdiam selama beberapa detik sbelum akhirnya bertanya,
"is
my wife there?"
Kehangatan
langsung menyelimutinya ketika dia mendengar dirina mengucapkan kata2 "my
wife"
dan untuk pertama kalinya dia sadar bahwa dia ingin mengucapkan 2kata itu
berkali2
selama
orang yg dimaksud adalah Ina.
Reilley
tdk langsung menjawab pertanyaan itu, tp akhirnya dia berkata dgn nada
berbisik,
"Yes,
she's here."
Revel
menghembuskan napas lega. Setidak2nya dia tahu bahwa Ina aman. Kemudian
samar2
dia mendengar suara Tita yg diikuti oleh suara Reilley yg lebih jelas.
"It's
Revel, babe.."
Revel
tdk bisa mendengar jelas apa yg dikatakan oleh Reilley selanjutnya. Samar2
terdengar
suara
orang berbicara dgn sedikit teredam, sperti ada yg meletakkan telapak tangan
diatas
mikrofon
telpon dan sejenak kemudian dia mendengar suara Tita.
"What
do you want?" tanyanya dgn nada yg sama sekali tdk ramah.
"Halo,
Ta. Saya perlu bicara dgn Ina," jawab Revel dgn suara setenang mungkin,
meskipun
hatinya
jauh dari kata tenang.
"I
can't allow you to do that."
Revel
sudah menyangka bahwa inilah yg akan dikatakan Tita padanya. Dia bahkan
bertanya2
kapan
teman baik istrinya ini akan mulai melontarkan kata sumpahan padanya.
"Please
Ta, saya cuma mau menjelaskan apa yg sebenarnya terjadi."
"Over
my dead body," ucap Tita.
"Klo
kmu nggak memperbolehkan saya berbicara dgn dia, saya akan datang kesana."
"Silakan
saja, tp saya tetap nggak akan memperbolehkan kmu masuk," tantang Tita
sbelum
kemudian
sambungan itu diputuskan.
Tanpa
pikir panjang lagi Revel langsung meraih kunci mobilnya. Dia akan pastikan
bahwa dia
akan
berbicara dgn Ina, tdk perduli bagaimana caranya. Tp sbelumnya, dia harus
menyelesaikan
penyebab utama knapa dia berada di dalam situasi ini to begin with.
"Where
are you doing?" teriak Jo ketika melihat Revel bergegas menuju pintu.
"Out,"
balas Revel.
Celebrity Wedding - Part 24
No comments:
Post a Comment