Paranoia
Di
gedung itu berseliweran tentara dengan seragam
berupa-rupa,
tampak tentara bayaran yang gagah: legiun
asing
Prancis. Delegasi berbagai bangsa disambut para interpreter
yang terpelajar. Bahasa-bahasa asing hiruk-pikuk. Delegasi
Afrika
hadir dengan atribut-atribut tradisinya: para
wanita
mengenakan amuria, amdu, dan bubu
berwarna-warni
dengan
ikat kepala tinggi-tinggi. Pria-prianya berselempang
panjang,
berjubah yoruba, babariga, dan bertopi asa
oke. Mereka sangat bergairah, barangkali ingin membicarakan
program
peternakan burung unta dengan para petinggi
Uni
Eropa. Setelah itu bergelombang kelompok
orang
dengan tanda pengenal Dominican Republic. Mereka
juga
gembira, menyapa setiap orang, tentu bersemangat
akan
mendiskusikan soal komputerisasi di kawasan
Karibia.
Wajah mereka optimis menatap masa depan. Terakhir,
di
pintu masuk untuk orang-orang yang kurang penting,
di
pojok sana, aku melihat segelintir manusia yang rasanya
kukenal.
Aku sering melihat mereka bertengkar soal
minyak
tanah di televisi tanah air. Mereka kelihatan semakin
tidak
penting dengan sosoknya yang kecil di antara raksasa
hitam
dan putih. Agak berbeda dengan delegasi lain,
mereka
kurang percaya diri, sedikit malu-malu, tertunduktunduk
memasuki
kantor Uni Eropa. Ini pasti soal utang
piutang.
Pengamanan
di kantor Uni Eropa amat ketat. Jika tak
menyebut
nama Dr. Woodward jangan harap bisa melintasi
sekuriti
yang tak terhitung lapisnya. Kamera CCTV ter-
Andrea
Hirata 68
pasang
di mana-mana. Terakhir, lekuk-lekuk tubuh kami
digeledah,
ini untuk ketiga kalinya, oleh seseorang yang telah
lupa
bagaimana cara tersenyum. Lalu, seorang perempuan
bertubuh
penuh, bukan gendut, cantik dan pirang,
menyambut
kami. Ia tak mengucapkan apa pun selain good
morning. Aku menduga ia seorang Skandinavia.
Erika
Ingeborg, nama perempuan itu, sekretaris Dr.
Woodward.
Benar sangkaku, ia seorang Skandinavia, Finlandia
tepatnya.
Ia tak begitu ramah, tapi jelas ia peduli, dan
seperti
Skandinavian umumnya: ia tampak cerdas dan efisien.
Erika
membawa kami ke kantor Dr. Michaella Woodward,
pengambil
keputusan terakhir beasiswa Uni Eropa.
Aku
selalu menduga Michaella orang yang temperamental.
Dulu
dibantingnya telepon waktu mewawancaraiku
tentang
akibat ekonomi penyakit sapi gila. Jawabanku memang
tak
keruan. Sekarang, sepintas melihatnya, aku langsung
tahu
kalau wanita Irlandia itu lebih keras dari dugaanku.
Umurnya
mungkin empat puluh lima tahun. Kerutan
di
pangkal hidungnya mengesankan ia sering mengambil keputusan
dilematis
yang berakibat pada hajat hidup orang banyak.
Namun
secara umum, ia sama sekali tak dapat dikatakan
tidak
menarik. Waktu remaja ia pasti seperti Claire Forlani,
lalu
dewasa mirip Carrie-Anne Moss, sekarang—setengah
baya—ia
tampak tak kurang dari Juliette Binoche, nanti
jika
tua ia akan mirip almarhumah Jessica Tandy.
Michaella
adalah seorang doktor ekonomi yang sangat
cemerlang,
dan seorang keynesian karena ia penganut ajar-
69
EDENSOR
an
ekonom kondang John Maynard Keynes. Otomatis, ia
juga
seorang monetarist, yakni orang yang percaya bahwa
sektor
moneter (keuangan) adalah katalisator pembangunan
ekonomi.
Di
sebuah jurnal ternama, Dr. Woodward pernah menulis
artikel
berjudul Why Monetary Reform Works? Bagi para
ekonom,
judul itu provokatif, karena makna generiknya
adalah
mengapa reformasi moneter
berhasil membangun ekonomi,
sedangkan reformasi sektor riil
tidak? Artinya, Dr. Woodward
terang-terangan
mengibarkan bendera perang pada
penganut
ajaran klasik ekonom Adam Smith yang justru
percaya
bahwa sektor riil sebagai katalisator pembangunan
ekonomi.
Dr. Woodward adalah generasi kesekian yang
melestarikan
pertikaian kronis mazhab klasik dan mazhab
moneter
yang telah berlangsung ratusan tahun. Dalam berbagai
forum,
aku telah melihat sepak terjang keynesian.
Kesimpulanku:
jika tak siap dengan argumentasi cerdas
dan
data yang komplet, jangan berurusan dengan mereka.
Keynesian adalah pendebat yang kompulsif, tak mau kalah.
Aku
gugup menemui Dr. Woodward.
Lagi
pula, ternyata kami datang pada waktu yang keliru
karena
Dr. Woodward sedang diprotes Famke Somers
lewat
telepon. Rupanya semalam Famke menelepon Simon
Van
Der Wall untuk menanyakan keadaan kami. Mengetahui
perlakuan
Simon, Famke menyemprot John
Wayne
kodian habis-habisan. Dr. Woodward juga marah
dan
celakanya, baru saja ia menutup telepon, masuklah
Andrea
Hirata 70
empat
orang pria. Tanpa basa-basi, mereka langsung mendebat
Dr.
Woodward. Seorang pria selalu melontar kata
bernada
tinggi: aberrant! S'effondrer! lnfere! Aku paham katakata
Prancis
itu, artinya: tak masuk akall Bangkrut!
Implikasi!
Pria
kedua membantah dalam bahasa Spanyol: cuanto
cuesta?
lmporta, esta incluido!?. Pria ketiga sering menyebut rabota.
Setahuku,
itu kata Rusia untuk kerja. Pria keempat berbahasa
Inggris.
Mereka beradu pendapat, dan luar biasa,
Dr.
Woodward meladeni setiap orang dengan bahasa ibu
mereka.
Kurang dari sepuluh menit di ruangan itu aku telah
mendengar
Dr. Woodward bicara paling tidak dalam
empat
bahasa! Termasuk bahasa Rusia. Wajar saja Irlandia
tak
pernah dapat dijajah siapa pun. Si Prancis paling agresif.
Jelas
ia juga seorang keynesian. Ia dan si Inggris memihak
Dr.
Woodward. Mereka menyerang orang Spanyol dan Rusia
itu—mungkin
kedua orang ini penganut paham klasik
Adam
Smith. Debat memanas, akhirnya melalui sebuah teriakan
marah,
Dr. Woodward menyuruh mereka keluar.
"Nanti
kita sambung lagi!" cetusnya tak puas. "Aku
mau
mengurusi orang-orang Indonesia ini dulu!"
Tubuh
Dr. Woodward tampak kaku. Aku ngeri membayangkan
ia
berbalik dan melolong.
"Apakah kalian juga
pengikut Pak Tua Adam Smith itu?!
"Kalau iya keluar dari
ruangan ini!
"Saya tidak menerima tamu
selain monetarist!
"Keluar!"
Tapi
itu tak terjadi. Ia berbalik dan mendesah.
71
EDENSOR
"Sungguh
keterlaluan Simon Van Der Wall itu. Unbelievable!
Terrible! Horrible!"
Dr.
Woodward berusaha ramah. la ingin menetralisir
suasana.
"Ok then, let's
start over!!
"Maafkan
aku atas kejadian semalam, Anak Muda. Saya
dengar
suhu drop sampai minus enam belas, bagaimana
kalian
bisa bertahan? Outrageous!! Tapi jangan khawatir,
Erika
akan membawa kalian kembali ke Brugge dan membereskan
semua
persoalan dengan Simon, ok?"
Erika
menanggapi tanpa ekspresi.
"Istirahatlah,
besok kembali lagi. Seminggu ini kita
akan
membuat term of reference riset kalian. Sabtu depan
kalian
bisa ke Sorbonne."
Mendengar
kata Sorbonne, kerak-kerak es yang lengket
di
dinding hatiku berderak pecah dan meleleh.
Bersama
Erika kami kembali ke Brugge. Di jalan, Erika tak
banyak
bicara. la konsentrasi menyetir dengan sikap tubuh
penuh
tanggung jawab pada keselamatan penumpang. Kami
sampai
di apartemen Brugge. Di pintu apartemen, kami
tak
perlu memencet-mencet bel konyol itu.
Di
kantor Van Der Wall, Erika menolak dipersilakan
duduk.
Aku dan Arai berdiri di belakangnya.
"Aku
tak punya banyak waktu!" tegas Erika.
"Simon,
dengar ini baik-baik. Sediakan akomodasi
lengkap
untuk orang-orang ini."
Andrea
Hirata 72
Kami
bersorak dalam hati.
"Bantu
semua keperluan mereka dan registrasikan
mereka
segera ke Alien Police!"
Pria
Belanda itu mengerut di balik meja. Rasakan
olehmu,
John Wayne jadi-jadian!
"Hari
ini juga! Dan semua yang kaukerjakan harus
kaulaporkan
padaku paling lambat pukul tiga."
Mana lagak tengikmu sekarang?
Mana segala teorimu tentang
sistem-sistem?
"Kalau
terjadi lagi peristiwa seperti semalam, kau
akan
berurusan denganku!"
Van
Der Wall beringsut-ingsut di kursinya.
"Paham?!"
Kawan,
itulah contoh efisiensi Skandinavia. Tak heran
bangsa
Viking berulang kali menindas bangsa-bangsa
lain
di Eropa. Sementara kami menciut di belakang Erika.
Tak
heran bangsa kita tertindas selama tiga ratus lima puluh
tahun.
KOLEKSI NOVEL KARYA ANDREA HIRATA LAINNYA
No comments:
Post a Comment