The Somewhat Peaceful Ride Home
Jam
ketiga dilalui Revel untuk menjawab berbagai macam pertanyaan mengenai
hubungannya
dgn Ina.
Salah
satu tante Ina bertanya, "Sudah brapa lama kenal Ina?"
"Sekitar
6bulan,tante."
"Ketemu
dimana?" Tanya budenya Ina.
Revel
dan Ina setuju untuk menjelaskannya sedekat mungkin dgn kenyataan supaya
terdengar
meyakinkan juga untuk mencegah supaya mereka tdk mengganti cerita tersebut
di lain
waktu karena lupa akan apa yg mereka sudah katakan sebelumnya.
Dan
pada jam inilah Revel mulai betul2mengenal Ina dgn memperhatikan interaksinya
dgn
keluarganya.
Ina jelas2 kelihatan sedikit tdk nyaman diantara keluarganya, terutama mama
dan
kakak tertuanya yg slalu protes dgn segala sesuatu yg dilakukan Ina. Mulai dari
pakaian
yg
digunakan Ina, sampai makanan yg ada di atas piring Ina. Revel teringat akan
reaksi Ina
ketika
dia memojokkannya dan memaksanya agar setuju dgn lamarannya, rasa sakit hati
dan
kekecewaan
terpendam yg tersirat pada amatanya sbelum Ina kemudian mencoba
melarikan
diri dari percakapan itu. Rupanya inilah yg harus dihadapi ina stiap harinya.
Itu
menjelaskan
bagaimana dia masih single sampai sekarang.
Satu
hal yg disadari Revel selama 2minggu belakangan adalah bahwa Ina adalah seorang
perempuan
yg selain pintar, mandiri, cute as hell, dan memiliki sense of humor dia juga
memiliki
kecenderungan mengeluarkan komentar yg agak2 sarkatis. Beberapa kali Revel
mendapati
dirinya menahan senyum mendengar komentar2 Ina. Kombinasi ini membuat Ina
menjadi
pasangan yg ideal untuk laki2 manapun.
"Akhirnya
kmu bisa juga cari laki2 yg bagus, In," komentar kak Mabel kepada adiknya
menarik
perhatian Revel.
Meskipun
inatertawa mendengar komentar itu tetapi tubuhnya yg sedang berdiri di
samping
Revel langsung menegang.
Kak
Mabel yg tdk menyadari bahwa kata2nya sudah menyakitkan hati masih terus
nyerocos,
"
Selama ini Ina slalu bawa pulang laki2 yg tdk kami setujui. Kami senang dia
akhirnya bisa
memilih
laki2 yg benar." Kak Mabel memberikan senyuman kepada revel ketika
mengatakannya,
memastikan dia mengerti bahwa dialah orang yg dimaksud.
Pada
detik itu Revel menyadari bahwa keluarga Ina bukannya ingin mengatur hidup Ina,
tetapi
mereka sangat protektif terhadapnya. Mereka mungkin masih menganggap Ina anak
kecil
yg tdk dapat mengambil keputusan sendiri, tdk peduli bahwa dia sudah berusia
32tahun.
Dia harus menghentikan pendapat tentang Ina ini. Ina adalah wanita dewasa yg
mampu
mengambil keputusannya sendiri dan tahu apa yg baik dan tdk untuknya.
"Sebagai
wanita dewasa saya yakin Ina mampu memilih laki2 yg paling cocok untuknya
sendiri
tanpa dorongan atau paksaan dari siapa pun. Itu sebabnya dia mengatakan 'iya'
waktu
saya minta dia untuk menikahi saya beberapa hari yg lalu, bahkan sebelum saya
dikenalkan
ke keluarganya." Revel tdk sempat memikirkan kata2 itu sbelum kalimat itu
meloncat
keluar dari mulutnya.
Dia
mendengar Ina mendengus sperti sedang menahan tawa. Mereka seharusnya tdk
menyebut2
soal itu hingga mereka berbicara dgn papa Ina terlebih dahulu, tp semuanya
worth
it ketika Revel melihat wajah kak Mabel dgn mulutnya yg menganga. Untuk lebih
meyakinkan
kak Mabel, Revel mengangkat tangan Ina yg jarinya dilingkari oleh cincin
darinya.
Dengan bantuan sinar matahari siang yg masuk dari jendela, gemerlap berlian
Kalimantan
itu betul2 bisa membutakan mata klo dilihat terlalu lama. Dan Revel bertanya2
bagaimana
wanita itu masih tetap bisa berdiri padahal wajahnya sudah memucat dan
matanya
terbelalak shock.
Revel
memutuskan bahwa sekarang adalah waktu yg paling tepat untuk mengumumkan
pertunangan
mereka. Dia meraih gelas kosong dan mendentingkan dgn sendok the.
Dentingan
nyaring itu menghentikan semua percakapan pada ruangan itu.
"Revel,
what are u doing?" Desis Ina.
"Wait
and see," balasnya sambil tersenyum ketika melihat orangtua Ina memasuki
ruangan.
Setelah
yakin bahwa dia mendapatkan perhatian semua orang, Revel meraih tngan Ina dan
memulai
pidatonya.
"Selamat
siang semuanya. Saya tahu bahwa ini baru pertama kali keluarga besar Ina ketemu
saya
sebagai pacarnya Ina. Pakde, Bude, om, dan tante mungkin mikir klo saya sedikit
kurang
ajar karena sdah jadi tamu nggak diundang dan sekarang pakai ngasih pidato
tanpa
seizin
yg punya rumah segala."
Revel
mendengar gelak tawa dari beberapa tamu dan dia melajutkan, "Saya belum
lama
kenal
dgn Ina, tp semenjak pertama kali saya ketemu dia, saya tahu klo dia adalah
wanita yg
tepat
untuk saya. Saya coba beberapa kali mengajaknya keluar dan slalu menerima
penolakan
dari Ina, tp saya pantang menyerah sampai akhirnya dia mau makan malam dgn
saya."
Ina
berusaha tdk terbatuk2 mendengar kebohongan dari mulut Revel ini. Dia melihat
kesekelilingnya,
khawatir seseorang akan mengenali kebohongan ini, tetapi dia melihat
bahwa
semua orang sedang menatap Revel ingin tahu.
"Setelah
kami mengahbiskan lebih banyak waktu bersama2, saya semakin sadar bahwa Ina
adalah
wanita yg saya mau sebagai pendamping hidup saya. 2hari yg lalu saya melamar
Ina
dan dia
setuju menjadi istri saya."
Keheningan
menyelimuti ruangan itu. Tdk ada yg bisa berkata2. Revel memberikan
senyuman
kepada Ina yg sedang menatap wajahnya tdk percaya, tp dia bertekad melakukan
ini.
Dia kemudian menggiring Ina menuju orangtuanya. Ketika mereka sudah cukup
dekat,
Revel
menatap orangtua Ina dan dgn setulus mungkin dia berkata, "Om, tante, saya
minta
izin
diperbolehkan menikahi Ina"
Orangtua
Ina terdiam selama beberapa detik sbelum kemudian mama Ina berkata,
"Akhirnyaaaa..."
sambil memeluk Ina dan Revel
Dalam
perjalanan pulang Ina bersyukur bahwa tdk ada satu orang pun pada pesta ulang
tahun
itu yg menyinggung nama Luna di hadapan Revel. Meskipun Ina yakin bahwa banyak
orang
pasti bertanya2 tentang itu. Mereka tdk berani menyuarakannya. Keluarganya
spertinya
betul2 menerima Revel dgn tangan terbuka, mereka bahkan tdk kelihatan
khawatir
bahwa nama Revel masih belum bersih dari skandalnya dgn Luna dan bayinya.
Meskipun
dia sudah menyangka bahwa keluarganya tdk akan keberatan menerima Revel
sebagai
menantu atau adik ipar, tetapi dia tetap terkesima keltika melihatnya dgn mata
kepala
sendiri. Dia harus berterima kasih kepada Revel yg ternyata memiliki bakat
akting
tersembunyi,
sehingga bisa meyakinkan semua orang bahwa dia sudah head over heels in
love
dengannya. Selain itu, Ina juga merasa berterima kasih kepada Revel tdk
kelihatan risih
dikelilingi
oleh keluarganya.
Revel
hanya mengedipkan matanya padanya ketika Gaby dgn semangatnya menggeretnya
untuk
dipamerkan kepada sepupu2nya. Revel menyempatkan diri ngobrol dgn papa dan
kelihatan
tertarik ketika papa menggambarkan cara terbaik memelihara ikan arwana. Revel
membantu
mama membagikan kue ulang tahun kepada para tamu. Revel bermain Lego dgn
sekumpulan
anak2 kecil. Tp satuhal yg membuat Ina merasa harus berterima kasih padanya
adalah
karena dia mendukungnya di hadapan keluarganya.
"Gaby
katanya dekat sekali sama kmu." Kata2 Revel menembus ruang pemikirannya
dan Ina
mengangguk
sambil tersenyum.
"Siapa
nama kakak kedua kmu?"
"Kak
Sofia."
"Apa
dia sama tukang ngaturnya sperti kak Mabel?"
Ina
terkikik dan berkata, "You caught that huh?"
"Kak
Mabel sama mama kmu kayaknya harus bikin klub deh."
"Klub?"
"Iya,
Klub 'ayo kita atur hidup Ina karena jelas2 dia nggak bisa bikin keputusan
sendiri'."
"Oh,
klub itu." Ina tertawa terkekeh2.
"Apa
kmu nggak pernah merasa keberatan dgn perlakuan mereka yg menganggap kmu ini
anak
kecil?"
Ina
mengangkat bahunya sambil masih tertawa, "Keberatan sih keberatan. Cuma
saya klo
maksud
mereka sebenarnya baik." Ina mencoba memberikan alasan atas perlakuan
keluarganya,
tp Revel tahu bahwa kata2nya sudah menembus lapisan hati Ina yg paling
dalam.
"Well,
pokoknya menurut saya keluarga kmu seharusnya lebih bisa menghargai keputusan2
kmu."
Ina
hanya tersenyum simpul, menghargai dukungan Revel, sbelum berkata, "Sori
ya klo kita
jadi
kelamaan disana. Saya tahu kmu ada rekaman malam ini dan perlu istirahat,"
ucap Ina
dgn
lebih serius.
"Don't
worry about it, I had fun."
"Yeah
right."
"Serius!"
"Jadi
kmu nggak keberatan klo Ezra memonopoli kmu untuk bantu dia bikin benteng dari
Lego?"
"I'm
fine with Lego, tp waktu adiknya Ezra... siapa namanya...?"
"Zara,"
jawab Ina.
Ezra,
10tahun dan Zara, 6tahun, adalah anak2 kak Kania, yg stelah hari ini menjadi
fans
berat
"Oom Revel".
"Iya,
Zara. Nah waktu dia ngajak saya main boneka Bratz, itu saya nggak bisa. Boneka
gives
me the
creeps," jelas Revel.
"Karena
kmu laki2 macho yg nggak mau main sama boneka?" Canda Ina.
Revel
kelihatan tersipu-sipu dgn kata2 Ina yg menyebutnya "macho" dan
berusaha
menutupi
wajahnya yg memerah dgn berkata, "Bukan itu, tp saya lagi ngebayangin saja
klo
tiba2
boneka itu hidup malam2."
"Jangan
bilang ke saya kmu takut sama boneka deh."
"Setengah
mati. Kmu nggak pernah nonton Chucky, ya?"
Ina
menggeleng. Dia pernah mendengar bahwa film yg keluar tahun '80-an itu cukup
menyeramkan,
tp karena dia selalu berpendapat bahwa semua film horor itu tolol maka dia
tdk
pernah membuang waktunya untuk menonton film genre tersebut.
"Saya
nggak bisa tidur dua malam stelah nonton film itu." Ina melihat Revel
menggigil dan
itu
membuatnya tertawa.
"Wow,
siapa yg sangka klo ternyata Revelino Darby is such a wimp," komentar Ina.
Revel
kelihatan sangat terhina yg membuat tawa Ina semakin keras.
"Yah,
sekarang kmu sudah tahu kelemahan saya. Giliran kmu."
"Giliran
saya?"
"Iya.
Sebut satu hal yg paling kmu takuti?"
Ina
berpikir sejenak. "Ular. Saya takut stengah mati sama ular, nggak peduli
bahwa ular itu
masih
bayi dan ukurannya cuma sekelingking saya," ucap Ina akhirnya.
Revel
terdiam lama sehingga Ina berpikir bahwa dia tdk mendengarnya.
"Apa
kmu nggak akan mengejek saya karena saya takut sama ular?" Pancing Ina.
"Nope.
Saya tahu banyak orang yg takut sama ular," jawab Revel diplomatis.
Kata2
Revel g tdk disangka2 itu membuat Ina kebingungan mencari balasan, akhirnya dia
berkata,
"Oh.. Well that't nice."
Revel
hanya tersenyum dan mereka terdiam karena Revel sibuk memanuver mobilnya di
lalu
lintas malam minggu yg mulai padat. Ina memuaskan dirinya untuk sembunyi2
memperhatikan
tangan Revel yg menggenggam setir. Tangan itu berukuran besar dan
kokoh,
kuku2nya dipotong pendek dan bersih
"Ezra
nggak memonopoli saya," ucap Revel tiba2.
"Ehm?"
Ina menarik matanya dari tangan Revel ke wajahnya.
"Kmu
tadi bilang klo Ezra memonopoli saya di rumah orangtua kmu. Dia nggak
memonopoli
saa.
Kebetulan saya memang fans berat Lego. Saya pernah membangun seluruh kota New
York
dgn Lego waktu saya umur sepuluh tahun." Revel terdengar bangga dgn
pencapaiannya
ini.
"Reallyy?!
That must be really cool," ucap Ina kagum. Dia mencoba membayangkan Revel
sebagai
anak kecil yg duduk di lantai dan sibuk dgn Legonya, dan itu membuatnya
tersenyum.
"It
was cool." Revel membalas senyum Ina. "Saya simpan model itu di kamar
saya sampai
saya
pergi ke Amerika, pas saya pulang sudah nggak ada. Mama saya ngasih model itu
ke
panti
asuhan beberapa hari sbelum saya pulang. Dia pikir karena saya sudah dewasa,
saya
nggak
akan mau punya model itu di kamar saya."
Revel
kelihatan sedih ketika mengatakan ini. Selama beberapa saat Ina tdk bisa
berkata2.
Akhirnya
dia hanya bisa mengatakan, "I'm sorry," yg dia tahu sama sekali tdk
membantu
atau
bahkan menggambarkan perasaannya yg sebetulnya ingin memeluk Revel pada saat
itu
juga
dan menepuk2 punggungnya sambil mengatakan bahwa semuanya akan baik2 saja.
"It's
alright. Saya menemukan hobi lain stelah itu untuk membuat kesal mama,"
balas Revel
jenaka.
"Apa
tuh?" Tanya Ina curiga.
"Women.
Lots and lots of them."
Dan Ina
tertawa terbahak2 bersama2 Revel. Tdk heran karier Revel bisa sesukses sekarang
karena
dia ternyata cukup menyenangkan sebagai teman ngobrol. Ina mengakui merasa
nyaman
berada bersamanya. Keheningan menyelimuti interior mobil, masing2 tenggelam
dalam
pikiran mereka sendiri. Hanya ada musik jazz yg menemani mereka, tp mereka
berdua
spertinya menikmati kesunyian itu.
"Omong-omong,
how did I do?" Tanya Revel memecahkan kesunyian. Dia sudah ingin
menanyakan
pendapat Ina tentang performanya smenjak mereka meninggalkan rumah
orangtua
Ina. Entah knapa, tp dia menginginkan semacam persetujuan atau mungkin pujian
dari
Ina.
"How
did you do what?"
"Apa
saya berhasil meyakinkan mereka sebagai tunangan kmu?"
"Definitely,"
jawab Ina sambil nyengir. "Setelah ini, apa rencana kmu selanjutnya?"
Tanya
Ina dgn
nada lebih serius.
Revel g
mengenali nada serius Ina, menjawab, "Saya akan minta mama supaya ngatur
acara
lamaran
secepatnya. Gimana klo 2minggu lagi?"
"Saya
mesti cek jadwal saya dulu dgn P.A. saya, tp klo nggak salah saya harus pergi
ke
Medan.
Nanti kmu saya kabari hari Senin."
"Sekalian
juga kmu pikirin tanggal pernikahan kita. Kemarin saya cek jadwal saya dan saya
ada
waktu kosong selama 2minggu akhir bulan Mei. Cukupkah itu buat kmu untuk
merencanakan
pesta pernikahan kita?"
"Mei?"
Teriak Ina terkejut. "Itu terlalu cepat, saya nggak akan siap."
Revel
yg menyangka bahwa Ina membicarakan tentang jadwalna dan mengira dia tdk akan
sempat
merancang pernikahan ini sendiri berkata, "Kmu minta saja bantuan sama
wedding
planner
yg bejibun jumlahnya di Jakarta. Saya yakin mereka semua nggak akan menolak
kesempatan
ini. Uang nggak akan jd masalah."
"Rev,
saya ini akuntan kmu, saya tahu penghasilan kmu dalam setahun, jd kmu nggak
usah
sombong
dan mamerin kekeayaan kmu saya saya," balas Ina ketus.
Revel
hanya bisa ternganga. Apa ada yg salah dgn omongannya? Dia hanya bermaksud
menolong,
bukannya sombong apalagi pamer.
"Yg
saya maksud adalah bahwa saya mungkin belum siap, secara mental, untuk menikah
secepat
itu. Lagian juga, apa kmu nggak takut orang pada ngegosip klo kita menikah
terlalu
cepat?"
Sambung Ina.
Revel
mengangkat bahunya, "Apa pun yg saya kerjakan orang slalu ngegosipin saya,
it
doesn't
matter to me."
"But
it matters to me. Saya baru ngenalin kmu ke keluarga saya hari ini dan klo kita
menikah
terlalu
cepat orang akan nyangka klo saya sudah hamil," teriak Ina.
"Oh
please, kmu cuma bisa hamil klo kita ini having sex, which we are not karena
saya nggak
akan
menyentuh kmu sama sekali."
Ina
tersentak seakan-akan Revel baru saja menamparnya.
"I'm
sorry. Maksud saya bukan begitu..." Revel mencoba meminta maaf ketika
melihat
ekspresi
pada wajah Ina, tetapi kata2nya sudah dipotong oleh Ina.
"Jadi
apa maksud kmu?" Balas Ina.
Revel
mencoba mengeluarkan kata2, tetapi dia tdk bisa mendapatkan kata2 yg tepat.
Akhirnya
dia hanya terdiam. Dan untuk pertama kali semenjak mereka meninggalkan
Grogol,
keheningan yg ada terasa tdk mengenakkan. Revel merasa ingin memandang dirinya
sendiri
karena sudah menyinggung hati Ina.
"Juni,"
ucap Ina tiba2 memecahkan keheningan.
"Hah?"
Tanya Revel bingung.
"Saya
akan nikah sama kmu bulan Juni. Kosongkan jadwal kmu awal bulan. Dan karena kmu
bilang
uang nggak akan jd masalah, saya akan minta bantuan wedding planner paling
mahal
di
Jakarta untuk melakukan ini supaya bisa siapin buku cek kmu klo saya
minta."
Revel
terlalu bahagia karena mendengar suara Ina sehingga dia merelakan ejekan Ina
terlepas
begitu saja. "Oke," ucapnya, padahal dia sendiri tdk tahu jadwalnya
untuk bulan
Juni.
Klo tdk salah dia harus manggung pada acara ulangtahun salah satu TV swasta.
Dia
akan pastikan
bahwa jadwalnya kosong pada saat itu.
Tidak
lama kemudian mereka sudah sampai di apartemen Ina dan dia tdk mengundang
Revel untuk naik bersamanyaCelebrity Wedding - Bab 11
No comments:
Post a Comment