Epilog
Ketika
emreka menapakkan kakinya pada teras rumah kak Kania pukul sebelas siang,
halaman
belakang sudah dipenuhi anak2 kecil usi antara delapan hingga tiga belas tahun.
Suara
Katy Perry dgn lagu tentang kantong plastik berkumandang dari speaker
tersembunyi.
Ezra yg
sedang dikelilingi oleh teman2nya langsung berlari menuju Revel yg langsung
berlutut
memeluknya.
“Hey,
kiddo,” ucap Revel.
Ina
melihat kak Kania menganggukkan kepalanya, menandakan bahwa dia sudah melihat
Ina
tp dia
masih terlalu kesal pada Revel sehingga enggan mendekat. Meskipun mereka sudah
rujuk
selama 6bulan, keluarga Ina masih belum bisa menerima Revel lagi dgn tangan
terbuka.
“Selamat
ulang tahun Ezra,” ucap Ina sambil menuduk dan memeluk keponakannya.
Untuk
menyelamatkan Ezra yg jelas2 kelihatan akan mati karena malu gara2 dipeluk oleh
tantenya,
Revel menyerahkan kado mereka. “Ini apa om?” tanya Ezra sambil buru2 merobek
kertas
kado itu tanpa ada belas kasihan.
“Kmu
lihat aja sendiri,” ucap Revel sambil tersenyum melihat keantusiasan Ezra.
Mata
Ezra terlihat berbinar2 ketika menyadari benda mengilat yg ada di genggamannya.
“om
dengar kmu mau belajar main baseball, ini helm yg akan melindungi kmu dari
bola,”
jelas
Revel.
“Coba
dipakai, tante mau lihat,” ucap Ina. Dan Ezra langsung mengenakan helm itu.
Menyadari
bahwa ukurannya pas sekali dgn kepalanya, dia langsung nyengir gembira.
“Makasih
om,” ucap Ezra
“Sama
sama,” balas Revel.
Kemudian
Ezra langsung berteriak sambil berlari menuju mamanya. “Mamaaaa! Aku dapet
helm
dari om Revel.”
Revel
berdiri dan mengulurkan tangannya, membantu Ina melakukan hal yg sama. “Gimana
menurut
kmu? Apa kado itu bisa memperbaiki image saya di depan keluarga kmu?” tanya
Revel.
Ina
hanya tersenyum. “I guess we’ll just have to see.”
“Mungkin
klo saya bikin kmu hamil, mereka akan berhenti memikirkan untuk membunuh
saya
stiap kali mereka melihat saya. Toh mereka nggak akan mau cucu dan keponakan
mereka
grow up tanpa bapak.”
Ina
terkikik. “They’ll come around,” ucap Ina dan menggeret Revel menuju
orangtuanya.
“I
don’t think they will.”
“Trust
me, they will.”
“Knapa
kmu bisa yakin begitu?”
“karna
saya cinta sama kmu dan mereka tahu itu,” balas Ina.
Revel
langsung menghentikan langkahnya mendengar kata2 itu. Ina yg menyadari bahwa
Revel
sudah berhenti dgn tiba2, menolehkan kepalanya dan ketika melihat ekspresi
kaget
pada
wajah Revel dia bertanya, “What’s wrong?”
“Itu
pertama kali saya dengar kmu bilang begitu smenjak kita rujuk.”
“Okay
thats...”
“Rev,
are you okay?” tanya Ina sambil menyentuh pipi Revel dgn jari2nya dgn sedikit
khawatir.
“I am
now,” balas Revel sambil tersenyum bahagia. Mereka berjalan sambil bergandengan
tangan
menuju orangtua Ina.
Selama
Ina sudah bisa memercayainya lagi sehingga mampu mengatakan cintanya, dia akan
mampu
berhadapan dgn apapun, sekumpulan macan dan singa sekalipun. Untuk Ina,
satu2nya
wanita yg dia sudah berikan hatinya sepenuhnya, dia akan rela melakukan apa
saja.
TAMAT
Best ....... thank udah posting buku ini kak..... cerita nya keren n gk bosan.... pokokx best
ReplyDelete