“Mimpi adalah manifestasi dari kenangan yang
terlupakan di masa lalu.”
3
Tidurnya begitu lelap. Davin
menggumam dalam hati. Duduk di tepi ranjang dan mengamati Keyna. Dan dia nampak
begitu polos, seperti anak kecil. Lelaki itu lalu mengangkat alisnya dan
mengalihkan pandangannya ke bagian bawah tubuhnya dengan kesal.
Kalau memang
baginya Keyna seperti anak kecil, kenapa dia bisa terangsang seperti ini?
Davin menatap Keyna lagi dan
menggeram kesal. Kesal pada dirinya sendiri. Terlalu berbahaya berada di sini.
Dia takut lupa diri dan menyerang Keyna dalam tidurnya. Lalu menyesalinya.
Dengan hati-hati, dilepaskannya pegangan jemari Keyna di jemarinya, dan berdiri
dari ranjang. Dia lalu membungkuk untuk menyelimuti Keyna. Wajah Keyna begitu
dekat dengannya, napasnya berembus ringan dan teratur. Dan Davin tidak dapat
menahan diri. Dikecupnya bibir Keyna lembut. Sebelum kemudian melangkah pergi,
meninggalkan kamar itu, meninggalkan Keyna yang masih tertidur pulas.
♠♠♠
Pagi harinya Keyna terbangun
dengan kepala pening. Hujan sudah reda, tetapi masih menyisakan rintikannya
yang membuat pagi hari ini gelap dan berkabut.
Setidaknya
sudah tidak ada guntur...
Keyna terduduk dan menyadari
selimutnya melorot ke pinggang. Dia meraih selimut itu dan menaikkannya lagi ke
dadanya karena hawa dingin langsung menyengatnya. Selimut itu tadinya terpasang
rapi di tubuhnya. Siapa yang telah menyelimutinya ketika tidur. Ingatan Keyna
berputar, dan kemudian pipinya langsung terasa panas ketika mengingat kejadian
kemarin malam, ketika dia menghambur ke dalam pelukan Davin tanpa malu.
Oh
ya ampun! Dengan begitu saja dia memeluk
Davin Jonathan yang sangat angkuh dan terkenal galak itu - meski
sekarang Davin tidak pernah bersikap buruk padanya, tetap saja image itu
melekat pada pembawaannya - Dan anehnya, Davin tidak menolaknya. Dia sangat
ingat bahwa Davin membalas pelukannya, menenangkannya, membawanya kembali ke
ranjang dengan lembut dan menemaninya sampai dia tertidur…
Kenapa
Davin begitu baik kepadanya?
♠♠♠
“Kau takut dengan petir?”
Sefrina menatap Keyna sambil tersenyum geli, dia lalu menyesap cangkir
cokelatnya berusaha menyembunyikan tawanya, “Keyna, hanya anak kecil yang takut
dengan petir.”
“Yah, aku sebenarnya malu
dengan ketakutan tidak wajarku itu.” Keyna tersenyum sambil menatap perempuan
cantik di depannya. Oh astaga, Sefrina memang benar-benar cantik. Kulitnya
memang agak pucat, tetapi Sefrina pernah cerita bahwa dia menderita sakit yang
lama sehingga harus terus di dalam rumah. “Sepertinya aku punya trauma masa
lalu di waktu kecil.”
“Trauma apa?” Sefrina
menyipitkan matanya dan meletakkan cangkirnya di meja. Mereka berdua sedang
duduk di Garden Cafe pagi itu, kebetulan dosen memundurkan waktu kuliah agak
siang karena ada acara wisuda, jadi sambil menunggu jam kuliah, Keyna mengajak
Sefrina ke Garden Cafe yang biasa dia kunjungi setiap pagi… Sefrina ternyata
penggemar kopi, katanya kopi bisa membuatnya lebih segar menghadapi hari.
“Entahlah…” Keyna berusaha
mengingat-ingat, “Aku dulu sering bermimpi. Hujan badai, petir, dan
teriakan-teriakan keras… Aku bersembunyi di lemari ketakutan…” Keyna menarik
napas karena usahanya mengingat itu membuat kepalanya sakit, “Aku tidak tahu
apakah itu mimpi atau kenyataan. yang pasti aku selalu mengasosiasikan hujan
petir dengan rasa takut yang amat sangat.”
“Mungkin kau harus mencoba
hipnotis untuk mengembalikan ingatanmu.”
Sefrina terkekeh, “Aku pernah
melihatnya di film, ada seseorang yang begitu takut akan darah, dia lupa
kenapa, sesuatu terjadi di masa kecilnya tetapi dia tidak bisa mengingatnya,
seolah-olah otaknya membentengi ingatan itu dan hanya menyisakan trauma. Dia
datang ke ahli hipnotis dan alam bawah sadarnya dibimbing untuk mengingat
semuanya. dan hasilnya mengejutkan.” Sefrina tersenyum misterius,
“Mungkin kau harus mencobanya.”
“Mencoba menonton film itu?
Atau mencoba datang ke ahli hipnotis?”
Sefrina tertawa lagi, “Dasar.
Tentu saja ke ahli hipnotis, siapa tahu kau seperti tokoh di film itu, otakmu
memblok ingatanmu, dan kau punya hal mengejutkan yang kau lupakan.”
“Oh ya, mungkin aku harus
mencobanya. Setidaknya aku tidak harus menahan malu lagi kalau bertemu dengan
Davin nanti.” tatapan Keyna menerawang dan pipinya memanas lagi mengingat
kejadian semalam.
“Kenapa
harus menahan malu kepada Davin?”
“Karena semalam aku melemparkan
diri ke dalam pelukannya karena ketakutan.” Keyna mengusap pipinya, berusaha
menghilangkan rasa panas di sana. “Tetapi setidaknya Davin berlaku baik padaku,
dia menenangkanku dan menjagaku sampai aku tertidur. Mungkin itu ya rasanya
memiliki seorang kakak lelaki.”
Ekspresi wajah Sefrina tak
terbaca. Tetapi kemudian dia tersenyum lembut.“Iya Keyna, beruntung sekali
dirimu.”
Pipi Keyna memerah, dia
berusaha memusatkan pandangannya kepada oreo milkshake yang sangat menggiurkan
di depannya, mencoba menghilangkan bayangkan bahwa dia memeluk Davin erat-erat.
“Aku memang
sangat beruntung, karena
keluarga
Jonathan mau menanggungku dan memperlakukanku
dengan baik.” Keyna menghela napas, “Karena itu aku akan berusaha
sebaik-baiknya supaya tidak mengecewakan mereka.”
♠♠♠
Keyna berjalan sendirian di trotoar, tadi Sefrina
sudah dijemput supir pribadinya dan mengajak Keyna menumpang mobilnya, tetapi
Keyna menolak karena sebelum pulang dia ingin mengunjungi toko buku tua di
sudut kota. Sekarang setelah berhasil membawa beberapa buku hasil buruannya,
dia ingin segera pulang karena tanpa disadarinya, waktu sudah beranjak sore.
Mama Davin, Nyonya Jonathan menyediakan supir dan mobil untuk mengantar jemput
Keyna, tetapi Keyna menolak fasilitas itu dengan halus, selama ini Keyna selalu
menggunakan bus untuk pulang dan dilanjutkan dengan jalan kaki. Keyna ingin
segera sampai ke halte bus, dia tidak ingin ketinggalan bus, karena kalau
sampai terlambat, dia harus menunggu bus berikutnya dua jam lagi. Itu berarti
dia harus menunggu di halte sendirian sampai malam.
Tiba-tiba sebuah mobil berjalan
lambat di sampingnya, semula Keyna tidak memperhatikan, tetapi ketika mobil itu
semakin mengikutinya, Keyna menoleh dan menatap waspada. Mobil itu berwarna
hitam legam, jenis mobil sport yang cukup bagus, dengan kacanya yang gelap.
Apakah ini
penculikan? Mobil itu mirip
mobil mafia-mafia di film. Kadang Keyna kesal dengan imaginasinya
sendiri yang membuatnya ketakutan. Lalu kaca mobil itu terbuka sebelum Keyna
sempat panik lebih jauh. Yang ada di balik kemudi adalah Jason. Lelaki yang
memainkan biola waktu itu. Keyna tak akan pernah lupa wajahnya. Langkahnya
langsung terhenti.
Jason ikut mematikan mobilnya
dan tersenyum lembut, “Aku pikir aku tadi salah orang, ternyata kau benar-benar
Keyna. Kenapa kau berjalan sendirian di sini Keyna?”
“Aku…
Eh… Aku sedang menuju halte bus.”
“Menuju halte bus? Memangnya
tidak ada mobil dan supir yang menjemputmu?” Jason mengerutkan kening, tampak
tidak suka dengan ide Keyna berjalan sendirian dan pulang dengan naik bus.
Keyna tersenyum, “Bukan Jason,
bukannya tidak ada, mama Jonathan menyediakannya untukku, tetapi aku
menolaknya… Kupikir terlalu berlebihan kalau harus diantar jemput setiap hari.”
Jason
mengangkat alisnya, “Tidak terlalu berlebihan, apalagi untuk seseorang yang
sudah menjadi bagian dari keluarga Jonathan. Sangat berbahaya berjalan
sendirian, karena banyak orang dengan pikiran negatif yang bisa saja memutuskan
menculikmu demi uang.”
Kata-kata Jason membuat Keyna
takut, dia menatap sekelilingnya dengan waspada, “Tetapi aku bukan bagian dari
keluarga Jonathan…” gumamnya pelan, “Mereka tidak akan tertarik menculikku.”
Jason mengangkat bahunya, “Yah,
siapa tahu. Banyak orang putus asa dan nekad di dunia ini.” lelaki itu membuka
pintu mobilnya, “Ayo, aku akan mengantarmu pulang.”
Sejenak Keyna berdiri ragu. Dia
teringat akan kata -kata Davin kemarin kepadanya, kalau dia harus berhati-hati
dan jangan terlalu dekat kepada Jason, karena Jason adalah penghancur hati perempuan
dan membenci perempuan. Tetapi dilihat dari manapun, dia pasti bukanlah tipe
yang diincar oleh lelaki sekelas Jason, jadi tidak mungkin dia dijadikan target
oleh lelaki itu. Lagipula Jason tampak baik dan tulus kepadanya, tidak apa-apa
mungkin kalau dia ikut lelaki itu.
Setelah menghela nafas ragu
untuk terakhir kalinya. Keyna melangkah masuk ke mobil Jason.
♠♠♠
“Kau duduk dengan begitu
tegang. Tenanglah Keyna, aku tidak akan memakanmu.” Jason akhirnya bergumam
dengan geli setelah beberapa lama mereka berdua dalam keheningan.
Keyna merasa begitu malu,
apakah ketegangannya sangat terbaca? Dia dipenuhi kekhawatiran akibat
peringatan Davin kemarin, padahal Jason sepertinya benar-benar berniat baik
kepadanya.
“Maafkan aku,” gumam Keyna
pelan, mengalihkan pandangannya ke arah jendela luar. Langit malam sudah makin
menggelap, dan kemacetan di jalan raya membuatnya semakin terlambat pulang.
Ponselnya mati karena kehabisan baterai dan dia tidak bisa menghubungi mansion.
Tetapi sepertinya mansion juga tidak akan menunggunya pulang. Nyonya Jonathan
sedang berada di luar negeri dan Keyna yakin Davin sedang sibuk
dengan urusannya sendiri sehingga tidak
memikirkan kepulangan Keyna.
“Aku mengerti kok. Suasana
memang terasa canggung karena kita belum begitu kenal,” Jason terkekeh, “Dan
mungkin kau mendengar tentang reputasi jelekku. Reputasiku memang jelek kepada
beberapa perempuan, tetapi sepertinya berlebihan kalau aku dikatakan suka
membuat patah hati perempuan. Aku menjalin hubungan dengan beberapa perempuan
dan tidak berhasil. Itu saja.” perkataan Jason itu seolah menjawab semua
pertanyaan yang ada di benak Keyna, meskipun Keyna bertanya-tanya dalam
hatinya, Jason sahabat Davin bukan? Kalau begitu kenapa Davin memperingatkannya
tentang Jason? Bukankah para sahabat biasanya saling mendukung?
“Aku tidak mempertanyakan
reputasimu.” Keyna bergumam pelan, “Aku juga tidak takut kepadamu. Aku hanya
cemas karena pulang terlambat.”
“Pulang terlambat bersamaku.”
Jason tertawa geli, “Mari kita lihat bagaimana reaksi Davin.”
Davin tidak akan peduli, gumam
Keyna dalam hati. Lagipula kenapa Davin harus peduli?
♠♠♠
Sepertinya Davin memang peduli.
Itu yang ada di benak Keyna ketika melangkah turun dari mobil Jason dan
menemukan Davin bersandar di pilar teras mansion itu. Gaya tubuhnya tampak
santai, tetapi tidak bisa menipu. Tatapannya terasa membakar.
Lelaki
itu marah. Batin Keyna dalam hati.
“Darimana saja kau Keyna?”
suara Davin berdesis lirih. “Dan kenapa ponselmu mati?”
Keyna menatap Davin penuh rasa
bersalah, lelaki itu memperlakukannya seperti ayah memarahi anaknya yang masih
kecil. Keyna bukan anak kecil lagi bukan? Seharusnya Davin tidak
memperlakukannya seperti itu.
“Aku… Tadi pulang kuliah aku
bersama Sefrina, lalu aku mampir ke toko buku di sudut kota sampai lupa waktu…
Aku… Aku terlambat pulang jadi…”
“Dan bagaimana kau bisa pulang bersama Jason?”
Davin mengangkat alisnya mengamati Jason yang menyusul dengan tanpa rasa
bersalah di belakang Keyna.
“Eh…
Aku bertemu Jason di…”
“Sudahlah Davin. Keyna tidak
harus diintimidasi seperti itu. Tadi aku kebetulan berpapasan di jalan
dengannya, jadi aku menawarkan untuk mengantarnya pulang karena hari sudah
malam. Itu saja.”
Tatapan Davin tampak tajam
kepada Jason, “Di antara sejuta kesempatan setiap detiknya, dan kau kebetulan
bertemu Keyna?”
Jason mengangkat bahunya, “Mau
bagaimana lagi? memang begitu kejadiannya. Ya kan Keyna?”
Keyna menatap Davin dan Jason
berganti-ganti dengan gugup, lalu menganggukkan kepalanya. “Ya… Memang begitu
kejadiannya.”
Davin menghela napas kesal,
“Lain kali kalau kau pulang terlambat, telepon aku. Mengerti?”
Keyna sebenarnya ingin
membantah. Davin tampak begitu arogan dan memaksakan kehendaknya, dan Keyna
tidak suka diperlakukan seperti itu. Tetapi kemudian dia mengurungkan niatnya.
Lelaki di depannya ini tampak begitu marah, entah kenapa. Seakan-akan sudah
siap meledak kalau dipancing. Keyna pikir lebih baik dia diam dan membiarkan
Davin mereda dengan sendirinya.
“Mengerti,
Keyna?”
“Mengerti Davin.” jawab Keyna
datar kemudian setengah terpaksa. Davin tentu saja mengetahui nada terpaksa
itu, tetapi dia tidak mempedulikannya. Lelaki itu melemparkan tatapan
memperingatkan kepada Jason yang hanya tersenyum datar dan melangkah pergi
keruangan santai tempat biasanya dia duduk kalau sedang datang ke rumah ini.
Setelah Jason menghilang, Davin
menatap Keyna memperingatkan.“Bukankah aku sudah memperingatkanmu supaya
menjauhi Jason?”
“Aku tidak pernah berusaha
mendekati Jason, kami bertemu dan dia mengantarku pulang. Kenapa kau membesar-besarkan masalah ini Davin?” gumam Keyna agak keras, lalu
menatap Davin marah, “Ah. Sudahlah.” Keyna membalikkan tubuhnya dan
meninggalkan Davin yang tercenung sambil menatap punggung Keyna.
Davin sendiri tidak bisa menjawab
pertanyaan Keyna. Kenapa melihat Jason mengantarkan Keyna pulang terasa sangat
mengganggunya?
Sambil menghela napas panjang,
dia melangkah ke ruangan santai menyusul Jason.
♠♠♠
“Jangan dia Jason.” Davin
membanting tubuhnya di sofa dan menyesap minuman di gelas kristal bening yang
dipegangnya, dia tampak begitu frustrasi.
Jason yang sedari tadi duduk
sambil membaca buku di sofa seberangnya mengangkat kepalanya. “Apa?”
“Jangan.
Jangan Keyna.”
Jason terkekeh dan meletakkan
buku di tangannya, lalu menyandarkan tubuhnya di sofa, “Apa yang membuatmu
berpikir kalau aku sedang mengincarnya?”
“Tatapanmu. Kau tidak
melepaskannya dari pandanganmu.”
Jason mengusap rambutnya pelan
dan menatap Davin penuh spekulasi, “Lalu kenapa kau melarangku?”
“Karena,” Davin menghela
nafasnya frustrasi. “Karena aku sudah berjanji akan menjaganya. Dia adalah
satu-satunya gadis yang tak akan kubiarkan untuk kau hancurkan.”
“Kalau aku tidak mempedulikan
peringatanmu?” nada suara Jason tampak tenang dan tidak terpengaruh oleh
tatapan Davin yang menajam, seolah ingin membunuhnya.
“Maka kau
akan berhadapan denganku.”
Jason tertawa dan
menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kenapa kau ini Davin, sebelumnya kau tidak
peduli dengan sepak terjangku dengan siapapun. Dan tentang Keyna, dulu kau
membencinya dan ingin mengusirnya. Lalu tiba-tiba saja kau membawanya kembali
ke rumah ini dan bertingkah seperti malaikat penjaganya.”
“Ah ya.” Jason tersenyum
santai, “Itu memang bukan urusanku… Tetapi setidaknya bisa menjadi
pertimbanganku untuk tidak mengincar Keyna.”
“Dia
bukan tipemu.”
“Aku tidak punya tipe khusus.
Kau sudah berteman denganku sejak lama, kau pasti tahu kalau aku tidak
pilih-pilih.”
Davin mengacak rambutnya kesal,
“Kau sahabatku. Dan aku tidak suka harus bertentangan denganmu. Tetapi Keyna
adalah pengecualian. Kau tidak boleh mengganggunya, kau dengar itu? Dan kalau
kau bertanya-tanya kenapa, itu adalah karena aku punya hutang yang sangat besar
kepadanya.”
“Hutang?” Jason mengerutkan
keningnya, ekspresinya tidak lagi bercanda. “Bagaimana mungkin seorang Davin
Jonathan mempunya hutang kepada gadis biasa seperti Keyna?”
“Bukan hutang uang. Aku
berhutang nyawa kepada Keyna, ah bukan… Kepada ayah Keyna.”
“Apa
maksudmu?”
“Kau seorang pemain biola
profesional, mungkin kau pernah mendengar namanya, Robert Samuel? Itu nama panggungnya
dulu kalau tidak salah.”
Jason mengetuk-ngetukkan
jemarinya, tampak berfikir. “Ah, ya… Aku ingat… Robert Samuel adalah pemain
biola yang sangat hebat dulu. Guru-guru musik kami menyebutnya jenius. Terakhir
dia menerima tawaran yang sangat menarik di Austria. Tetapi entah kenapa
ternyata dia batal mengambil tawaran itu lalu menghilang begitu saja. Sejak itu
dia tak pernah muncul seolah-olah ditelan bumi.” Jason terkekeh, “Guru biolaku
adalah salah satu penggemarnya, dia selalu mengulang-ngulang kisah tentang
Robert Samuel yang jenius dan betapa sayangnya karena dia menghilang. Sebuah
kehilangan besar di dunia musik klasik, katanya.”
“Dia
menghilang karena dia tidak bisa bermain biola lagi.”
“Apa? Kenapa kabar itu tidak
pernah terdengar?” Jason menatap Davin tajam, “Dan darimana kau tahu?”
“Karena aku yang menyebabkan dia tidak bisa
bermain biola lagi. Lelaki itu menyelamatkanku dari penculikan waktu aku masih
kecil, dan melukai tangannya. Luka itu mengenai saraf pentingnya dan dia tidak
bisa bermain biola lagi.” Davin mengatupkan kedua jemarinya di bawah dagu, “Dan
dia mempunyai seorang puteri.”
Jason mengamati ekspresi Davin
lalu wajahnya memucat ketika menemukan kebenaran di depannya.
“Keyna…? Apakah maksudmu, putri
dari Robert Samuel adalah Keyna?”
“Ya.” Davin mendesah,
“Orangtuaku berusaha mencari-cari Robert, dan mereka menemukannya memiliki
seorang putri, hidup dalam kemiskinan. Putri dari Robert Samuel adalah
Keyna.” Davin menatap Jason letih, “Sekarang kau
tahu kenapa aku harus menjaga Keyna.”
Jason menatap Davin
dalam-dalam, “Dan apakah Keyna tahu kisah ini?”
“Tidak.” Davin mengangkat bahu.
“Aku tidak ingin dia tahu. Mama sudah ingin memberitahu Keyna, tetapi aku
melarangnya.”
“Kenapa?”
Karena dia pasti akan langsung
membenciku. Itulah yang dipikirkan Davin pertama kali. Tetapi dia menatap Jason
dengan pandangan tanpa ekspresi.
“Karena aku ingin menjaga
supaya hubungan kami tetap seperti ini. Aku akan menjaganya dengan sepantasnya.
Kau tahu, bisa saja begitu Keyna mengetahui bahwa kami mempunyai hutang budi
kepadanya. Dia akan meminta lebih dan memanfaatkan kekayaan kami. Yah, aku
tidak menuduh Keyna mata duitan. Tetapi hati orang siapa yang tahu?” Davin
merasa mulutnya pahit mengucapkan kebohongan dan penghinaan kepada Keyna.
Tetapi di tahannya perasaannya. Jason tidak boleh tahu kalau Davin sangat takut
dibenci oleh Keyna.
Jason menghela napas, lalu
menyandarkan tubuhnya ke sofa. “Well, tidak kupungkiri, kisahmu ini sangat
mengejutkan.” dia memasang ekspresi kosongnya yang biasa. “Jangan khawatir
kawan, kisahmu ini sudah pasti membuatku
mengurungkan niat untuk merayu Keyna. Kau tidak usah khawatir.”
♠♠♠
Mimpi itu datang lagi. Keyna
tahu kalau dia sedang bermimpi. Teriakan-teriakan keras, pertengkaran dan adu
mulut panas terdengar di luar kamar, diselingi dengan hujan badai dan kilatan
petir lengkap dengan suara guntur yang memekakkan telinga. Membuat Keyna merasa
sangat ketakutan, dia masih kecil di mimpi itu, mungkin empat tahun, duduk di
lantai sambil menutupi telinganya, memejamkan matanya. Mencoba tidak
mendengarkan teriakan-teriakan itu.
Siapa
yang berteriak-teriak itu? Kenapa? dimana ayahnya?
Lalu sebuah tangan meraihnya,
lembut. Keyna kecil tersentak dan berseru ketakutan. “Sttt… Jangan takut ini
aku.” Keyna kecil mengenali aroma itu, aroma menenangkan yang sangat akrab. Dan
suara itu juga terdengar akrab. “Mereka akan berhenti bertengkar nanti. Sini
biar kupeluk dirimu dan kunyanyikan lagu untukmu.”
Yang memeluknya adalah seorang
anak lelaki. Lebih tua darinya. Tidak dikenalnya tetapi terasa akrab. Akrab
tetapi dia tidak dapat mengingatnya. Kenapa dia tidak dapat mengingatnya?
Anak lelaki itu bernyanyi,
suaranya terdengar lembut. Dia bernyanyi untuk mengalihkan perhatian Keyna dari
suara petir yang menggelegar di luar, mengalihkan Keyna dari suara
teriakan-teriakan pertengkaran di luar.
Lambat laun Keyna hanya
mendengarkan suara nyanyian anak lelaki kecil itu. Tidak ada lagi suara guntur,
tidak ada lagi suara teriakan pertengkaran. Kamar itu terasa begitu damai…
Hanya ada Keyna dan anak lelaki kecil itu…
Keyna terbangun kemudian,
dengan tubuh basah kuyup dan napas terengah-engah. Mimpi itu sudah lama tidak
datang. Dan sekarang datang lagi menghantuinya. Mimpi yang sama, kamar yang
sama, anak lelaki yang sama…
Kenapa?
SWEET ENEMY - SANTHY AGATHA - BAB 4
Karna Di ERTIGAPOKER Sedang ada HOT PROMO loh!
ReplyDeleteBonus Deposit Member Baru 100.000
Bonus Deposit 5% (klaim 1 kali / hari)
Bonus Referral 15% (berlaku untuk selamanya
Bonus Deposit Go-Pay 10% tanpa batas
Bonus Deposit Pulsa 10.000 minimal deposit 200.000
Rollingan Mingguan 0.5% (setiap hari Kamis
ERTIGA POKER
ERTIGA
POKER ONLINE INDONESIA
POKER ONLINE TERPERCAYA
BANDAR POKER
BANDAR POKER ONLINE
BANDAR POKER TERBESAR
SITUS POKER ONLINE
POKER ONLINE
ceritahiburandewasa
MULUSNYA BODY ATASANKU TANTE SISKA
KENIKMATAN BERCINTA DENGAN ISTRI TETANGGA
CERITA SEX TERBARU JANDA MASIH HOT